Lumbung Beras Nasional di Kabupaten Karawang Terdampak Banjir
Luas sawah yang terdampak banjir di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, hingga Senin (18/3/2024), mencapai 90,65 hektar.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Luasan areal sawah yang terdampak banjir di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, hingga Senin (18/3/2024) mencapai 90,65 hektar. Kondisi ini mengakibatkan para petani di wilayah lumbung padi ini gagal tanam.
Kepala Bidang Perkebunan dan Perlindungan Tanaman Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Karawang Dadan Danny saat dihubungi dari Bandung mengatakan, 90,65 hektar sawah yang terdampak banjir tersebar di enam kecamatan. Kecamatan itu meliputi Jatisari, Teluk Jambe Barat, Tirtajaya, Pakisjaya, Tempuran, dan Kutawaluya.
Banjir di Karawang terjadi sejak Kamis (14/3/2024). Ketinggian air akibat luapan Sungai Cibeet, Cidawolong, dan Sungai Kedunghurang itu sempat mencapai 1,8 meter.
Banjir dipicu hujan dengan intensitas sangat lebat berdurasi lebih dari dua jam. Kondisi ini dipicu cuaca ekstrem hujan dengan intensitas sedang hingga lebat karena bibit siklon tropis di Samudra Hindia.
Akibat kejadian ini, 1.075 warga terdampak karena ada 269 rumah terendam. Sebanyak 120 warga di antaranya sempat mengungsi ke rumah kerabat masing-masing. Lima fasilitas umum dan dua sekolah juga terdampak.
”Banjir mengakibatkan para petani mengalami gagal tanam. Hingga saat ini air masih merendam sawah di sejumlah lokasi yang terdampak banjir,” kata Dadan.
Ia memaparkan, banjir di enam kecamatan mengakibatkan para petani mengalami kerugian yang signifikan. Diperkirakan jumlah kerugian mencapai Rp 1 miliar.
Diketahui luas sawah berstatus lahan pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Karawang mencapai 87.253 hektar. Jumlah petani padi ada sekitar 10.000 orang, tersebar di 30 kecamatan di Kabupaten Karawang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi padi di Kabupaten Karawang mencapai 1.096 657 ton gabah kering giling pada akhir 2023. Hasil ini turun apabila dibandingkan dengan produksi padi tahun 2022 yang mencapai 1.226.880 ton gabah kering giling.
”Jumlah kerugian petani akibat banjir sejak Kamis pekan lalu sekitar Rp 12 juta per hektar. Kerugian yang dialami petani meliputi biaya operasional, pembibitan, hingga proses tanam,” ujar Dadan.
Dadan menambahkan, pihaknya masih menghitung jumlah kerugian di sektor pertanian akibat banjir sejak awal tahun ini. Adapun jumlah kerugian di sektor pertanian akibat banjir pada periode Februari hingga Maret 2023 mencapai 2,4 miliar.
12 kejadian
Pranata Humas Ahli Muda Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jabar Hadi Rahmat Hardjasasmita mengimbau masyarakat mewaspadai dampak cuaca ekstrem seperti banjir, longsor, dan angin kencang. Dari pantauan BPBD Jabar selama lima hari terakhir, lanjut Hadi, terjadi 12 bencana alam di sejumlah wilayah Jabar yang mengakibatkan 1.783 warga terdampak.
”Data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebutkan, cuaca ekstrem akibat bibit siklon tropis berpotensi masih terjadi hingga Senin ini,” kata Hadi.
Kepala Stasiun Klimatologi Jabar Rakhmat Prasetia memaparkan, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan awan dan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Jabar dalam seminggu terakhir. Faktor itu antara lain aktifnya beberapa gelombang atmosfer seperti Madden Julian Oscillation dan gelombang Kelvin.
”Berdasarkan prakiraan kondisi regional dan lokal, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat disertai petir dan angin kencang dapat terjadi pada skala lokal dan durasi singkat di sebagian wilayah Jabar. Wilayah itu antara lain kawasan Bandung Raya, Bogor, Sukabumi, Garut, Cirebon, Karawang, dan Purwakarta,” katanya.