Lebaran menjadi momen yang ditunggu pelaku UMKM di Lombok, NTB, untuk mendulang cuan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Lebaran menjadi momen penting bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM makanan di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Mereka berkesempatan untuk memasarkan lebih banyak produk untuk mendulang lebih banyak keuntungan.
Pada momen Lebaran, biasanya permintaan warga lokal terhadap makanan meningkat, ditambah lagi dengan permintaan dari wisatawan yang datang untuk berlibur di lombok. ”Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, penjualan termasuk tinggi di momen Lebaran sehingga kami optimistis, tahun ini juga demikian,” kata Ida Ghaffar Moerad, pemilik usaha ayam taliwang kemasan Beca Bero, Rabu (27/3/2024).
Beca Bero adalah nama merek untuk ayam taliwang kemasan di Lombok yang muncul sejak 2019 lalu. Selain di dalam negeri, ayam taliwang kemasan Beca Bero telah dinikmati pelanggan di Mesir, Turki, Australia, dan Italia.
Ida yang ditemui dalam acara Silaturahmi dan Peningkatan Kapasitas UMKM Binaan dan Mitra Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTB di Mataram mengatakan, dalam menyambut lebaran, mereka biasanya meningkatkan produksi.
Pada hari normal, kata Ida, Beca Bero memproduksi sekitar 50 ayam taliwang kemasan. Tetapi kali ini meningkat hingga 100 ekor per hari.
”Peningkatan produksi ini memang tidak hanya untuk penikmat ayam taliwang dari warga Muslim yang mudik, tetapi juga yang non-Muslim. Apalagi jika libur panjang, wisatawan yang ke Lombok pasti meningkat,” kata Ida.
Ida menambahkan, meski produksi meningkat, ia tidak menambah personel. ”Berhubung restoran sedang tutup, jadi semua yang semula bertugas di sana dialihkan ke produksi,” ujar Ida.
Ida mengatakan, khusus momen Lebaran dan libur panjang, mereka fokus mempersiapkan ayam taliwang yang dijual Rp 70.000 per kemasan. Namun, ia juga menyediakan sambal hingga sate khas Lombok yang bisa menjadi bingkisan Lebaran dan oleh-oleh bagi wisatawan.
Tidak hanya ayam taliwang, usaha kue kering juga bersiap menyambut Lebaran. Pemilik Nutsafir Cookies Lombok, Sayuk Wibawati, mengatakan, penjualan di minggu pertama dan kedua Ramadhan memang belum signifikan. Nutsafir menjual kue kering atau kukis berbahan dasar biji-bijian lokal sejak 2013 lalu.
”Tetapi, memasuki minggu ketiga ini sudah mulai ada pesanan untuk parsel. Terutama dari badan usaha milik negara dan instansi,” kata Sayuk.
Sayuk menambahkan, dari masyarakat umum juga belum banyak. Tetapi, ia optimistis akan meningkat di minggu ketiga hingga Lebaran nanti. Terutama seiring mulai pencairan tunjangan hari raya atau THR.
”Parsel biasanya ramai minggu kedua sampai minggu ketiga. Tetapi, kalau buat oleh-oleh, seminggu sebelum Lebaran dan dua hari setelah Lebaran,” kata Sayuk.
Menurut Sayuk, antisipasi yang ia lakukan sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yakni meningkatkan produksi sehingga tidak kelabakan saat pesananan mendadak banyak.
Sayuk menjelaskan, normalnya, mereka mengolah sekitar 48 kilogram bahan baku untuk semua varian rasa. Memasuki Ramadhan hingga lebaran, perlahan meningkat. Mulai ke 70 kilogram hingga 100 kilogram.
”Seperti tahun-tahun sebelumnya, kami juga menambah tenaga lepas dengan sistem kontrak dua bulan. Cuma tahun ini, ada mahasiswa praktik lapangan yang ikut membantu, terutama di gerai,” kata Sayuk.
Hari biasa total keseluruhan produksi mencapai 500 bungkus. Sekarang alhamdulillah bisa sampai 700 hingga 1.000 bungkus.
Selain meningkatkan produksi, dalam menyambut Lebaran, Sayuk juga menyediakan gerai khusus di depan tokoknya di kawasan Gomong, Mataram. Gerai itu menawarkan paket produk dengan bonus sembako.
”Jadi, belanja minimal mulai Rp 50.000 sudah dapat sembako. Mulai dari mi instan, gula, teh, hingga minyak goreng. Sejauhini, peminatnya cukup bagus,” kata Sayuk.
Selain itu, Nutasfir juga membuka gerai penjualan baru di area bandara. Gerai baru itu berada di Swiss-Belcourt Lombok. Di sana tersedia produk nutsafir dan oleh-oleh lain produksi UMKM di Lombok.
Terkait target, kata Sayuk, bisa mencapai sekitar Rp 400 juta atau dua kali lipat dari pendapatan normal. Ramadhan tahun lalu omzetnya mencapai sekitar Rp 350 juta.
Rumput laut
Sasak Maiq, UMKM yang memproduksi olahan rumput laut, hasil perikanan, dan pertanian juga siap menyambut momen Lebaran tahun ini. Oleh karena itu, Baik Siti Suryani selaku pemilik usaha yang berdiri sejak 2013 itu mengatakan, mereka meningkatkan produksi dibandingkan dengan kondisi normal.
”Hari biasa total keseluruhan produksi mencapai 500 bungkus. Sekarang alhamdulillah bisa sampai 700 hingga 1.000 bungkus,” kata Siti.
Menurut Siti, produk mereka terdiri dari dodol, tortila, hingga stik rumput laut. Selain itu, ada abon ikan dan terasi, juga olahan pisang dari bonggol hingga buah pisang.
”Sudah mulai banyak permintaan. Tidak hanya dari masyarakat umum, tetapi juga dari toko oleh-oleh dan ritel modern. Kalau dari masyarakat umum biasanya dalam bentuk kiloan atau curah, sedangkan toko oleh-oleh berbentuk kotakan,” kata Siti.
Seperti UMKM lain, kata Siti, kondisi itu membuat ia harus menambah personel. Jika tahun lalu hanya 16 orang, tahun ini meningkat menjadi 33 orang, termasuk bantuan dari mahasiswa PKL. ”Tahun lalu, omzet sekitar Rp 150 juta. Tahun ini, target bisa di atas itu,” kata Siti.