Panen Anjlok akibat El Nino, Harga Kopi Robusta Lampung Melambung
Petani Lampung khawatirkan kopi impor banjiri pasar dalam negeri di tengah anjloknya hasil panen kopi hingga 90 persen.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Harga kopi di Lampung melonjak akibat kurangnya pasokan dari sentra produksi. Petani berharap kondisi ini tidak dimanfaatkan importir membanjiri pasar dalam negeri dengan kopi impor.
Saat ini, harga biji beras kopi atau green bean jenis robusta di tingkat petani Rp 50.000-Rp 52.000 per kilogram. Adapun harga biji kopi yang telah disangrai (roasted) Rp 75.000-Rp 85.000 per kilogram. Adapun harga kopi bubuk Rp 120.000-Rp 200.000 per kilogram menyesuaikan kualitasnya.
Kenaikan harga itu bertahap dari semula rata-rata 35.000 per kg (green bean). Bahkan, pada musim panen raya yang lalu, harganya hanya Rp 20.000.
Abdul Charis (58), petani kopi asal Kecamatan Sekincau, Kabupaten Lampung Barat, Lampung, menuturkan, menipisnya pasokan biji kopi petani disebabkan dampak fenomena El Nino sehingga hasil panen petani anjlok hingga 90 persen.
Dari satu hektar lahan, hasil kopi yang didapat tidak sampai satu kuintal. Jumlah itu jauh dibandingkan dengan produksi saat normal yang bisa mencapai 1 ton per hektar. ”Saat ini, kami hanya mampu memasok pengiriman ke tiga kedai kopi dari sebelumnya puluhan kedai. Stok kopi sudah susah didapat,” kata Abdul Charis saat dihubungi dari Bandar Lampung, Sabtu (30/3/2024).
Meskipun harga kopi melonjak dua kali lipat, mayoritas petani kopi belum dapat menikmati hasilnya karena hasil panen anjlok. Petani kopi baru bisa senang jika harga kopi bertahan tinggi hingga musim panen tahun ini yang diperkirakan akan berlangsung pada Juni 2024.
Abdul Charis berharap situasi ini tidak dimanfaatkan oleh para eksportir kopi untuk membanjiri pasar dengan kopi impor dari Vietnam ataupun Brasil. Hal tersebut dikhawatirkan akan merusak harga pasar kopi petani lokal.
Menipisnya pasokan biji kopi petani disebabkan dampak fenomena El Nino sehingga hasil panen petani anjlok hingga 90 persen.
Arie Oktara (32), pelaku usaha kopi, menuturkan, ia harus mencari pasokan kopi robusta dari daerah lain, seperti Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Jawa Tengah. Hal itu dilakukan karena pasokan kopi dari petani di Lampung Barat, Tanggamus, dan Lampung Utara sudah sulit didapat.
Sehari-hari, Arie memasok biji kopi yang telah disangrai kepada belasan kedai kopi yang ada di Bandar Lampung. Ia mengaku menaikkan harga Rp 10.000-Rp 15.000 per kilogram karena harga bahan baku juga naik signifikan.
Meskipun sulit didapat, Arie tetap menyerap hasil panen kopi robusta dari petani lokal Lampung dan daerah lainnya di Indonesia. Hal itu karena sebagian besar kedai kopi di Lampung menjual kopi single origin sehingga tetap membutuhkan bahan baku dari petani lokal.
Ia mengaku tidak tertarik membeli kopi impor meskipun harganya jauh lebih murah dari kopi robusta lokal. Hal itu karena kualitas biji kopi impor berbeda sehingga dapat memengaruhi cita rasa kopi yang dihasilkan. Selain itu, kopi impor juga tidak mempunyai segmen pasar di Lampung.
”Sebagian kedai kopi membutuhkan kopi robusta lokal untuk dijual ke pelanggan mereka. Kalau kopi impor segmen pasarnya mungkin berbeda,” katanya.
Hal serupa juga dikatanya oleh Elkana Arlen Riswan (38), pemilik usaha El’s Coffee.Ia tetap menggunakan kopi robusta dan arabika lokal meskipun pasokannya semakin menipis. Untuk mencukupi kebutuhan sejumlah cabang kafe yang dia kelola, Elkana juga mencari pasokan kopi dari daerah lain di Indonesia.
Perempuan buruh menyortir biji kopi kering jenis robusta di gudang pengolahan kopi di kawasan Way Laga, Bandar Lampung, Lampung, Kamis (8/2/2018).
Saat ini, pasar kopi dalam negeri dibanjiri oleh kopi impor dari negara-negara produsen, seperti di Vietnam dan Brasil. Harga kopi impor disebut-sebut lebih murah hingga Rp 30.000 per kg dibandingkan dengan kopi lokal.
Kendati begitu, pelaku usaha kedai kopi di Lampung tidak menggunakan kopi impor tersebut sebagai bahan baku. Pelaku usaha tetap menjual kopi lokal karena mayoritas konsumennya menyukai kopi robusta ataupun arabika lokal.