Lebih dari 11.000 Jiwa Perlu Dievakuasi akibat Erupsi Gunung Ruang
Lebih dari 11.000 warga perlu dievakuasi untuk menghindari dampak erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara.
Oleh
PRADIPTA PANDU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sampai saat ini 828 warga telah dievakuasi menyusul terjadinya erupsi Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro atau Sitaro, Sulawesi Utara, pada Rabu (17/4/2024) malam. Namun, dari penghitungan, diperkirakan ada lebih dari 11.000 orang perlu dievakuasi untuk menghindari dampak erupsi.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah menaikkan status Gunung Ruang dari Siaga menjadi Awas per 17 April 2024 pukul 21.00 Wita. Hal ini menyusul ada peningkatan signifikan aktivitas visual dan kegempaan di Gunung Ruang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari menyampaikan, peningkatan status Awas atau level IV ini memiliki implikasi dari aspek kedaruratan. Dampak peningkatan status ini ialah tidak boleh ada aktivitas apa pun dalam radius 6 kilometer dari Gunung Ruang.
”Ini memberikan implikasi bahwa daerah tersebut harus dikosongkan sesegera mungkin. Pengosongan daerah ini pada malam hari tentu akan menemui banyak tantangan dan kendala,” ujarnya dalam konferensi pers secara daring, Kamis (18/4/2024) dini hari.
Demi menghindari adanya dampak erupsi yang lebih parah, sampai saat ini pihak pemerintah daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sitaro telah mengevakuasi 828 warga sekitar dengan rincian sebanyak 506 warga Desa Laingpatehi dan 322 warga Desa Pumpente.
Sementara dari penghitungan aplikasi INARisk, potensi warga yang terdampak pada wilayah berisiko tinggi atau dengan radius 2,5 km mencapai 1.585 jiwa. Kemudian, pada kelas risiko sedang (radius 4 km) ialah 6 jiwa dan risiko rendah (radius 7 km) mencapai 10.024 jiwa.
”Hitungan populasi statis dari rumah penduduk yang ada di lokasi seharusnya setidaknya ada 11.000 jiwa yang harus mengungsi sementara. Namun, karena situasi malam hari, BPBD belum bisa secara langsung mengidentifikasi. Sampai sekarang BNPB juga belum menerima laporan korban luka akibat lontaran batu pijar,” tutur Abdul.
Ini memberikan implikasi bahwa daerah tersebut harus dikosongkan sesegera mungkin. Pengosongan daerah ini pada malam hari tentu akan menemui banyak tantangan dan kendala.
Berdasarkan laporan, pada Rabu malam Gunung Ruang masih melontarkan batu pijar hingga ke rumah warga meskipun sudah di luar radius 6 km. Oleh karena itu, warga terus berupaya mengungsi secara mandiri seperti menaiki wilayah perbukitan dengan cara berjalan kaki ataupun menggunakan jalur kendaraan ke wilayah timur laut dan utara.
Sebagai upaya percepatan penanganan daruat, Bupati Kepulauan Sitaro telah menetapkan Status Tanggap Darurat melalui Surat Keputusan Bupati Sitaro Nomor 100 Tahun 2024 terhitung selama 14 hari sejak 16-29 April 2024. Periode masa tanggap darurat Ini bersifat dinamis dan dapat diperpanjang sesuai ketentuan dengan melihat kondisi di lapangan.
Aktivitas kegempaan
Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan mengatakan, tercatat sebanyak 400 gempa vulkanik di Gunung Ruang terdeteksi pada Rabu (17/4/2024) pagi. Kemudian, pada siang hingga Rabu malam, terjadi beberapa kali erupsi dengan ketinggian mencapai 3 kilometer berupa semburan lava ataupun awan panas.
Selain aktivitas geologi, Hendra menyoroti sejarah erupsi Gunung Ruang yang cukup rumit karena tidak ada jeda yang pasti dan selalu berubah-ubah. Namun, sifat erupsi Gunung Ruang sejak dahulu memang tercatat eksplosif, tahan panas, memicu tsunami.
”Dalam sejarahnya, erupsi Gunung Ruang cukup memakan banyak korban akibat letusan itu sendiri ataupun dampak tsunami. Inilah yang harus digarisbawahi sehingga masyarakat perlu diungsikan terutama yang ada di pantai barat Pulau Tagulandang untuk menghindari dampak tsunami ataupun awan panas,” tuturnya.
Berdasarkan hasil catatan instrumental PVMBG, pada Selasa (16/4/2024) pukul 21.45 Wita, Gunung Ruang mengalami erupsi eksplosif dengan estimasi tinggi kolom mencapai 2.000 meter dari puncak. Kondisi itu terus meningkat hingga kolom abu mencapai 2.500 meter dari puncak pada Rabu (17/4/2024) pukul 01.08 Wita.
Kemudian, pada Rabu malam pukul 21.15 Wita, erupsi eksplosif kembali terjadi dengan kolom abu berwarna kelabu hingga hitam dengan tinggi sekitar 3.000 meter dengan disertai suara gemuruh dan gempa yang turut dirasakan di Pos Pengamatan Gunung Api Ruang.