Untuk mengatasi genangan, Pemerintah Kota Pontianak meninjau ulang rencana induk drainase hingga mengedukasi masyarakat.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Genangan kerap terjadi di sejumlah lokasi di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, saat hujan lebat. Untuk mengatasi hal itu, Pemerintah Kota Pontianak akan meninjau ulang rencana induk drainase hingga melakukan edukasi kepada masyarakat agar tidak membuang sampah ke parit.
Genangan terjadi lagi baru-baru ini di Kota Pontianak, tepatnya pada Rabu (27/3/2024) malam, akibat hujan lebat. Sejumlah ruas jalan dan rumah warga terdampak genangan 10-45 sentimeter. Hal itu diduga karena parit-parit tidak berfungsi optimal. Pengamat lingkungan menilai hal itu kontras di tengah julukan Pontianak sebagai ”kota seribu parit” (Kompas.id, 28/3/2024).
Terkait genangan yang kerap terjadi di ibu kota Kalimantan Barat itu saat hujan lebat, Penjabat Wali Kota Pontianak Ani Sofian, Jumat, menuturkan, ada sejumlah kebijakan yang akan dilakukan Pemerintah Kota Pontianak untuk mengatasi genangan. Tahun depan, Pemkot Pontianak meninjau ulang rencana induk (master plan) drainase yang ada.
Sementara itu, saluran-saluran yang masih ada tetap dipertahankan agar berfungsi. Cara mempertahankan saluran yang ada ialah dengan normalisasi dan pemeliharaan rutin.
”Ada juga pembangunan dan peningkatan saluran drainase,” ujarnya.
Pemkot Pontianak juga menargetkan penambahan ruang terbuka hijau (RTH). Namun, Ani belum menjelaskan secara detail berapa luasan RTH yang akan ditambah ke depan dan di mana saja lokasinya. Menurut data yang disampaikan Ani, luas RTH Kota Pontianak saat ini 1.319,3 hektar (ha) dari 11.820,9 ha total luas Kota Pontianak.
Ia menuturkan, edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar tidak membuang sampah ke parit juga tidak luput dari rencana ke depan. Hal itu penting untuk memastikan agar parit-parit di Pontianak tidak tersumbat karena sampah.
Komunitas-komunitas yang bergerak dalam bidang lingkungan, termasuk parit dan gambut, sebetulnya juga ada di Kota Pontianak. Inisiatif komunitas untuk penyelamatan parit, salah satunya, ialah Kreasi Sungai Putat (KSP) di Kecamatan Pontianak Utara.
Ketua Kreasi Sungai Putat Syamhudi, menuturkan, agenda bersih-bersih dan gotong royong sudah dikolaborasikan dengan kelurahan dan RW. Kelurahan dan RW kemudian mengagendakan bersih-bersih parit.
Saat ini, KSP lebih fokus mendampingi manajemen terkait informasi tata kelola ekosistem. KSP dalam konteks itu mengingatkan masyarakat, jika publik abai terhadap parit dan ekosistem gambut, hal itu mengancam keberlangsungan kota.
Kota ini berdiri di atas gambut. Oleh sebab itu, mau tidak mau, harus ramah soal bagaimana mempertahankan kawasan gambut sebagai kawasan resapan.
KSP merupakan wadah rembuk warga untuk gerakan kepedulian lingkungan. Melihat genangan di sejumlah lokasi di Kota Pontianak yang terjadi Rabu malam hingga Kamis pagi kemarin, KSP mengingatkan lagi bahwa kota ini berdiri di atas gambut. Oleh sebab itu, mau tidak mau, harus ramah soal bagaimana mempertahankan kawasan gambut sebagai kawasan resapan.
”Kemudian, kembali lagi bagaimana pelestarian parit-parit,” kata Syamhudi.
Ia melihat, selama ini ada beberapa lokasi parit hilang atau diperkecil. Pontianak tempo dulu tidak mengenal istilah drainase, tetapi telah mengenal keberadaan parit di kota itu dengan lebar setidaknya 1 meter. Bahkan, ada yang lebih besar dari itu. Namun, sekarang, parit yang menjadi batas antarrumah saja tinggal 20 cm.
”Artinya, secara kearifan ekologis sekarang kalah dengan orang tua zaman dulu. Dulu masyarakat lebih beradaptasi dengan kondisi lingkungan. Bagaimana mengembalikan karakter kota sebagai kota seribu parit,” tuturnya.
Hal senada dikemukakan oleh Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalbar Hendrikus Adam. Menurut dia, genangan beberapa hari lalu kontras dengan julukan Pontianak sebagai kota seribu parit. Pada akhirnya timbul pertanyaan, karena seolah parit di kota itu tidak berfungsi.
Artinya, ada yang salah, terutama dari sistem drainasenya yang tidak optimal karena penyumbatan. Oleh sebab itu, penting untuk mengoptimalkan fungsi parit. Selain itu, memastikan wilayah resapan air, khususnya ruang terbuka hijau, dalam kondisi baik.