Kampung Wisata, Alternatif Liburan di Yogyakarta
Kampung-kampung wisata di Kota Yogyakarta bisa menjadi alternatif mengisi libur Lebaran dengan sajian nuansa berbeda.
Yogyakarta seolah tak pernah kehabisan daya tarik pariwisata. Kota ini memiliki beragam pesona yang menggoda untuk dieksplorasi, termasuk sejumlah kampungnya yang menawarkan sensasi wisata berbeda.
Joko Nugroho (60) antusias menjelaskan arsitektur rumah joglonya di Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. ”Rumah ini dibangun sekitar tahun 1840. Sebagian besar bagiannya masih asli seperti dulu,” ujarnya saat ditemui, Senin (1/4/2024).
Rumah Joko terletak di Kampung Alun-alun. Nama itu tersemat dari sejarah kampung yang dulunya merupakan kawasan alun-alun atau lapangan terbuka Keraton Kerajaan Mataram Islam. Kerajaan cikal bakal Kesultanan Yogyakarta tersebut berdiri di Kotagede pada tahun 1586.
Saat pusat kerajaan dipindahkan oleh Sultan Agung pada 1613 ke daerah Kerta di Plered (kini wilayah Kabupaten Bantul), Alun-alun Kotagede itu kemudian menjadi permukiman. Saat ini terdapat sembilan rumah yang masih dipertahankan kelestariannya di Kampung Alun-alun, termasuk rumah Joko.
Rumah itu terdiri dari dua bagian, yakni bagian tempat tinggal di sisi utara atau disebut dalem dan pendopo di sisi selatan. Uniknya, dua bagian rumah ini terpisahkan oleh jalan kecil yang membelah kawasan permukiman tersebut.
Tanah yang dipakai sebagai jalan itu sebenarnya merupakan lahan pribadi, bagian dari pekarangan rumah. Namun, tanah tersebut direlakan oleh setiap pemilik rumah sebagai jalan akses bersama. Jalan itu pun dinamai Gang Rukunan untuk menandai semangat kerukunan antarwarga.
Baca juga: Kota Yogyakarta: Kota Pelajar, Wisata, dan Budaya
Di kedua ujung timur dan barat Gang Rukunan terdapat gerbang kampung. Karena alasan itu pula, kawasan ini disebut ”Between Two Gates” atau permukiman di antara dua gerbang.
Joko menerangkan, terdapat tiga dari empat gaya arsitektur rumah Jawa di kawasan tersebut, yakni joglo, limasan, dan rumah kampung. Adapun satu model rumah lainnya, yakni panggang pe, sudah tak ada lagi. Setiap model rumah mempertahankan ciri khas yang telah jarang ditemukan di tempat lain.
Peninggalan Mataram
Salah satu ciri khas rumah joglo di Kotagede adalah adanya bahu dhanyang. Ini merupakan konstruksi penyangga tritisan (lidah atap) yang berbentuk seperti lengan manusia. Bahu dhanyang di rumah Joko masih dalam bentuk asli yang berbahan kayu jati.
Keunikan arsitektur dan tata ruang kampung itu menjadi salah satu daya tarik Kampung Wisata Purbayan. Wisatawan dapat menikmati tur keliling kampung dengan pemandu melalui paket wisata yang disiapkan oleh pengelola.
Sejumlah situs peninggalan Kerajaan Mataram Islam pun lokasinya berdekatan dengan Purbayan, terutama Masjid Gedhe Mataram dan Kompleks Makam Raja-raja Mataram. Ada pula Pasar Legi Kotagede, pasar tradisional tertua di Yogyakarta yang hingga kini masih menjadi urat nadi perekonomian masyarakat.
Purbayan mengusung slogan ”Kampung Pusaka dan Penjaga Tradisi”.
Tak berhenti di situ, Purbayan juga memiliki kekayaan budaya tak benda yang menambah pesonanya. Salah satunya adalah kerajinan perak yang melegenda di Kotagede sejak zaman kolonial Belanda.
Wisatawan bisa melihat aktivitas pembuatan barang-barang perak dengan teknik semitradisional di Kampung Basen, sentra perajin perak di Purbayan. Bahkan, wisatawan juga dapat membuat perhiasan peraknya sendiri dengan dibimbing perajin.
”Dari pelat perak sampai jadi cincin sederhana, kira-kira dibutuhkan waktu tiga jam,” ujar Gunawan, pemilik Unique Silver, yang membuka bengkel kerajinannya untuk paket wisata tersebut.
Ketua Kampung Wisata Purbayan Ruli Setiawan mengatakan, dengan berbagai potensi itu, Purbayan mengusung slogan ”Kampung Pusaka dan Penjaga Tradisi”. Upaya pelestarian budaya dan tradisi dikombinasikan dengan pariwisata agar dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Purbayan, Nurcahyo Nugroho, menambahkan, Purbayan meraih juara 2 kategori Desa Wisata Berkembang dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) tahun 2023. Purbayan juga menjadi salah satu dari 75 desa wisata terbaik dalam ajang tahunan yang digelar Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tersebut.
Rejowinangun
Tak jauh dari Purbayan, masih di Kecamatan Kotagede, terdapat pula Kampung Wisata Rejowinangun. Kelurahan ini memiliki lima kluster wisata, yakni edukasi agro, herbal, kerajinan, budaya, dan kuliner.
Ketua Pokdarwis Rejowinangun Dadik Rahmanto menjelaskan, kluster agro mengajak wisatawan mempelajari berbagai tanaman hias, sayur, dan buah yang dibudidayakan warga. Sementara kluster herbal mengusung jamu tradisional khas Rejowinangun dan kluster kuliner menyajikan berbagai jajanan pasar Yogyakarta.
Adapun kluster kerajinan menyuguhkan aktivitas pembuatan blangkon, wayang kulit, dan rajutan. Terakhir, kluster budaya menawarkan pertunjukan tarian tradisional, wayang, dan kesenian gamelan.
Dadik menambahkan, pihaknya juga bekerja sama membuat paket wisata gabungan dengan Gembira Loka Zoo, kebun binatang yang berlokasi di kelurahan tersebut.
”Jadi, wisatawan bisa menikmati sejumlah kluster wisata di Rejowinangun, kemudian mengunjungi Gembira Loka,” ucapnya.
Baca juga: Sumbu Filosofi Yogyakarta Ditawarkan untuk Kunjungan Wisatawan di Masa Lebaran
Peneliti Pusat Studi Pariwisata Universitas Gadjah Mada, Destha Titi Raharjana, mengatakan, terdapat 25 kampung wisata di Kota Yogyakarta. Kampung-kampung ini bisa menjadi alternatif bagi wisatawan yang berkunjung saat libur Lebaran nanti.
”Kampung wisata bisa menciptakan pengalaman yang mungkin tak bisa ditemukan di tempat lain,” ujar Destha.
Survei Kementerian Perhubungan menunjukkan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi daerah tujuan 11,7 juta pemudik pada Lebaran tahun ini. Tempat-tempat wisata populer, seperti Malioboro dan berbagai pantai di DIY, diprediksi ramai dijejali wisatawan.
Namun, Destha mengatakan, konsep kampung wisata bukanlah pariwisata massal, melainkan wisata minat khusus. Oleh karena itu, target pengunjungnya adalah kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga, agar bisa optimal dalam aktivitas dan interaksi dengan masyarakat di kampung.
Harapannya, pengunjung membawa pulang kesan bermakna yang tak terlupakan dari liburan di Yogyakarta.
Baca juga: Kedatangan 11,7 Juta Pemudik, DIY Cegah Lalu Lintas Mengunci