Terinjak Gajah, Asisten ”Mahout” di TN Way Kambas Meninggal
Seorang asisten ”mahout” atau pawang gajah di Taman Nasional Way Kambas, Lampung, meninggal akibat terinjak gajah.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Ferdian Wana Pratama, asisten mahoutatau pawang gajah di Camp Elephant Response Unit(ERU) Braja Harjosari Taman Nasional Way Kambas, Kabupaten Lampung Timur, Lampung, meninggal pada Selasa (19/3/2024). Ferdian meninggal setelah tubuhnya terinjak gajah saat sedang bekerja.
Koordinator Elephant Response Unit TN Way Kambas Nazaruddin mengatakan, pada Selasa pagi, Ferdian melaksanakan rutinitas seperti biasanya, yaitu merawat, memandikan, dan memberi minum gajah di Camp ERU Braja Harjiosari. Setelah itu, korban bersama dua rekannya mencari borgol rantai gajah di Blok Rawa yang berjarak sekitar 2 kilometer dari lokasi camp dengan menaiki gajah.
Setelah melakukan pencarian selama hampir satu jam, borgol rantai gajah tidak juga ditemukan. Akhirnya, sekitar pukul 10.55, Ferdian bersama rekan-rekannya kembali pulang ke camp dengan menunggangi gajah.
Saat dalam perjalanan pulang, di luar dugaan gajah yang ditunggangi Ferdian lari sehingga korban terjatuh. Hal itu membuat gajah lain yang ditunggangi dua pawang gajah lain kaget sehingga korban terinjak oleh salah satu gajah. Insiden itu terjadi di tengah hutan TNWK.
”Untuk pertolongan pertama,korban dijemput menggunakan sepeda motor. Selanjutnya, korban dibawa ke rumah sakit dengan menggunakan mobil,” kata Nazaruddin saat dikonfirmasi pada Selasa malam.
Ia mengatakan, korban sempat dibawa Rumah Sakit Permata Hati di Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur, untuk mendapatkan tindakan medis. Korban sempat menjalani pemeriksaan rontgen dan pemberian oksigen di rumah sakit tersebut. Tim dokter kemudian menyarankan agar korban dirujuk ke rumah sakit lain di Kota Metro.
Akan tetapi, saat petugas rumah sakit mengurus proses administrasi dan kesiapan mobil ambulans, kondisi korban semakin memburuk dan sudah tidak sadarkan diri. Setelah diperiksa kembali oleh tim medis rumah sakit, korban dinyatakan meninggalpada pukul 14.33. Jenazah Ferdian kemudian dipulangkan kepada pihak keluarga dan dimakamkan.
Nazaruddin menyampaikan, ia belum dapat memberikan keterangan lebih lanjut terkait insiden kecelakaan kerja yang menyebabkan Ferdian meninggal. Kepergian Ferdian yang tiba-tiba membuat semua mahout di TNWK berduka.
ERU merupakan kawasan di TNWK yang dibentuk sebagai upaya konservasi gajah. Puluhan gajah jinak dirawat dan dikembangbiakkan di sana. Dalam satu tahun terakhir, setidaknya dua gajah lahir di camp ERU.
Pekerjaan menjadi ’mahout’ gajah memang berisiko. Tak jarang seorang pawang harus berdiri di atas punggung gajah yang sedang berlari saat mengusir gajah liar.
Berdasarkan catatan Kompas, sepanjang tahun 2023, setidaknya ada dua bayi gajah sumatera yang lahir camp ERU. Kelahiran gajah yang terjadi setiap tahun di TNWK menunjukkan keberhasilan upaya pengembangbiakan gajah jinak di alam liar.
Gajah-gajah jinak tersebut juga berpatroli di dalam hutan TNWK. Para mahout biasanya berpatroli ke dalam hutan dengan menunggangi gajah. Selain itu, mamalia besar itu membantu menghalau kawanan gajah liar yang ingin keluar dari kawasan hutan.
Pekerjaan menjadi mahout gajah memang berisiko. Tak jarang seorang pawang harus berdiri di atas punggung gajah yang sedang berlari saat mengusir gajah liar. Padahal, kecepatan gajah berlari bisa mencapai 60 kilometer per jam. Risiko jatuh dan terinjak gajah sangat tinggi.
Sukatmoko dari Humas TNWK mengatakan, pawang gajah dan polisi kehutanan di TNWK juga berperan besar dalam penyelamatan gajah yang terkena jerat pemburu di alam. Pada 24 Februari 2024, misalnya, seekor anak gajah liar berjenis kelamin betina menjadi korban jerat yang sengaja dipasang para pemburu di kawasan hutan TNWK. Gajah tersebut kemudian diselamatkan oleh tim dari polisi kehutanan dan tim ERU.