Jumat Agung Jadi Momentum untuk Lebih Peduli pada Sesama dan Lingkungan
Peringatan Jumat Agung hendaknya jadi momentum bagi umat Katolik untuk lebih peduli pada sesama dan lingkungan hidup.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·2 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Peringatan wafat Yesus Kristus pada Jumat Agung mengajarkan kepada umat Katolik untuk tidak takut berkorban dan menderita sengsara demi kebaikan hidup bersama. Maka, Jumat Agung hendaknya jadi momentum bagi umat Katolik untuk lebih peduli pada sesama dan lingkungan hidup.
Pesan tersebut disampaikan Kepala Paroki Katedral Keluarga Kudus Banjarmasin RP Ignasius Tari MSF seusai pelaksanaan ibadat visualisasi jalan salib di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Jumat (29/3/2024) pagi. Ibadat jalan salib ini mendahului ibadat Jumat Agung, yang akan dilaksanakan pada pukul 15.00 Wita.
Tari mengatakan, visualisasi jalan salib memperlihatkan tahap demi tahap sengsara Yesus sampai wafat disalib. Visualisasi kali ini dibawakan Remaja Katolik (Rekat) dan Serikat Kerasulan Anak Misioner (Sekami) Paroki Katedral Banjarmasin.
”Yang bisa diambil sebagai inspirasi untuk pertumbuhan hidup dan iman umat yaitu bagaimana umat juga belajar untuk mengorbankan diri. Pengorbanan itu untuk membuat situasi hidup kita, lingkungan hidup, dan sesama kita semakin baik,” katanya.
Menurut Tari, kehidupan yang semakin baik itu disebut orang Katolik sebagai keselamatan. Jadi, keselamatan itu adalah situasi yang baik dalam segala segi kehidupan.
”Ketika kita semakin rajin berbuat baik, semakin peduli pada sesama dan lingkungan hidup, pada saat itulah kita mengenangkan sengsara Tuhan (Yesus) yang membawa kebangkitan,” ujarnya.
Pada Jumat Agung, lanjutnya, umat Katolik diajak untuk memperingati sengsara dan wafat Yesus Kristus. Namun, peringatan itu tidak berhenti pada sengsara dan wafat Yesus. Sebab, setelah itu ada perayaan kebangkitan Tuhan pada malam Paskah.
Inilah yang disebut dengan Trihari Suci. Rangkaian perayaannya dimulai dari Kamis Putih untuk mengenangkan Yesus yang merendahkan diri karena kasih-Nya, Jumat Agung untuk mengenangkan sengsara dan wafat Yesus, dan malam Paskah untuk merayakan kebangkitan Tuhan.
”Kita manusia sering kali menghindari sengsara, tetapi pada Jumat Agung kita ditunjukkan bahwa sengsara itu layak dirayakan. Caranya dengan wajib berpantang dan berpuasa. Jadi, hari ini dikhususkan untuk berdoa,” katanya.
Ibadat Jumat Agung di Gereja Katedral Keluarga Kudus Banjarmasin akan dilaksanakan dua kali, yaitu pada pukul 15.00 dan 18.00 Wita. Dalam dua kali ibadat itu, Tari memperkirakan, umat yang hadir sekitar 1.300 orang.
Umat Katolik diajak untuk memperingati sengsara dan wafat Yesus Kristus. Namun, peringatan itu tidak berhenti pada sengsara dan wafat Yesus. Sebab, setelah itu ada perayaan kebangkitan Tuhan pada malam Paskah.
Daniel Julian Trisena (16), anggota Rekat Paroki Katedral Banjarmasin, menyatakan, tidak mudah mengikuti jejak Yesus. Ia merasakan cukup sengsara menjadi Yesus ketika berperan sebagai Yesus dalam visualisasi jalan salib. Ia merasakan bagaimana diadili, dihujat, disiksa, memanggul salib, hingga disalib.
”Saya merasa lumayan kesakitan ketika menampilkan visualisasi jalan salib. Jadi Yesus itu ternyata tidak mudah, sangat berat. Tetapi, itulah yang Yesus lakukan untuk menebus dosa kita manusia,” kata siswa kelas XI SMK Yayasan Pendidikan Teknologi Banjarmasin itu.