Marbot Masjid Al Hikmah Tetap Ikhlas Mengabdi di Tengah Keterbatasan
Keseharian marbot menjaga kebersihan dan keamanan masjid. Hal ini agar jemaah nyaman dan khusyuk beribadah.
Menjadi marbot bukanlah pekerjaan sederhana karena tanggung jawab marbot tidaklah ringan. Keseharian marbot bertanggung jawab atas kebersihan dan keamanan masjid sehingga rumah Allah itu menjadi nyaman bagi setiap tamu-Nya yang akan bersujud dan shalat.
Bagi Sauzi (55), menjadi marbot di Masjid Al Hikmah di kawasan Kesiman Kertalangu, Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar, Bali, bukan semata-mata bertujuan bekerja. Menjadi penanggung jawab atas kondisi masjid itu juga sebagai sarana baginya untuk beribadah lebih taat dan lebih dekat di rumah Allah.
”Alhamdulillah ini pengabdian saya didasari keimanan dan keikhlasan,” kata ayah tiga anak dan satu cucu itu ketika ditemui seusai menunaikan shalat Dzuhur, Senin (18/3/2024). ”Niat saya awalnya ibadah,” ujar Sauzi menekankan.
Baca juga: Marbot, Pekerjaan Sukarela yang Menenteramkan
Sauzi menjadi marbot di Masjid Al Hikmah, Kota Denpasar, sedari 1995. Selama hampir tiga dekade itu lelaki asal Jember, Jawa Timur, ini masih meniatkan dirinya untuk mengabdi di Masjid Al Hikmah tanpa keinginan berpindah ke masjid lain.
Ia mengaku dirinya sudah beberapa kali ditawari untuk pindah ke masjid lain di Kota Denpasar, tetapi suami dari Suhartati itu bergeming. ”Bagaimana, ya, di sini niatnya mengabdi. Alhamdulillah, dari sisi sandang dan pangan sudah mencukupi dari sini,” katanya.
Ia mengakui tugasnya sebagai marbot menjaga lingkungan masjid, membersihkan masjid, dan menyiapkan peralatan shalat di masjid sehingga umat yang beribadah dapat khusyuk. Itu berarti hampir seluruh waktunya dihabiskan di masjid sedari menjelang subuh sampai menjelang malam selepas isya. Sauzi juga tidak melupakan niat untuk taat beribadah dengan menjalankan shalat lima waktu itu.
Disediakan tempat tinggal
Sauzi mengungkapkan, dirinya bersyukur karena pengurus masjid setempat juga memberikan tempat tinggal yang memadai bagi dirinya dan keluarga di dekat masjid. Selain itu, pengurus masjid juga memberikan upah yang diamininya cukup untuk kebutuhan dirinya bersama keluarga.
”Memang selama menjadi marbot saya belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah,” kata Sauzi. ”Namun, saya tetap mau menjadi marbot di masjid sini karena niat saya memang untuk beribadah. Saya ikhlas,” ujarnya.
Baca juga: Hari Raya Nyepi dan Ramadhan 2024 Jadi Momentum untuk Saling Menghormati
Kepala Bidang Bimbingan Islam di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Bali Abu Siri, Selasa (19/3/2024), mengatakan, bertugas sebagai marbot di masjid sejatinya pengabdian, yang diniatkan secara ikhlas. Ia mengatakan, menjadi marbot bukanlah pekerjaan yang memperoleh gaji atau honor tetap.
”Marbot tidak digaji, juga tidak diberi honor. Mereka bekerja di masjid karena ibadah dan ikhlas,” kata Abu Siri.
Ia menambahkan, marbot mendapatkan upah sekadarnya, yang umumnya berasal dari bagian infak dari jemaah masjid. ”Karena itu, pendapatan sebagai marbot tidaklah tetap karena umumnya masjid juga tidak mempunyai pendapatan yang tetap,” ujar Abu Siri.
Meski demikian, menurut dia, keberadaan marbot di masjid atau mushala adalah penting dan marbot dibutuhkan. Marbot menjadi petugas andal yang menjaga masjid sekaligus memastikan masjid tetap bersih dan nyaman bagi jemaah yang akan menjalankan shalat.
Marbot bertanggung jawab kepada pengurus takmir masjid sehingga pengurus takmir masjid pula yang bertanggung jawab terhadap marbot. ”Kami dari Bimas Islam sering memberikan sosialisasi kepada pengurus masjid agar mereka juga membekali para marbot dengan jaminan yang bisa melindungi kehidupan atau masa depan marbot di masjid mereka,” kata Abu Siri.
Baca juga: Ramadhan di Masjid Al-Hikmah, Masjid Bercorak Bali di ”Pulau Dewata”
Diakuinya, hingga kini masih belum banyak takmir masjid ataupun pengurus yayasan masjid yang sudah dan mampu memberikan jaminan sosial bagi marbot di masjid. Hal ini karena pemasukan yang diterima masjid umumnya tidak tetap. ”Beban yang ditanggung dan dikelola pengurus masjid juga kompleks,” ujar Abu Siri.
Ia berharap marbot mendapatkan perhatian dari pemerintah, baik dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah. Selain itu, harapannnya, para marbot mendapatkan tunjangan tetap atau serupa upah sebesar standar upah minimum regional.
Selain itu, para marbot juga agar diberikan fasilitas jaminan sosial, baik berupa jaminan kesehatan maupun jaminan masa tua. ”Setidaknya kesejahteraan marbot diperhatikan karena para marbot itu sehari-harinya berada di masjid. Kehidupan marbot bergantung dari masjid,” kata Abu Siri.