Edan Sepur Bandung, komunitas pencinta kereta api, ikut menjaga keselamatan nyawa di sekitar pelintasan kereta api.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
Komunitas pencinta kereta api, Edan Sepur Bandung, memanfaatkan momen bulan puasa untuk ikut menjaga nyawa sesama. Namun, masih ada saja orang-orang nekat yang bahkan tidak peduli dengan keselamatan diri sendiri.
Sirene kedatangan kereta api berbunyi nyaring di Jalan Perlintasan 169 dekat Stasiun Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (22/3/2024) sekitar pukul 15.00. Kedua pintu pelintasan kereta di jalan yang berlawanan arah perlahan turun menutup area tersebut.
Infrastruktur itu memberi tanda semua kendaraan yang hendak melintas untuk berhenti sejenak. Ada kereta yang hendak lewat.
Akan tetapi, hal itu tidak membuat sebagian pengguna jalan taat aturan. Seorang pria pengendara sepeda motor tanpa mengenakan helm tiba-tiba nekat menerobos jalur tersebut. Ia tidak peduli ada kereta api yang tengah melaju. Jarak antarkeduanya hanya sekitar 1 kilometer.
”Pak, tolong jangan melintas. Kereta akan segera lewat,” ujar Eka Yudi Prasetya (29), anggota Komunitas Edan Sepur Bandung, kepada pengemudi nekat itu.
Tidak hanya lewat lisan dan papan imbauan, Eka juga mengingatkan lewat tindakan. Eka mencoba menghentikan laju sepeda motor nekat itu. Namun, upayanya tidak berbuah hasil. Lelaki itu masih saja melaju tanpa merasa bersalah.
Eka menghela napas panjang melihat kenekatan itu. Ia tetap berusaha bersabar. Lebih banyak orang yang taat ketimbang yang melanggar ikut melegakan hatinya.
”Saya dan teman-teman tetap bertugas dengan semangat sama meski sedang berpuasa. Kami harus lebih sabar saat menghadapi pengendara yang ugal-ugalan,” ungkap Eka yang sore itu turun ke jalan bersama 25 anggota Edan Sepur Bandung lainnya. Mereka berbaju biru dengan sabuk keselamatan.
Perilaku tidak disiplin saat melewati pelintasan kereta api masih terus terjadi hingga kini. Padahal, akibatnya sangat fatal.
Dua anggota muda Edan Sepur, Jihaan Syifaa Syauqi (17) dan Zunimar Nurul Hidayah (16), juga antusias. Jihan, misalnya, datang menggunakan kereta api dari tempat tinggalnya di Kota Cimahi sejak pukul 14.00. Jarak Cimahi dengan Kiaracondong kurang lebih 18 km. Sementara Zunimar menggunakan angkutan umum dari rumahnya di Andir, Kota Bandung. Jaraknya sekitar 10 km.
”Kegiatan ini sangat bermanfaat di tengah berpuasa. Kami mengisi waktu ngabuburit untuk membantu orang dengan sukarela,” ujar Jihan yang baru bergabung tujuh bulan terakhir bersama Edan Sepur.
Rawan kecelakaan
Disatukan kecintaan pada kereta api, Edan Sepur Bandung terbentuk 5 Juli 2009. Tahun ini, anggotanya mencapai 220 orang. Usia anggota bervariasi, 16-30 tahun. Mereka tersebar di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
Abdullah Putra Gandhara dari Humas Komunitas Edan Sepur Indonesia Bandung mengatakan, sosialisasi keselamatan berkendara dilakukan sepekan sekali, setiap hari Jumat, di lima pelintasan KA. Lokasi itu adalah Kiaracondong, Cimindi, Andir, Cikudapateuh, dan Laswi.
”Titik pelanggaran tertinggi di pelintasan Kiaracondong, 1.000-1.200 pelanggaran per hari. Empat titik lainnya, 400-600 pelanggaran per hari,” kata Abdullah yang bergabung di komunitas sejak tahun 2009.
Manajer Humas Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung PT Kereta Api Indonesia Ayep Hanapi menuturkan, pihaknya sangat terbantu dengan inisiatif Komunitas Edan Sepur Bandung. Mereka ikut menyosialisasikan disiplin berlalu lintas.
Pejalan kaki dan pengendara sepeda motor serta mobil rawan tertabrak kereta api. Dalam dua bulan terakhir, misalnya, sudah sembilan warga tewas di sekitar jalur sepur. ”Perilaku tidak disiplin saat melewati pelintasan kereta api masih terus terjadi hingga kini. Padahal, akibatnya sangat fatal,” kata Ayep.
Keterlibatan mereka juga sedikit banyak membantu meminimalkan kecelakaan di lokasi yang dilengkapi infrastruktur ideal. Di Daop 2, misalnya, masih terdapat area pelintasan yang belum dilengkapi fasilitas dan dijaga petugas. Saat ini, terdapat 331 pelintasan di wilayah Daop 2 Bandung. Sebanyak 132 pelintasan dijaga petugas, tetapi 199 pelintasan lainnya tanpa penjagaan.
”Selain warga yang tertabrak kereta, ada juga pelanggaran pengendara motor yang menabrak pintu pelintasan di wilayah Daop 2. Perbuatan para pelaku mengakibatkan tiga pintu pelintasan rusak,” tuturnya.