Puluhan Rumah Rusak Diterjang Banjir Lahar Hujan Marapi
Banjir lahar dingin Gunung Marapi sempat memutus akses Padang-Bukittinggi. Namun, kini jalan sudah bisa dilewati lagi.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Puluhan rumah rusak sedang hingga berat akibat banjir bandang yang dipicu lahar hujan di sekitar Gunung Marapi, Sumatera Barat. Banjir kini mulai mereda dan petugas bersama warga sedang membersihkan sisa material yang terbawa arus.
Banjir lahar hujan, tumpukan deposit material letusan yang mengalir terbawa hujan, terjadi sejak Jumat (5/4/2024) sore hingga Sabtu (6/4/2024) pagi. Ada sejumlah nagari di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar yang terdampak bencana tersebut.
”Banjir bandang akibat lahar hujan menyebabkan 4 rumah rusak berat, 57 rumah rusak sedang, dan 38 bangunan dagang rusak di Nagari Bukik Batabuah,” kata Budi Perwira Negara, Kepala Pelaksana BPBD Agam, Sabtu sore.
Sebanyak 61 warga terdampak dengan 31 orang di antaranya mengungsi. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Banjir juga merusak lahan pertanian, antara lain sawah 16,5 hektar, kebun kubis 1,5 hektar, kebun daun bawang 0,5 hektar, dan kebun terung 0,5 hektar.
”Banjir sejak (Sabtu) subuh sudah tidak lagi meluap ke jalan. Debit air sungai kecil dan berkurang. Tinggal pembersihan material sisa banjir bandang,” ujar Budi.
Menurut Budi, empat unit alat berat sudah dikerahkan untuk mengangkat kayu-kayu, lumpur, dan material yang menghambat aliran sungai. Material sisa banjir yang ada di jalan juga tengah dibersihkan oleh petugas dan masyarakat.
”Kami memakai mobil pemadam kebakaran untuk menyemprot material yang ada di jalan dan rumah masyarakat,” katanya.
Menurut Budi, ada dua nagari di sekitar kaki Gunung Marapi yang terdampak banjir, yaitu Nagari Bukik Batabuah, Kecamatan Canduang, dan Nagari Sungai Pua, Kecamatan Sungai Pua. Bencana terparah terjadi di Nagari Bukik Batabuah.
”Untuk Nagari Sungai Pua, sejak kejadian kemarin dapat ditanggulangi dengan gotong royong masyarakat. Memang ada luapan ke jalan dan rumah, tetapi masih bisa diatasi,” ujarnya.
Tanah Datar
Banjir lahar hujan juga terjadi di beberapa titik di Tanah Datar, yaitu di Jalan Padang-Bukittinggi di Nagari Aia Angek, Kecamatan X Koto, serta Kecamatan Lima Kaum dan Kecamatan Batipuh.
Kepala Pelaksana BPBD Tanah Datar Ermon Revlin mengatakan, titik terparah banjir lahar hujan adalah di Jalan Padang-Bukittinggi, Nagari Aia Angek. Aliran sungai di bawah jalan tersumbat sehingga air dan material lainnya melimpah ke badan jalan.
”Kemarin jalan sempat tutup sejam. Sekarang sudah bisa dilewati. Kami bekerja sama dengan dinas pekerjaan umum untuk menyedot air. Setelah itu, sungainya dikeruk dengan alat berat,” katanya.
Di Kecamatan Lima Kaum, kata Ermon, air sungai sempat meluap dan merusak beberapa petak sawah. Di Kecamatan Batipuh, beberapa irigasi jebol akibat banjir lahar hujan.
”Untuk rumah, sejauh ini tidak ada laporan (kerusakan). Cuma yang di Aia Angek, kemasukan air sedikit, sudah disiram oleh petugas BPBD dan Damkar,” katanya.
Waspada
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Muhammad Wafid dalam siaran pers mengatakan, erupsi Gunung Marapi yang berulang kali terjadi sejak 3 Desember 2023 hingga sekarang telah menghasilkan deposit material letusan berukuran abu, lapili, hingga batu di daerah puncak dan lereng gunung.
Saat hujan turun, katanya, air mengisi aliran sungai dan bercampur dengan endapan material vulkanik itu sehingga menghasilkan lahar yang akan mengalir ke lokasi rendah, terutama mengikuti aliran sungai-sungai yang berhulu langsung di puncak Gunung Marapi.
Berdasarkan rekaman seismograf di Pos Pengamatan Gunung Api Marapi, Bukittinggi, Jumat pukul 14.00-15.30, terekam getaran/tremor yang berasal dari hujan lebat yang turun di sekitar puncak Gunung Marapi dan mengakibatkan banjir lahar, antara lain di Nagari Bukik Batabuah, Nagari Aia Angek, Kecamatan Sungai Pua, dan beberapa sungai yang mengalir ke Kecamatan Batipuh.
Pascabanjir lahar hujan, rekaman seismograf mencatat masih ada indikasi hujan turun di wilayah Gunung Marapi, yang saat ini berstatus Level III atau Siaga. ”Sebagai bentuk kewaspadaan terhadap lahar, diimbau kembali agar masyarakat untuk sementara waktu menjauhi bantaran/aliran sungai-sungai yang berhulu di bagian puncak Gunung Marapi,” ujarnya.