Kasus DBD di Jabar Sentuh 10 Ribu, 95 di Antaranya Meninggal
Kasus demam berdarah di Jabar melonjak hingga 10.428 orang dalam tiga bulan terakhir. Sebanyak 95 penderita meninggal.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Sebanyak 95 warga Jawa Barat meninggal akibat demam berdarah dengue dalam tiga bulan terakhir. Korban meninggal ini sebelumnya baru dibawa ke rumah sakit saat kondisinya sudah kritis.
Data Dinas Kesehatan Jabar menyebutkan, tercatat 10.428 penderita demam berdarah dengue (DBD) selama tahun 2024. Sebanyak 95 di antaranya meninggal dunia.
Kasus terbanyak ada di Kota Bandung dengan 1.301 kasus, Kabupaten Bandung Barat (955), dan Kota Bogor (939). Sementara jumlah kematian tertinggi ada di Kabupaten Bandung dengan 14 orang, Kabupaten Subang (13), dan Kabupaten Bandung Barat (8).
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Jabar Rochady Hendra Setia Wibawa di Kota Bandung, Rabu (20/3/2024), mengatakan, banyak penderita DBD yang meninggal dunia tersebut sebelumnya dibawa ke rumah sakit sudah dalam kondisi kritis. Salah satu tandanya penurunan suhu badan di hari ketiga setelah demam tinggi.
”Mayoritas kasus DBD berada di wilayah padat penduduk,” kata Rochady.
Ia menuturkan, pemicu kasus DBD adalah banyaknya genangan air di musim hujan. Genangan itu menjadi tempat hidup ideal bagi nyamuk Aedes aegypti.
Menurut Rochady, pencegahan DBD tak hanya dengan penyemprotan gas atau fogging di kompleks permukiman dan penggunaan obat nyamuk dan kelambu di rumah. Cara yang efektif adalah menghambat reproduksi jentik nyamuk.
Hal itu, menurut dia, dilakukan dengan menguras serta menutup tempat penampungan air seminggu sekali. Selain itu, harus dipastikan tidak ada genangan air bersih di sekitar rumah.
Mayoritas kasus DBD berada di wilayah padat penduduk.
”Jentik nyamuk dapat hidup di tempat dengan genangan air bersih yang lebih dari 10 hari. Dengan mencegah adanya genangan air dan menjaga kebersihan di rumah serta lingkungan, dapat mencegah reproduksi nyamuk Aedes aegypti,” ujarnya.
Rochady pun mengungkapkan, penurunan suhu badan ketika penderita DBD mengalami demam pada hari ketiga seringkali dianggap telah membaik. Padahal, kemungkinan kondisi pasien semakin darurat dan telah mengalami dehidrasi.
”Tanda kondisi penderita DBD semakin darurat ketika suhu badannya menurun setelah demam, tapi sangat lemas. Saat terjadi kondisi ini, segera bawa penderita tersebut ke rumah sakit terdekat,” ujarnya.
Direktur Mayapada Hospital Bandung dr Irwan Susanto Hermawan mengatakan mulai menangani kasus DBD sejak dua bulan lalu. Pihak Mayapada Hospital Bandung pun selalu menerima penderita DBD setiap bulan di tahun ini.
”Pada awal Maret, jumlah kasus DBD mulai menurun. Sebanyak lima pasien DBD yang kami tangani,” kata Irwan.
Sementara itu, Penjabat Gubernur Jabar Bey Machmudin menginstruksikan semua rumah sakit siaga menghadapi DBD. Pihak dinkes juga diimbau mengedukasi masyarakat agar potensi penyakit ini bisa dikurangi.
”Sebagai langkah preventif, saya meminta dinkes dan puskesmas mengedukasi masyarakat. Layanan kesehatannya juga agar bersiap siaga. Yang penting, kami terus ingatkan kepada masyarakat untuk menjaga kebersihan,” ujarnya.