Cegah Banjir Lahar Susulan, Beberapa Sungai di Sekitar Marapi Perlu Dikeruk
Pengerukan sungai yang berhulu di Gunung Marapi perlu dilakukan untuk menekan risiko banjir lahar hujan susulan.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Beberapa sungai yang berhulu di Gunung Marapi, Sumatera Barat, perlu dikeruk untuk mengurangi risiko banjir lahar susulan. Sementara itu, masyarakat di sekitar aliran sungai diminta waspada terhadap cuaca buruk karena potensi banjir lahar hujan masih ada.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam, Sumbar, Budi Perwira Negara mengatakan, pada hari kedua setelah banjir lahar hujan melanda, petugas gabungan bersama masyarakat masih berjibaku membersihkan sisa material banjir di jalan dan rumah warga di Nagari Bukik Batabuah yang merupakan lokasi bencana terparah.
”Sekarang tengah dilakukan pembersihan material kayu dan batu yang terbawa banjir bandang dan banjir lahar,” kata Budi ketika dihubungi dari Padang, Minggu (7/4/2024).
Budi memaparkan, beberapa sungai yang mengalami penyumbatan dan pendangkalan akibat bencana juga perlu dibersihkan dan dikeruk agar mengurangi risiko banjir susulan. ”Beberapa sungai yang berhulu ke Gunung Marapi perlu pengerukan dan pelebaran,” ujarnya.
Banjir lahar hujan melanda kawasan kaki Gunung Marapi pada Jumat (5/4/2024) sore hingga Sabtu (6/4/2024) pagi. Ada sejumlah nagari di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar yang terdampak bencana tersebut. Jalan Padang-Bukittinggi di Nagari Aia Angek, Tanah Datar, sempat putus karena tertutup material banjir.
Di Agam, banjir lahar hujan melanda Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, dan Nagari Sungai Pua, Kecamatan Sungai Pua. Di Bukik Batabuah, banjir menyebabkan puluhan rumah dan bangunan tempat usaha rusak sedang hingga berat. Pemerintah Kabupaten Agam pun menetapkan masa tanggap darurat bencana 14 hari hingga 18 April 2024.
Ketua Kelompok Siaga Bencana Nagari Bukik Batabuah Edi Effendi mengatakan, berdasarkan data posko tanggap darurat bencana, warga yang terdampak banjir mencapai 78 keluarga dengan 258 jiwa. Tiga keluarga dengan 11 jiwa di antaranya kehilangan rumah karena hanyut terbawa banjir.
”Sekarang posko pengungsian di Jorong Kubang Duo, Nagari Bukik Batabuah, menampung 16 pengungsi,” kata Edi.
Menurut Edi, sejumlah bantuan sudah masuk dan didistribusikan kepada warga terdampak. Adapun petugas gabungan bersama warga fokus membersihkan material banjir di jalan-jalan utama. Sabtu kemarin, pembersihan difokuskan pada rumah warga dan materialnya ditumpuk di pinggir jalan.
”Tiga keluarga yang rumahnya hanyut berharap ada donatur yang bisa memfasilitasi pembangunan rumah. Begitu masa tanggap darurat berakhir, posko pengungsian ditutup, mereka tidak punya lagi tempat tinggal,” ujar Edi.
Beberapa sungai yang berhulu ke Gunung Marapi perlu pengerukan dan pelebaran.
Pengerukan sungai
Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi menyatakan telah menginstruksikan sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD) terkait untuk bergerak cepat menangani bencana di Agam dan Tanah Datar. Petugas berpacu dengan waktu karena potensi banjir lahar hujan susulan masih besar.
Mahyeldi menyebut, beberapa sungai di sekitar lokasi bencana mengalami pendangkalan akibat tertimbun material banjir lahan hujan. Pengerukan perlu segera dilakukan agar aliran sungai kembali normal dan aman. Material banjir di badan jalan juga harus segera dibersihkan agar tidak mengganggu arus lalu lintas.
”Target kami, pengerukan aliran sungai dan pembersihan material dari badan jalan bisa segera tuntas. Sebab, potensi curah hujan masih tinggi. Jangan sampai masyarakat jadi korban dua kali,” kata Mahyeldi melalui siaran pers.
Menurut Mahyeldi, sedimen material erupsi Marapi yang ada di hulu sungai juga perlu dikeruk supaya tidak meluap saat turun hujan dengan intensitas tinggi. Dari total 23 sungai yang berhulu di Gunung Marapi, setidaknya ada lima sungai yang terdampak. ”Itulah nanti yang akan kami keruk,” ujarnya.
Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Sumbar Fathol Bari mengatakan, salah satu penyebab aliran banjir lahar hujan meluap sampai ke permukiman dan jalan karena badan sungai menyempit dan mendangkal. ”Kami akan memperlebar dan mengeruk sedimen sungai ini,” katanya.
Potensi banjir susulan
Ketua Tim Tanggap Darurat Letusan Gunung Marapi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Ugan Saing mengatakan, material vulkanik hasil letusan pada 3 Desember 2023 masih terakumulasi di bagian puncak dan lereng Gunung Marapi hingga sekarang. Apabila tercampur hujan, material vulkanik seperti abu, pasir, kerikil, dan batu itu bisa menghasilkan lahar.
”Massa lahar ini lebih besar dibandingkan air biasa sehingga bisa meluncur dengan kecepatan tinggi, bahkan bisa tidak mengikuti alur sungai dan melimpas ke jalan dan permukiman. Itulah yang terjadi pada Jumat lalu,” katanya.
Pada 3 Desember 2023, Gunung Marapi meletus dan menyebabkan 24 pendaki meninggal dan 51 lainnya selamat meskipun sebagian di antaranya mengalami luka ringan hingga berat. PVMBG mencatat, letusan itu memiliki tinggi kolom abu teramati sekitar 3.000 meter di atas puncak dan 5.891 meter di atas permukaan laut.
Ugan memaparkan, ke depan, banjir lahar hujan masih berpotensi terjadi karena banyak material vulkanik dari erupsi Gunung Marapi yang masih berada di bagian puncak dan lereng gunung yang berstatus Level III atau Siaga itu.
Oleh karena itu, warga yang tinggal atau beraktivitas di sekitar aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Marapi perlu waspada. ”Kita tidak tahu kapan terjadinya lahar. Namun, kalau ada hujan di puncak dan lereng Marapi, ini harus diwaspadai,” ujar Ugan.
Jangkauan banjir lahar hujan, menurut Ugan, tergantung dari intensitas hujan. Landaannya bisa mencapai belasan kilometer sesuai topografi wilayah yang dilalui. Semakin rendah topografinya, semakin jauh jangkauan alirannya.
”Bagian-bagian sungai yang mengalami pendangkalan juga patut diwaspadai. Biasanya di bagian dangkal itu lahar meluap dan melimpas ke sekitarnya karena tidak lagi mengalir di aliran sungai yang semestinya,” katanya.