Banjir di Palangkaraya Mulai Surut, Status Tanggap Darurat Diperpanjang
Banjir di Palangkaraya perlahan surut, tapi potensi sungai meluap masih tinggi. Status tanggap darurat pun diperpanjang.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Pemerintah Kota Palangkaraya memperpanjang status tanggap darurat banjir selama tiga hari. Potensi intensitas hujan yang tinggi bakal membuat luapan air sungai kembali naik ke permukiman warga.
Hari Senin (18/3/2024), banjir yang melanda Kota Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalteng, itu mulai surut. Di Jalan Anoi, Kelurahan Palangka, misalnya, terlihat aktivitas warga sudah mulai normal kembali.
Ada beberapa warga yang membersihkan lumpur sisa banjir di dalam rumahnya. Beberapa rumah yang ditinggalkan pemiliknya masih terlihat sedikit genangan air. Namun, akses keluar masuk permukiman itu sudah bisa dilalui. Sepanjang 6 kilometer menuju ara wilayah Mendawai di kelurahan yang sama pun banjir terlihat surut.
Di wilayah Flamboyan bawah, warga yang mengungsi mulai kembali ke rumahnya masing-masing. Tujuh posko yang dibangun pemerintah pun hanya diisi petugas. ”Namun, poskonya belum dibubarkan karena takutnya air naik lagi,” kata Syahroni, salah satu petugas di Posko Kelurahan Langkai.
Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya Hendrikus Satria Budi menjelaskan, sebelumnya pemerintah telah menetapkan masa tanggap darurat bencana banjir yang berlangsung selama tujuh hari. Status itu seharusnya sudah usai sejak Minggu (17/3/2024).
”Berdasarkan hasil rapat bersama instansi terkait dan unsur pimpinan Kota Palangkaraya, status tanggap darurat banjir itu diperpanjang selama tiga hari sampai Rabu (20/3/2024),” kata Budi.
Budi juga memastikan posko-posko pengungsi masih berfungsi sampai masa tanggap darurat usai. Keputusan itu masih bisa berpotensi berubah jika banjir kembali lagi.
”Kami tetap salurkan bantuan langsung ke posko dan langsung ke masyarakat yang terdampak banjir,” ujarnya.
Selama lebih kurang satu minggu, dari data BPBD Kota Palangkaraya, banjir merendam setidaknya 5.506 bangunan dan berdampak ke 32.877 orang dengan total 9.502 keluarga. Dari lima kecamatan di Palangkaraya, empat di antaranya terdampak banjir.
Meskipun banjir sudah mulai surut, potensi luapan air muncul lagi ke permukiman warga masih tinggi. Sebab, Sungai Kahayan yang membelah empat kabupaten di Kalimantan Tengah itu bisa meluap kapan saja tergantung dari intensitas hujan yang tinggi.
Hal itu dijelaskan prakirawan dari Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya, Chandra Mukti. Menurut Chandra, sampai saat ini, sebagian besar wilayah di Kalteng masih di kondisi musim hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Kondisi itu juga terjadi di sebagian besar wilayah Kota Palangkaraya. Menurut Chandra, sejak 3 Maret 2024, intensitas hujan di Palangkaraya masuk kategori lebat atau dengan intensitas 5-20 milimeter per hari.
Musim hujan tersebut, kata Chandra, diprediksi berlangsung hingga akhir Maret nanti. Setelah itu akan berganti musim, tetapi akan didahului musim peralihan atau pancaroba. Biasanya pancaroba akan diikuti oleh cuaca ekstrem.
Chandra menambahkan, banjir di Palangkaraya perlahan surut meski hujan turun begitu deras di Palangkaraya. Hal itu terjadi karena banjir yang sampai ke permukiman warga di Palangkaraya merupakan banjir kiriman dari wilayah hulu, seperti Gunung Mas dan Kabupaten Murung Raya. Ketika dua wilayah itu diguyur hujan dengan intensitas tinggi, kemungkinan Palangkaraya dilanda banjir semakin besar.
”Banjir di Palangkaraya salah satunya disebabkan hujan lebat di wilayah utara sehingga menyebabkan daerah aliran Sungai Kahayan dan Rungan meningkat,” kata Chandra.
Saat ini, banjir atau volume air yang besar sudah beralih ke Kabupaten Pulang Pisau sebelum sampai di laut. Di Tumbang Nusa, Kabupaten Pulang Pisau, akses jalur Trans-Kalimantan mulai digenangi banjir meski belum sampai memutus akses jalan.