Utamakan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Warga Korban Gempa Pulau Bawean
Bantuan terus disalurkan bagi warga Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, yang terdampak gempa tektonik Laut Jawa.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
BAWEAN, KOMPAS — Sampai dengan Senin (25/3/2024) malam ini, bantuan kebutuhan dasar terus dikumpulkan dan disalurkan ke Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Bantuan itu untuk masyarakat Pulau Bawean yang terdampak gempa tektonik Laut Jawa.
Di Pelabuhan Bawean telah sandar Kapal Cepat Express Bahari 3F dan KN SAR Permadi atau SAR 249. Kedua bahtera itu membawa bantuan kebutuhan dasar. Selain itu, tim terpadu dari Komando Distrik Militer 0817/Gresik, Kepolisian Resor Gresik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, BPBD Kabupaten Gresik, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Badan SAR Nasional), Kementerian Sosial, Taruna Siaga Bencana, dan relawan.
Dari Pelabuhan Gresik, Express Bahari mengangkut 1.000 paket beras 5 kilogram, masing-masing 300 paket bahan pokok, higienis, selimut, dan matras, 100 kasur lipat, set tenda pengungsian, dan berkardus-kardus penuh air minum dalam kemasan serta mi instan.
Dari Pelabuhan Tanjung Perak, Permadi membawa masing-masing 50 kardus berisi lauk pauk, nasi siap saji, mi instan, dan minyak goreng. Selain itu, berkardus-kardus sarden, bubur dan makanan bayi makanan ringan, susu bubuk, teh, kopi, gula, telur 400 kg, dan beras 970 kg. Juga ada tenda keluarga, tikar, kasur lipat, 200 terpal, 200 selimut, 255 matras, popok bayi, popok dewasa, pembalut, generator set, kompor, dan kelengkapan memasak.
Kami belum berani tidur di dalam rumah karena takut gempa besar susulan.
Muhammad Sabit, warga Desa Dekatagung, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean, mengatakan, hingga hari keempat gempa tektonik, di pengungsian belum ada dapur umum. Masyarakat yang mengungsi memang mendapat bantuan darurat berupa bahan pangan dan kebutuhan khusus untuk bayi, perempuan, dan warga lanjut usia.
”Tenda-tenda sementara kami dirikan sendiri dari terpal bantuan atau milik warga,” kata Sabit.
Namun, kondisi pengungsian berisiko tidak aman dan tidak nyaman ketika hujan turun. Warga perlu dibangunkan pengungsian yang lebih baik, rapi, dan mudah dengan akses dapur umum serta sanitasi.
Muhammad Nasir, warga Desa Telukdalam, Sangkapura, mengatakan, di pengungsian juga diperlukan tim pemeriksa kesehatan dan psikolog. Kondisi kesehatan warga yang mengungsi terutama bayi, anak, dan warga lansia dikhawatirkan menurun. Mereka juga masih trauma dengan gempa susulan.
”Kami belum berani tidur di dalam rumah karena takut gempa besar susulan yang bisa merobohkan rumah,” kata Nasir.
Meski banyak rumah yang tidak terdampak, tetapi karena trauma, untuk tidur, warga pindah dari dalam rumah ke teras atau luar rumah, lapangan, atau dhurung, pondok, dan lumbung tradisional warga Bawean.
Komandan Kodim 0817/Gresik Letnan Kolonel (Inf) Ahmad Saleh Rahanar mengatakan, bantuan akan disalurkan sesuai kebutuhan yang diajukan oleh camat dan kepala desa kepada pos komando. Personel TNI membantu pemulihan trauma masyarakat dari gempa, penyaluran bantuan, penyiapan pengungsian, dan perbaikan sarana prasarana jika diperlukan.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menetapkan status tanggap darurat bencana gempa selama 21 hari. Masa tanggap darurat berlaku 22 Maret-11 April 2024. Tanggap darurat berakhir bersamaan dengan Lebaran.
Dalam masa tanggap darurat, menurut Yani, sebaiknya fokus pemenuhan kebutuhan utama. Pulau Bawean berada 120 kilometer dari pesisir utara Gresik, Pulau Jawa. Akses transportasi sulit atau mengandalkan kapal penyeberangan dan pesawat kecil. Penyaluran bahan pangan, pakaian, sanitasi, dan kebersihan menjadi prioritas untuk memelihara kesehatan masyarakat.
”Setelah itu, verifikasi pendataan dan penggantian kerugian sarana dan prasarana yang rusak terutama milik masyarakat,” katanya.
Penjabat Gubernur Jatim Adhy Karyono mengatakan, keterpaduan amat penting untuk percepatan penanganan dan pemulihan kehidupan masyarakat Pulau Bawean. Kebutuhan mendesak perlu secepatnya diinformasikan secara berkelanjutan agar segera dihimpun dan dikirim ke Pulau Bawean.
Adhy telah meninjau Pulau Bawean yang terdampak gempa dan melihat sejumlah lokasi pengungsian.
”Pastikan kebutuhan dasar warga terpenuhi dan mereka terlindungi, jangan sampai ada yang keleleran (telantar),” katanya.