Biaya Lebih Murah, Sejumlah Warga Kalbar Memilih Berwisata ke Kuching
Sejumlah warga Kalimantan Barat memilih liburan ke Kuching, Sarawak, Malaysia, karena pertimbangan biaya lebih murah.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Sejumlah warga Kalimantan Barat memilih liburan ke Kuching, Sarawak, Malaysia, daripada ke destinasi wisata di luar Pulau Kalimantan. Selain jaraknya relatif dekat, biaya transportasi ke Kuching juga dinilai lebih murah.
Anggia Anggraini (35), salah satu warga Kota Pontianak, ibu kota Kalimantan Barat, Rabu (3/4/2024), menuturkan, ia beserta suami dan dua anaknya berencana liburan ke Kuching, Sarawak, Malaysia, dalam waktu dekat melalui jalur darat. Salah satu pertimbangannya memilih Kuching ialah biaya transportasi dari Pontianak menuju Kuching lebih murah daripada ke luar Kalimantan.
”Kami akan menggunakan kendaraan pribadi. Biaya bahan bakar sekitar Rp 1,5 juta pulang-pergi. Kalau ke destinasi wisata di dalam negeri, tiket pesawat dari Pontianak untuk empat orang aja bisa sekitar Rp 10 juta pulang-pergi,” kata Anggi.
Selama di sana, ia dan keluarganya berencana pergi ke museum. Pada hari-hari tertentu, misalnya masa liburan, masuk museum biasanya gratis. Kalaupun ada yang berbayar, biayanya Rp 50.000-Rp 100.000 per orang.
Catatan Kompas, jumlah warga Indonesia yang bepergian ke Malaysia melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar, selama masa libur Lebaran periode 18-25 April tahun lalu tercatat 11.000 orang. Jumlah itu meningkat sekitar 12 kali lipat dibandingkan pada 2022 yang hanya 900 orang sepanjang libur Lebaran.
Anggi berlibur sembari memberikan edukasi kepada anak-anaknya di museum. Ada edukasi seputar budaya Borneo, misalnya. Ada alat musik dari barang daur ulang. Selain itu, mereka juga pergi ke pantai. Di sana, mereka juga bisa mendalami berbagai bahasa.
”Saya berharap, ke depan, harga tiket pesawat di dalam negeri bisa lebih murah ke harga ratusan ribu rupiah agar bisa menjelajah keindahan Nusantara lagi. Pariwisata kita juga sebetulnya tidak kalah. Hanya tadi, soal biaya transportasi,” kata Anggi.
Fredrikus Suarez (33), salah satu warga Kabupaten Kubu Raya, Rabu (3/4/2024), menuturkan, dirinya dan istrinya pada Jumat pekan ini akan berwisata ke Kuching sekitar tiga hari menggunakan jalur darat. Pertimbangannya ialah destinasi yang cukup beragam, antara lain kuliner dan museum yang dinilai unik dari berbagai cerita yang pernah didengarnya sehingga ia ingin mencoba.
Meski demikian, yang terpenting ialah biaya transportasi lebih murah. Ia berencana menggunakan transportasi umum Rp 350.000 per orang. Bahkan, ketika masih ada pesawat dari Pontianak ke Kuching, harga tiket hanya Rp 500.000. Namun, penerbangan Pontianak-Kuching sudah tidak ada sejak pandemi sehingga sekarang menggunakan jalur darat.
Harga tiket bus itu lebih murah dibandingkan harga tiket penerbangan Pontianak ke Jakarta yang memerlukan Rp 900.000 per orang. Bahkan, harga tiket bisa lebih dari Rp 1 juta. Selain itu, jarak ke Kuching juga lebih dekat daripada harus ke Bali dan Yogyakarta.
”Sebetulnya saya ingin menjelajahi berbagai destinasi wisata di Nusantara, mulai dari Raja Ampat di Papua dan Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur. Namun, biaya transportasi masih terasa mahal,” tuturnya.
Dari sisi destinasi wisata, keindahan tempat wisata Tanah Air tidak kalah. Frederikus berharap harga tiket penerbangan lebih murah sehingga bisa menjelajah keindahan di pelosok Nusantara. Selama ini, ia lebih sering berlibur ke Kuching daripada ke Bali. Liburan ke Kuching sudah lima kali dalam lima tahun terakhir, sedangkan ke Bali baru satu kali.
Catatan Kompas, jumlah warga Indonesia yang bepergian ke Malaysia melalui Pos Lintas Batas Negara di Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalbar, selama masa libur Lebaran periode 18-25 April tahun lalu tercatat 11.000 orang. Jumlah itu meningkat sekitar 12 kali lipat dibandingkan pada 2022 yang hanya 900 orang sepanjang libur Lebaran.
Pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tanjungpura Pontianak, Eddy Suratman, menilai, biaya transportasi menjadi komponen yang paling dipertimbangkan warga dalam memutuskan destinasi wisata yang hendak dituju. Selain itu, biaya akomodasi.
Jika pariwisata di Tanah Air ingin berkompetisi, masyarakat mesti terbiasa dengan pelayanan yang lebih baik. Kebersihan juga hendaknya dijamin. Harus dijamin pula tidak ada orang yang memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi dalam momen tertentu.
Di luar itu, yang juga dipertimbangkan warga terkait apa yang hendak dilihat. Orang-orang yang suka alam akan mempertimbangkan apakah ada alam yang bisa ia lihat. Jika orang menyenangi kehidupan modern, ia akan menuju pusat perbelanjaan. Hal lain yang dipertimbangkan warga ialah keamanan dalam berwisata.
Bagi orang Kalbar yang kehidupan ekonominya masih dominan menengah ke bawah, pilihan ke Kuching cukup rasional. Biaya transportasi relatif murah dan tidak terlalu jauh, jarak tempuh tujuh jam. Akomodasi juga beragam.
”Di sana ditawarkan wisata alam, budaya, dan perkotaan. Belum lagi fasilitas lain bagi mereka yang melancong sekaligus memeriksa kesehatan. Budaya juga tidak terlalu jauh berbeda terkait makanan. Bahasa juga masih bisa dipahami bersama,” kata Eddy.
Jika pariwisata di Tanah Air ingin berkompetisi, masyarakat mesti terbiasa dengan pelayanan yang lebih baik. Kebersihan juga hendaknya dijamin. Harus dijamin pula tidak ada orang yang memanfaatkan situasi untuk keuntungan pribadi dalam momen tertentu.
Selain itu, Indonesia juga perlu terus memperbaiki destinasi, antara lain meningkatkan kenyamanan lokasi, menyediakan fasilitas pendukung, dan memperbaiki akomodasi. Harga tiket pesawat di dalam negeri juga dinilai terlalu tinggi. Pemerintah dan maskapai-maskapai hendaknya duduk bersama apakah harga yang sekarang sudah benar.
”Bayangkan kalau saya ke Kuala Lumpur, saya dari Pontianak melalui jalur darat ke Kuching. Kemudian penerbangan dari Kuching ke Kuala Lumpur ada yang Rp 400.000-Rp 600.000. Tiket penerbangan dari Pontianak ke Jakarta Rp 1,3 juta-Rp 1,5 juta,” ujar Eddy.