Kesederhanaan Mi Glosor Bogor yang Tersohor Saat Ramadhan
Mi glosor adalah akulturasi. Berbahan baku tepung sagu, mi asal China ini telah membaur dengan takjil Ramadhan di Bogor.
Hasil olahan mi glosor.
Mi glosor tak absen hadir saat Ramadhan di Kota Bogor. Penjaja kaki lima hingga restoran dan hotel berbintang, memiliki menu yang satu ini. Apa istimewanya?
Penampilannya sederhana, Mi glosor biasanya ditumis dengan sayuran seperti cabai merah, wortel, sawi, dan tomat. Setelah matang, mi ditaburi bawang goreng dan disajikan bersama saus kacang. Rasa mi yang gurih dipadukan dengan saus kacang membuatnya sedap disantap. Jangan lupa menyiapkan aneka gorengan untuk meningkatkan level kenikmatan menyantap mi glosor.
Kesederhanaan mi glosor melengkapi kerinduan penikmatnya. Tak hanya melepas lapar setelah azan magrib, mi glosor pun menuntaskan penantian warga Bogor untuk mencecap rasanya. Ini lantaran mi berwarna kuning cerah yang siap santap ini hanya dijajakan saat Ramadhan.
Tak sulit menemukan mi glosor di berbagai lapak pedagang menjelang waktu berbuka puasa di Bogor. Seperti di Jalan Pakuan, hampir di setiap lapak pedagang menyediakan mi glosor yang telah dikemas dalam plastik mika. Harganya pun relatif terjangkau yakni antara Rp 5.000-Rp 6.000, sudah termasuk bumbu kacang.
Tonton juga : Bubur Hasirah Perekat Silaturahmi di Pesisir Cirebon
Tonton juga : Kicak, Warisan Rasa dari Serambi Keraton Yogyakarta
Pengalaman lain merasakan mi glosor bisa dicecap di restoran seperti di hotel Santika Bogor. Yang unik, mi glosor langsung dimasak sesaat setelah dipesan. Sebelum mi glosor sampai di indra pencecap, kita disuguhi cara meracik mi ini. Aroma yang menguar dari wajan panas saat proses memasak bisa memantik keinginan untuk segera merasakan penganan ini. Setelah waktu berbuka, segera nikmati mi glosor selagi hangat.
“Di kita itu yang jadi incaran justru mi glosor ini. Biasanya orang antre, apalagi kami masaknya langsung ya,” ujar Executive Chef Hotel Santika Bogor Dimas Purnomo, Kamis (14/3/2024).
Penyebutan mi
Selain untuk menyebut nama makanan, mi glosor juga dipakai menamakan mi mentah yang belum diolah. Bahan dasar pembuat mi ini yang membedakan mi glosor dengan mi lain, yakni tepung sagu.
Berbeda dengan mi glosor siap santap yang hanya hadir di bulan Ramadhan, mi glosor mentah diproduksi setiap hari. Hanya saja, produsen mi glosor di Kota Bogor kini hanya tersisa beberapa orang saja. Salah satunya Eman Sulaeman (53) yang menjalankan pabrik rumahan mi glosor di Kampung Pancasan Baru, Kota Bogor. Eman menyebut pabrik pembuatan mi glosor ini telah ada sejak tahun 1965.
“Tahun 1960-an, bapak saya kerja di salah satu pabrik mi di Kota Sukabumi. Ia lalu pindah ke Bogor. Sekitar tahun 1965, bapak produksi sendiri di Bogor, dan terus lanjut sampai sekarang,” ungkap Eman saat ditemui di pabriknya, Kamis (7/3/2024).
Baca juga : Ketan Bintul, Kuliner Favorit Ramadhan Sejak Sultan Banten di Serang
Tonton juga : Jemunak, Takjil Ramadhan yang Disebut dalam Serat Centhini
Tak hanya di bulan Ramadhan, pabrik mi glosor ini beroperasi setiap hari. Namun, khusus di bulan Ramadhan, permintaan mi glosor meningkat tajam. Di hari biasa, Eman hanya memproduksi 2-3 ton mi untuk didistribusikan ke Bogor, Cianjur, dan Sukabumi. Ketika Ramadhan, produksinya meningkat drastis hingga 20 ton per hari. “Kalau bulan puasa, kami produksi 24 jam. Jumlah pekerja juga tambah, dari 6 orang jadi 12 orang, dan dibagi dua sif,” ujarnya.
Adapun pasokan tepung sagu datang dari distributor di Cianjur, Sukabumi, atau Garut. “Kalau tepung sagu gampang ya dapatnya, pasti selalu ada stoknya. Harga juga tetap normal. Kalau misal sekarang harga beras naik, tepung sagu tetap normal karena produk lokal.” ungkap Eman.
Cara membuat mi glosor ini pun cukup sederhana. Tepung yang telah diayak dimasukkan ke air panas dan diberi pewarna. Setelahnya, adonan dimasukkan ke mesin pengaduk selama beberapa menit hingga didapatkan tekstur yang lembut.
Adonan lantas dimasukkan ke mesin pencetak mi, kemudian direndam air panas selama 5-10 menit, lalu dipindah ke air dingin selama 30 menit. Terakhir, mi yang telah dingin dicampur minyak kacang agar tidak lengket. Mi dikemas dalam karung yang telah dilapisi plastik untuk dikirim ke pasar-pasar tradisional. Satu kilogram mi glosor dijual Rp 5.000.
Pengaruh kebudayaan China
Mi glosor sejatinya bukan berasal dari Bogor. Pakar gastronomi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dewi Turgarini, Senin (18/3), mengatakan, ia lahir dari Sukabumi dengan nama mi leor. Mi ini merupakan akulturasi kebudayaan China. Berdasarkan sejumlah literatur, komunitas China tercatat telah masuk Sukabumi sejak 1800-an. Banyaknya warga China di Sukabumi turut memengaruhi masyarakat, salah satunya melalui kuliner.
“Jadi mi ini awalnya merupakan bentuk kerinduan warga China, tapi masalahnya, dulu kita tidak punya gandum, padahal kalau di China ini kan bahan utamanya. Nah, muncullah inovasi, dengan menggunakan bahan lokal yakni tepung sagu. Jadilah mi leor,” ungkap Dewi.
Seiring berkembangnya akses transportasi termasuk kereta api, warga China di Sukabumi mulai bermigrasi ke wilayah-wilayah lain, termasuk Bogor. Mi glosor pun terbawa hingga Kota Bogor oleh komuter keturunan China.
“Kenapa eksis di Bogor? Karena memang itu jalur transportasi untuk perdagangan, ekonomi, dan sebagainya. Kenapa terkenal di Bogor? Karena word of mouth mi glosor justru muncul di Bogor, makanya terkenalnya di sana,” jelas Dewi.
Kehadiran mi glosor membuktikan akulturasi budaya telah menyatu di Indonesia. Hangatnya mi glosor saat berbuka puasa juga menghangatkan kisah komuter warga Sukabumi ke Bogor sedari dulu hingga kini.