Berbeda dengan Daerah Lain, Yogyakarta Hadapi Empat Kali Lonjakan Arus Lalu Lintas
Polisi menyiapkan strategi untuk mengantisipasi empat kali lonjakan arus lalu lintas di DIY saat periode Lebaran.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·2 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya wilayah Kota Yogyakarta dan sekitarnya, diprediksi mengalami empat kali lonjakan arus lalu lintas selama periode mudik Lebaran tahun ini. Kepolisian dan pemangku kepentingan lainnya menyiapkan antisipasi manajemen lalu lintas.
Hal itu dikemukakan Kepala Polda DIY Inspektur Jenderal Suwondo Nainggolan usai memimpin apel gelar pasukan Operasi Ketupat Progo 2024 di Markas Polda DIY, Kabupaten Sleman, Rabu (3/4/2024). ”Kelancaran jalur mudik menjadi atensi khusus karena jumlah pemudik menuju DIY tahun ini diperkirakan mencapai 11,7 juta orang,” ujarnya.
Suwondo menjelaskan, karakter arus lalu lintas selama periode mudik Lebaran di DIY berbeda dengan provinsi lain. Di daerah lain, lonjakan arus lalu lintas umumnya hanya terjadi dua kali, yakni pada puncak arus mudik dan arus balik.
Namun, di Yogyakarta, selain puncak arus mudik dan balik, ada dua kali lonjakan arus lainnya, yakni pada hari kedua Lebaran dan sehari jelang puncak arus balik. ”Ini berdasarkan data yang kami miliki selama dua tahun terakhir,” ujar Suwondo.
Dia menjelaskan, pada hari kedua Lebaran, arus masuk ke Yogyakarta meningkat salah satunya karena adanya pergerakan silaturahmi warga dari kota-kota tetangga di Jawa Tengah. Selain itu, ada pula warga yang berwisata di wilayah DIY.
Lonjakan berikutnya terjadi satu hari sebelum puncak arus balik. Hal ini di antaranya disebabkan banyak pemudik yang singgah ke Yogyakarta untuk berwisata sebelum kembali ke Jakarta atau daerah lain.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Suwondo mengatakan, dikerahkan 4.864 personel gabungan Polri, TNI, dan instansi terkait lainnya. Disiapkan pula sejumlah strategi manajemen lalu lintas seperti buka-tutup jalan, rekayasa arus, contraflow (arus lawan arah), dan delaying (menunda arus).
Namun, penerapan strategi tersebut akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di lapangan. Suwondo pun menegaskan, tidak ada penutupan lalu lintas yang permanen. ”Pengaturan dilakukan secara dinamis sesuai situasi arus mudik yang dinamis,” tuturnya.
Pengaturan juga akan dibantu teknologi pemantauan lalu lintas yang dimiliki Polda DIY. Ada puluhan kamera pemantau (CCTV) di titik-titik strategis yang dapat menghitung jumlah kendaraan dan jumlah orang. Data itu akan membantu petugas dalam menentukan kebijakan yang tepat.
Sementara itu, Direktur Lalu Lintas Polda DIY Komisaris Besar Alfian Nurrizal menambahkan, salah satu fokus antisipasi lonjakan lalu lintas adalah di wilayah timur DIY. Hal ini terkait akan dioperasikannya ruas tol Yogyakarta-Solo dari arah Solo hingga Klaten, Jawa Tengah.
Kami sudah memberi rekomendasi agar kendaraan bus hanya diperbolehkan yang mengarah naik.
Jika lalu lintas yang memasuki DIY dari Klaten sudah padat, Alfian mengatakan, dapat dilakukan pengaturan contraflow dari Prambanan hingga simpang Maguwoharjo. Hal ini untuk mengurai volume kendaraan sehingga tak terjadi kemacetan.
Dari simpang Maguwoharjo, arus dapat dipecah ke ringroad utara untuk kendaraan yang hendak menuju Magelang. Adapun kendaraan yang hendak ke Gunungkidul atau Bantul bisa diarahkan melewati Jalan Piyungan atau Simpang Janti.
Terkait jalur rawan kecelakaan, Alfian mengatakan, terdapat tiga ruas yang menjadi perhatian, yakni jalur Cinomati dan Bukit Bego di Kabupaten Bantul serta Tebing Breksi di Kabupaten Sleman. Ketiga jalur obyek wisata itu memiliki rute menanjak dan berkelok serta beberapa kali terjadi kecelakaan.
”Kami sudah memberi rekomendasi agar kendaraan bus hanya diperbolehkan yang mengarah naik. Adapun bus yang mengarah turun dialihkan memutar lewat jalur lain. Jalur turun sangat panjang, curam, dan berkelok sehingga berisiko bagi keselamatan perjalanan,” ujar Alfian.