Panduan agar Tak Salah Membeli Ponsel Bekas Saat THR Cair
Jika tak jeli, niat membeli ponsel bekas buat Lebaran bisa berujung kecewa. THR jutaan rupiah pun bisa jadi sia-sia.
Selain baju baru, menggunakan telepon genggam (handphone/HP) atau telepon seluler (ponsel) baru saat Lebaran jadi keinginan banyak orang. Namun, jika tunjangan hari raya tidak cukup untuk membeli ponsel baru, tidak ada salahnya berburu ponsel bekas. Hanya saja, perlu kejelian agar tidak salah membeli.
Setiap tahun, produsen ponsel pintar membanjiri pasar dengan berbagai produk mereka. Sepanjang 2024 pun demikian. Mulai dari yang entry level (kelas pemula), midrange (kelas menengah), hingga flagship (kelas atas).
Hal itu memberi banyak pilihan bagi masyarakat yang ingin membeli ponsel baru, termasuk saat tunjangan hari raya (THR) cair. Berburu ponsel kerap menjadi fenomena lain saat Lebaran selain berburu baju Lebaran.
”Biasanya nanti toko ramai menjelang Lebaran. Banyak yang datang beli HP untuk dipakai Lebaran,” kata Zakharia (31), pemilik Warming Cell, salah satu gerai ponsel di kawasan Airlangga, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa (19/3/2024).
Selain meningkatkan gengsi bagi para pemiliknya di hari Lebaran, menggunakan ponsel baru juga tidak banyak risiko. Apalagi, menurut Zakharia, biasanya ponsel baru disertai garansi panjang hingga satu tahun atau lebih. Oleh karena itu, jika ada masalah, bisa diklaim untuk perbaikan secara gratis.
Akan tetapi, dengan berbagai pertimbangan dan adanya banyak kebutuhan, tidak semua orang memilih membeli ponsel baru. Selama punya fungsi untuk berkomunikasi serta mengambil foto dan video untuk kebutuhan media sosial, ponsel bekas pun sudah cukup.
Baca juga: Pusingnya Warga Jakarta Belanja Daring untuk Lebaran
Zakharia mengatakan, tak sedikit pembeli yang datang ke tokonya untuk membeli ponsel bekas. ”Meskipun HP bekas, biasanya dari toko juga ada pengecekan sebelum kami beli dari pengguna sebelumnya sehingga meminimalkan minus atau kekurangan,” katanya.
Kehadiran ponsel-ponsel pintar baru biasanya disertai dengan turunnya harga versi sebelumnya. Penurunan harga bervariasi, dari 30 persen hingga setengah harga, tergantung kelas ponsel tersebut.
Membeli ponsel bekas menjadi kesempatan untuk mengganti yang lama atau membeli untuk pertama kalinya. Membeli di toko langsung tentu akan lebih mudah karena tidak harus pusing dengan pengecekan. Namun, jika ingin membeli ponsel bekas dari pengguna lain, kita harus jeli. Selain mempertimbangkan soal harga, kondisi ponsel yang akan dibeli tentu perlu dicek.
Arif Budi Utomo (35), pegawai di bagian kontrol kualitas di Warming Cell, menjelaskan, ada berbagai hal yang bisa dicek saat membeli ponsel bekas, mulai dari kelengkapan hingga fungsi. Hal itu berlaku untuk ponsel bekas yang berbasis Android ataupun iOS (perangkat Apple).
Baca juga: Ponsel dan Media Sosial Mengubah Perilaku Belanja Kita
Aspek kelengkapan terdiri dari kotak wadah ponsel, aksesori, hingga bukti pembelian. Kelengkapan tersebut penting sebagai jaminan keaslian produk sekaligus memastikan ponsel yang dibeli bukan barang curian. ”Selain itu, seandainya mau dijual lagi nanti, harganya masih lumayan bagus meski HP bekas,” kata Arif.
Setelah kelengkapan, kata Arif, calon pembeli bisa mengecek kondisi fisik dan fungsi ponsel. Pengecekan fisik untuk melihat apakah ada lecet atau penyok pada ponsel tersebut. Hal itu bisa menjadi salah satu gambaran pemakaian pengguna sebelumnya.
Adapun pemeriksaan fungsi mencakup berbagai komponen yang ada di ponsel itu, mulai dari layar, tombol-tombol, kamera, mikrofon, hingga ketahanan baterai. Layar menjadi salah satu komponen terpenting karena hampir semua interaksi pengguna berkait dengan layar. Sayangnya, tidak semua ponsel bekas terjamin kualitas layarnya.
Menurut Arif, jika membeli ponsel bekas, ada kemungkinan layarnya pernah diganti. Jika masih dengan komponen asli, tentu tidak masalah. Namun, jika menggunakan kompenen tidak asli, hal itu berpotensi jadi masalah baru. Selain umurnya bisa saja pendek, fungsi navigasi pengguna akan terganggu dengan layar seperti itu.
Untuk pengecekan kamera, bisa dilakukan dengan tes pengambilan gambar dan video. Tes dilakukan pada kamera belakang dan kamera depan. Jika kualitas gambar dan video yang dihasilkan bagus dan tidak kabur (blur), kamera ponsel tersebut masih aman.
Jika ingin membeli ponsel bekas dari pengguna lain, kita harus jeli. Selain mempertimbangkan soal harga, kondisi ponsel yang dibeli tentu perlu dicek.
Arif menambahkan, kesehatan atau ketahanan baterai bisa dicek lewat fitur yang disediakan atau aplikasi khusus pengecekan baterai. Selain itu, pengecekan bisa dilakukan dengan uji pemakaian dalam jangka waktu tertentu. Misalnya dengan mengambil video selama sepuluh menit sambil menyalakan lampu pada ponsel. Bisa juga dengan memutar video. Jika baterai tiba-tiba turun secara drastis, berarti kondisi baterai sudah tidak bagus lagi.
Baca juga: Ponsel Merek China Merajai Pasar ”Smartphone” Indonesia yang Sedang Lesu
Adapun fungsi mikrofon pada ponsel bisa dicek dengan aplikasi perekaman serta panggilan suara atau video ke nomor lain.
Pengecekan lain yang tak kalah penting, kata Arif, adalah memastikan ponsel bekas yang akan dibeli memiliki garansi resmi. Hal itu terkait kebijakan pemblokiran sinyal oleh pemerintah pada ponsel yang tidak resmi.
Sejak 15 September 2020, pemerintah mulai mengendalikan international mobile equipment identity (IMEI) untuk ponsel, komputer genggam, dan komputer tablet (HKT). Kebijakan itu berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pengendalian Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi yang Tersambung ke Jaringan Bergerak Seluler melalui IMEI.
Kebijakan itu membuat perangkat komunikasi dengan IMEI yang tidak terdaftar secara resmi tidak bisa mengakses jaringan seluler di Tanah Air atau diblokir. Oleh karena itu, ponsel semacam itu hanya bisa terhubung dengan internet menggunakan Wi-Fi.
Pemblokiran juga kerap terjadi pada ponsel dari luar negeri yang masuk secara tidak resmi (black market). Sebagian ponsel dari luar negeri memang dibawa masuk secara resmi karena penjualnya melapor dan membayar pajak di bea dan cukai bandara sehingga ponsel itu tetap bisa mengakses jaringan seluler di Tanah Air.
Baca juga: Ponsel Pemula Bersolek dengan Performa
Akan tetapi, tidak sedikit penjual nakal yang mengakali kebijakan itu lewat jasa tembak IMEI yang banyak beredar. Ponsel dengan kondisi itu bisa diblokir tiba-tiba. ”Jangan sampai, pas Lebaran dan sedang telepon atau video call dengan keluarga jauh, tiba-tiba terputus karena sinyal hilang karena kena blokir,” kata Arif.
Beli daring
Untuk ponsel bekas, membeli langsung dengan bertemu penjual atau cash on delivery (COD) tentu jauh lebih baik. Hal ini agar pembeli punya kesempatan untuk mengecek kondisi ponsel hingga benar-benar yakin membelinya.
Namun, ada juga pembeli yang tidak bisa bertemu secara langsung karena penjual berada di daerah lain sehingga jalan satu-satunya adalah membeli secara daring. Sayangnya, membeli ponsel secara daring kerap bikin waswas.
Apalagi, belakangan banyak laporan barang yang dibeli secara daring ternyata tidak sesuai saat diterima. Ada juga barang yang hilang saat pengiriman. Kasus terakhir yang sedang viral di media sosial X adalah pembeli yang komplain karena barang yang diterima berisi dua botol air mineral. Padahal, ia membeli iPhone 13.
Habibullah Hubbaezzy (33), alias Ezzy, pemilik toko ponsel eBox Mataram, mengatakan, jika ingin membeli ponsel bekas secara daring seperti di lokapasar, konsumen harus bertransaksi dengan toko tepercaya. ”Lihat bintang di tokonya. Cek juga testimoni dari para pembeli sebelumnya,” katanya.
Di sejumlah lokapasar, toko daring biasanya juga punya level keanggotaan yang bisa jadi pertimbangan bagi para pembeli. Seperti Power Merchant pada Tokopedia hingga Penjual Star pada Shopee. Toko-toko dengan label itu biasanya punya tingkat kepercayaan yang tinggi.
Selain itu, masalah garansi juga perlu ditanyakan saat membeli ponsel bekas secara daring. ”Tanya barangnya garansi apakah resmi atau tidak. Kenapa harus ditanya-tanya, karena resmi itu terjamin sinyal. Kalau itu barang dari luar, tanya dia bayar di bea dan cukai bandara saat dibawa masuk ke Indonesia atau tidak. Serta minta bukti pembayaran. Kalau sudah bayar, sinyalnya juga aman,” kata Ezzy.
Pengecekan fisik, kata Ezzy, juga tetap bisa dilakukan lewat foto dan video. Pembeli bisa meminta penjual untuk mengirimkan foto atau video yang memperlihatkan detail fisik ponsel bekas tersebut, termasuk video pengecekan fungsi-fungsi.
Baca juga: Ponsel ”Flagship” Ramah Kantong
”Saat barang tiba, proses buka kemasan (unboxing) harus direkam. Ini untuk keperluan komplain jika ternyata ditemukan masalah. Intinya, biar sama-sama saling percaya antara pembeli dan penjual,” ujar Ezzy yang lebih dari sepuluh tahun berjualan ponsel.
Terkait sistem operasi, Ezzy mengembalikan kepada calon pembeli, apakah mau Android atau iOS. Android lebih banyak pilihan karena produsennya banyak, sementara iOS hanya dari Apple.
”Tergantung uangnya. Kalau uang THR di atas Rp 5 juta, iPhone bisa dipilih karena yang resmi kayak iPhone 11 ada yang jual segitu. Tetapi kalau suka Android, lebih banyak lagi pilihannya karena dari harga sejutaan juga ada,” tutur Ezzy.
Jika dicek di lokapasar, tidak sedikit juga ponsel berbasis Android bekas yang dijual dengan harga di bawah Rp 1 juta. Namun, ponsel dengan harga senilai itu biasanya untuk seri-seri lama yang keluar beberapa tahun lalu. Dari produsen, ponsel-ponsel jenis ini bisa saja sudah tidak mendapat dukungan pembaruan sistem operasi.
Oleh karena itu, Ezzy merekomendasikan minimal membeli ponsel dengan versi Android 12. Hal itu agar ponsel yang dibeli punya ”napas” yang lebih lama untuk bisa menggunakan aplikasi-aplikasi yang terus diperbarui oleh pengembangnya. Saat ini, Android terbaru sudah di versi 14.
Diki Zulkarnaen (43), pekerja lepas di bidang properti di Mataram, lebih memilih membeli ponsel bekas langsung di toko agar bisa mengecek langsung. ”Rencana mau ganti, tetapi tunggu THR cair dulu. Saya memang jarang beli baru karena kalau jual lagi lumayan turun harganya. Apalagi saya cepat bosan dan kalau kepepet butuh uang, solusinya jual HP,” katanya.
Seperti disebut dalam lirik lagu tentang baju lebaran, kalau tak ada baju baru di hari raya, baju lama pun tak apa-apa. Ponsel juga demikian. Kalau tidak bisa pakai ponsel baru saat Lebaran, yang bekas juga bisa jadi pilihan. Selamat berburu!