Sembilan WNA Terserang DBD di Gili, Pencegahan Semakin Intensif
Sembilan warga negara asing yang sedang berlibur di Gili, Lombok, NTB, dilaporkan terserang DBD.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Bukan hanya warga lokal, warga negara asing yang tengah berlibur di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dilaporkan terserang demam berdarah dengue atau DBD. Pemerintah Provinsi NTB melakukan berbagai langkah intensif untuk mencegah semakin meluasnya kasus dan mengantisipasi potensi kejadian luar biasa DBD.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Lalu Hamzi Fikri dalam keterangan resminya di Mataram, Selasa (26/3/2024), mengatakan, kasus DBD pada wisatawan asing berawal dari informasi yang beredar di laman Facebook. Salah seorang pengguna yang menggunakan akun anonymous participant menyebutkan jika rekannya sesama wisatawan di Gili Air, Lombok Utara, dirawat di rumah sakit karena DBD.
Menurut Fikri, pihaknya langsung memverifikasi hal itu pada Kamis (21/3/2024) di Lombok Utara. ”Ditemukan riwayat sembilan WNA penderita kasus DBD yang pernah dirawat di Klinik Medika Gili Air. Kasus tersebut terjadi pada periode Februari hingga Maret. Klinik itu terakhir merawat penderita kasus DBD pada 11 Maret lalu,” kata Fikri.
Menurut Fikri, kasus DBD tersebut telah ditangani sesuai dengan prosedur standar operasi, mulai dari penyelidikan epidemiologi, koordinasi dengan klinik, respons terhadap lingkungan dan vektor (nyamuk Aedes aegypti).
Dihubungi terpisah Selasa siang, Hadi Mawardi, pengurus Asosiasi Manajer Umum Hotel Indonesia Dewan Perwakilan Daerah NTB sekaligus General Manager The Gili Beach Resort, Gili Trawangan, membenarkan hal itu.
Menurut Hadi, para wisatawan mancanegara tersebut diduga terserang DBD sejak berada di Bali. Lalu masuk masa inkubasi saat di Gili. ”Sekarang kami terus memantau perkembangan di Gili. Termasuk berkoordinasi dengan klinik yang ada untuk memberikan laporan sehingga bisa cepat diteruskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Utara dan Puskesmas Nipah,” kata Hadi.
Sejalan dengan itu, kata Hadi, sebagian properti di tiga Gili (Trawangan, Meno, dan Air) juga sudah diasap. ”Kami saling pinjam alat dan beli obat sendiri. Sejauh ini, belum ada fooging dari Dinas Kesehatan Lombok Utara,” kata Hadi.
Para wisatawan mancanegara tersebut diduga terserang DBD sejak berada di Bali. Lalu masuk masa inkubasi saat di Gili.
Tren kasus
Fikri menambahkan, tren kasus suspek DBD di Lombok Utara sampai dengan minggu ke-10 tahun 2024 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini sesuai dengan Kalender Risiko Penyakit di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.
Kalender tersebut menunjukkan Desember dan Januari memiliki kriteria risiko DBD sangat tinggi, Februari dan Maret memiliki risiko tinggi, April memiliki risiko sedang, dan Mei hingga September memiliki risiko rendah terhadap kejadian kasus DBD.
Berdasarkan catatan Dinas Kesehatan Lombok Utara, terdapat tiga puskesmas di Lombok Utara dengan kasus DBD lebih dari 20 pada periode Januari sampai dengan 20 Maret. Ketiga puskesmas tersebut yakni Puskesmas Senaru 34 kasus, Puskesmas Santong 37 kasus, dan Puskesmas Tanjung 24 kasus.
”Sebagian besar penderita di Lombok Utara berusia lebih dari 15 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Usia tersebut merupakan usia produktif yang kemungkinan banyak melakukan aktivitas di luar rumah. Gejala yang dialami penderita berupa demam, lemas, mual, muntah, terdapat bercak merah pada tubuh dan nyeri sendi yang merupakan gejala umum kasus DBD,” kata Fikri.
Peningkatan kasus di Lombok Utara juga sejalan dengan peningkatan kasus di Tanah Air. Menurut Fikri, peningkatan kasus DBD sedang terjadi di seluruh Indonesia. Tercatat hingga minggu ke-8 tahun 2024 terdapat laporan kasus dengue sebanyak 15.977 berdasarkan laporan dari 213 kabupaten dan kota di 17 provinsi.
Adapun kematian akibat dengue sebanyak 124 kasus yang terjadi di 61 kabupaten dan kota di 11 provinsi. Data tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 pada bulan yang sama.
Menindaklanjuti kondisi, Pemprov NTB mengambil sejumlah langkah, antara lain mengeluarkan Surat Kesiapsiagaan Peningkatan Kasus DBD pada awal Februari yang ditujukan bagi dinas kesehatan di sepuluh kabupaten/kota di NTB. Langkah yang juga disertai imbauan tertulis ke seluruh puskesmas dan desa itu, dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi potensi kejadian luar biasa (KLB) DBD.
Selain itu, Dinas Kesehatan NTB juga mendistribusikan logistik untuk kegiatan pencegahan, pengendalian (insektisida, larvasida, dan alat pengendalian) dan alat diagnosis DBD (RDT NS1 Combo).
Langkah lainnya, kata Fikri, adalah pemberantasan sarang nyamuk (PSN) bersama seluruh puskesmas secara serentak dan berkala di setiap wilayah puskesmas. Termasuk berkoordinasi dengan desa serta aparat terkait untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit DBD dan memonitoring kegiatan PSN di masyarakat.
Selain itu, puskesmas melakukan larvasidasi (pemberantasan jentik) di seluruh rumah yang disurvei dan sekitarnya. Termasuk sosialisasi ke masyarakat melalui posyandu, pertemuan di kantor desa dan sekolah terkait pencegahan DBD.
Dinas Kesehatan NTB dan puskesmas juga bergerak cepat dalam merespons setiap peringatan yang muncul di sistem kewaspadaan dini dan respons (SKDR) melalui tindakan penyelidikan epidemiologi kurang dari 1 x 24 jam.
Fikri mengingatkan masyarakat untuk mengenali fase awal DBD yang mirip dengan flu. Juga ditandai dengan rasa nyeri sendi, demam, sakit kepala hebat, hingga mual. Selain itu, timbul demam berat yang berlangsung dua sampai tujuh hari juga menjadi gejala DBD sehingga harus dibawa ke fasilitas layanan kesehatan.