Persimpangan perbatasan Jombang-Nganjuk-Kediri atau Mengkreng, Jatim, rawan kemacetan dan kecelakaan saat libur Lebaran.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·2 menit baca
Lalu lintas yang amat lengang di Jalan Tunjungan, Surabaya, Jawa Timur, saat Idul Fitri 1 Syawal 1445 Hijriah atau Rabu (10/4/2024). Lalu lintas lengang karena hampir separuh populasi atau 1,5 juta jiwa warga Surabaya mudik meninggalkan ibu kota Jawa Timur tersebut.
SURABAYA, KOMPAS — Hari kedua Lebaran atau Kamis (11/4/2024), lalu lintas di jalan raya dan jalan tol wilayah Surabaya lengang. Namun, situasi berbeda terjadi di Jombang dan Madiun dengan kepadatan dan kemacetan lalu lintas. Peningkatan arus kendaraan karena pergerakan warga untuk silaturahmi dan atau berwisata ke obyek unggulan.
”Tadi saya kena macet sekitar tiga jam di Jombang dan Madiun,” ujar Dwi Setyono (57), warga Surabaya, saat dihubungi dari Surabaya pada Kamis petang. Dwi menuju Madiun untuk silaturahmi dengan keluarga besar.
Dwi pergi dari Surabaya pada pukul 09.00 mengendarai mobil bersama istri dan kedua anaknya. Mereka lewat jalan tol dan keluar di Gerbang Tol Bandar untuk mampir ke simpang Mengkreng atau Bangjuri (Jombang-Nganjuk-Kediri) guna membeli tahu serta oleh-oleh.
Namun, keputusan itu ternyata merugikan. Keluar dari Bandar, kendaraan Dwi terjebak macet sekitar 3 kilometer sampai simpang perbatasan tiga kabupaten itu. Mereka menghabiskan waktu 2 jam untuk lepas dari kemacetan di Mengkreng dengan kombinasi pelintasan, ada bagian jalan raya menyempit, dan persimpangan yang ramai.
Saat melanjutkan perjalanan, mereka kembali masuk jalan tol di Nganjuk dan keluar di Madiun. Di sana ternyata macet hingga 1 kilometer.
”Karena kena dua kali macet, Surabaya-Madiun jadi enam jam dari biasanya maksimal 2 jam lewat jalan tol,” kata Dwi.
Situasi berbeda diutarakan oleh Haryono (50), warga Mojokerto yang di hari kedua Lebaran silaturahmi ke keluarga di Surabaya. Setelah silaturahmi, mereka berwisata ke pusat belanja atau mal untuk kuliner di restoran.
”Surabaya malah lengang, enak buat jalan-jalan,” katanya saat ditemui di Tunjungan Plaza, Kamis siang.
Haryono berangkat dari Kota Mojokerto pukul 09.00 dan tiba di Surabaya satu jam kemudian melalui jalan tol. Perjalanan dengan laju 80-90 kilometer per jam. Haryono tidak tergesa-gesa dan menikmati perjalanan, termasuk saat memasuki wilayah Surabaya yang lengang. Laju mobil cukup pelan, sekitar 30-40 kilometer per jam.
Direktur Lalu Lintas Polda Jatim Komisaris Besar Komarudin mengatakan, simpang Bangjuri secara tradisional menjadi lokasi rawan macet dan kecelakaan. Persimpangan ini masih amat vital bagi warga yang menuju Kediri lewat Jombang dan Nganjuk.
”Kemacetan terpaksa diurai dengan rekayasacontraflow (lawan arus) dan petugas gabungan mengarahkan agar tidak semua kendaraan dari tol keluar lewat Bandar dan melewati arteri nasional wilayah Bandarkedungmulyo,” kata Komarudin.
Petugas gabungan dari Satuan Lalu Lintas Jombang, Nganjuk, dan Kediri menerapkan empat kali contraflow. Metode lawan arus itu diberlakukan bagi kendaraan yang macet parah menuju persimpangan Mengkreng. Untuk setiap lawan arus diterapkan sampai 5 menit.
Sementara itu, lonjakan volume kendaraan menuju obyek-obyek wisata unggulan Jatim terpantau dari situasi lalu lintas di Tol Trans-Jawa. Di Gerbang Tol Kejapanan Utama menuju Malang dan Pasuruan-Probolinggo dilintasi 35.000 kendaraan. Jumlah itu naik tajam dibandingkan dengan lalu lintas normal yang 23.000 kendaraan.
Kemacetan terpaksa diurai dengan rekayasa contraflow (lawan arus) dan petugas gabungan mengarahkan agar tidak semua kendaraan dari tol keluar lewat Bandar dan melewati arteri nasional wilayah Bandarkedungmulyo.
Melalui Pasuruan dan Probolinggo, kendaraan menuju obyek wisata Bromo-Tengger-Semeru. Yang melalui Pasuruan-Malang, kendaraan menuju misalnya Taman Safari Indonesia Prigen, Prigen-Pacet, Lawang-Singosari, Kota Malang, Jatim Park dan obyek lainnya di Kota Batu.