Shalat Idul Fitri di Pontianak, Jemaah Diingatkan untuk Menyebarkan Perdamaian
Shalat Idul Fitri di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, berlangsung khidmat. Jemaah diingatkan menyebarkan perdamaian.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Shalat Idul Fitri di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, berlangsung khidmat, Rabu (10/4/2024) pagi. Apalagi, cuaca selama shalat kali ini cerah. Jemaah diingatkan untuk menyebarkan salam perdamaian dan saling memaafkan.
Shalat Idul Fitri di Kota Pontianak pada Rabu pagi salah satunya dilaksanakan di halaman Masjid Raya Mujahidin, Pontianak. Sejak pagi, ribuan jemaah memadati halaman Masjid Raya Mujahidin yang berkapasitas sekitar 12.000 orang.
Khotbah pada shalat Idul Fitri di Masjid Raya Mujahidin disampaikan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Pontianak H M Arsyad M. Dalam khotbahnya, Arsyad antara lain menyampaikan, pada hari raya fitrah yang mulia dan berbahagia itu, saatnya menyebarkan salam perdamaian dan saling memaafkan kesalahan. Selain itu, menghilangkan silang sengketa dan melupakan peristiwa-peristiwa yang menodai lembaran putih perjalanan hidup jemaah.
”Persaudaraan yang diajarkan Islam tidak hanya sebatas kepada sesama Muslim. Persaudaraan itu hendaknya meliputi segala unsur dalam masyarakat dengan tidak mengenal perbedaan agama, ras, dan etnis tertentu,” kata Arsyad.
Perbedaan itu, lanjut Arsyad, sebagai sunah Allah yang bertalian dengan hukum-hukum sosial. Ia mengutip Profesor Qurais Syihab yang menyatakan, hakikat persaudaraan itu adalah bagaimana kita menghormati dan memuliakan orang lain seperti memuliakan diri sendiri.
Untuk mempertahankan kefitrahan, kesucian, dan martabat kemuliaan sebagai manusia, alternatif terbaik bagi yang mengaku beriman adalah mampu mewujudkan, mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam. Khususnya, hikmah ibadah puasa dan amaliah Ramadhan dengan menggapai dan meraih fitrah serta tujuan hidup kita sebagai manusia yang memuliakan Allah, apa pun profesi dan pekerjaan kita.
Ia juga mengatakan, sepanjang satu bulan ibadah puasa telah dijalani. Apabila sepanjang ibadah puasa rasa lapar dan haus sempat singgah dalam perasaan, semoga ini menjadi inspirasi untuk lebih meningkatkan perhatian, santunan, dan uluran tangan kepada saudara-saudara yang kehidupannya masih di bawah garis kemiskinan.
”Inilah makna sebuah dimensi sosial dari ibadah puasa yang harus memovitasi semakin dekat dan akrab dengan kaum miskin, duafa yang hidupnya lebih berhias tangis dan duka,” ujar Arsyad.
Selain itu, Islam mengajak seluruh manusia memelihara jiwa. Oleh karena itu, Allah mengharamkan membunuh manusia, termasuk anak yang masih di dalam kandungan, baik karena alasan ekonomi, harga diri, ataupun alasan lainnya. Kemudian, melarang orang bunuh diri, baik karena dorongan suci, frustrasi, atau karena patah hati.
Inilah makna sebuah dimensi sosial dari ibadah puasa yang harus memovitasi semakin dekat dan akrab dengan kaum miskin, duafa yang hidupnya lebih berhias tangis dan duka.
Ia juga mengingatkan kepada jemaah bahwa Islam hadir untuk memelihara dan mengembangkan akal. Itulah sebabnya ajaran Islam melarang dan mengharamkan minuman keras, ganja, dan narkotika karena semuanya jelas merusak akal pikiran.
Ajaran Islam juga mengajak umat melindungi dan memelihara harta benda. Oleh sebab itu, Islam melarang mencuri, merampok, manipulasi, korupsi, komersialisasi jabatan, suap, serta melarang riba dalam perdagangan dan bisnis.
Silaturahmi keluarga
Shalat Idul Fitri pada Rabu pagi berjalan khidmat. Seusai shalat, jemaah bersalaman. Ada pula yang mengabadikan momen itu dengan berfoto bersama.
Tesa (29), salah satu jemaah yang melaksanakan shalat Idul Fitri di Masjid Raya Mujahidin, shalat bersama suami dan anaknya. Shalat Idul Fitri tahun ini baginya spesial karena untuk pertama kali ia dan suami membawa serta anak pertamanya yang baru berusia 10 bulan.
”Tahun ini saya dan suami shalat bersama anak. Kalau tahun lalu, hanya saya dan suami. Senang sekali ada yang berbeda tahun ini,” tutur Tesa.
Sepulang shalat, Tesa beserta suami dan anaknya akan menuju rumah orangtuanya. Di rumah orangtuanya, sudah tersedia menu opor ayam dan rendang sebagaimana menu pada umumnya untuk disantap bersama.
Hendro (22), jemaah lainnya, menuturkan, cuaca pada Rabu pagi cerah dan lebih segar sehingga bisa shalat di halaman Masjid Raya Mujahidin dengan khidmat. Seusai shalat, ia juga akan berkunjung ke keluarganya.
”Harapan saya pada Idul Fitri ini Allah memberikan kesehatan dan rezeki. Selain itu, aktivitas yang kita lakukan sehari-hari semoga menjadi ibadah,” ujarnya.