Wonogiri Waspadai Penularan Antraks dari Gunungkidul
Pengawasan ternak dari luar daerah diperketat di Wonogiri, Jateng. Warga diimbau tidak sembarangan membeli ternak.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·2 menit baca
WONOGIRI, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Wonogiri meningkatkan kewaspadaannya seiring dengan kemunculan kasus antraks di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lalu lintas ternak dari luar daerah diawasi guna mencegah penularan penyakit hewan tersebut. Pemeriksaan ternak dalam setiap gelaran pasar hewan juga diperketat.
”Kami perintahkan kepada seluruh petugas di lapangan untuk meningkatkan kewaspadaan terkait mobilitas ternak di kawasan perbatasan. Kalau ditemui indikasi penyakit menular, maka seketika diberi tahu pemiliknya agar segera dibawa pulang dan diisolasi,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Wonogiri Baroto Eko Pujanto saat dihubungi, Minggu (17/3/2024).
Peningkatan kewaspadaan, kata Baroto, didasari oleh letak daerahnya yang berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Lalu lintas ternak ataupun warga antara kedua daerah kerap berlangsung. Bahkan, ada satu pasar hewan yang lokasinya berada di kawasan perbatasan, yaitu Pasar Hewan Pracimantoro.
Untuk itu, kata Baroto, pengawasan aktivitas jual beli ternak di pasar hewan di daerahnya harus diperketat. Ia meminta supaya ternak yang masuk disemprot disinfektan sebelum memasuki pasar. Segenap warga juga diberi tahu supaya tidak sembarangan membeli hewan.
”Kami edukasi masyarakat untuk sementara tidak melakukan jual beli kalau tidak terpaksa sekali. Khususnya aksi beli ternak dari luar daerah. Apalagi jika dijual sangat murah, itu harus curiga,” katanya.
Di sisi lain, lanjutnya, pihaknya juga baru saja menerima stok vaksin antraks dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 1.000 dosis, Kamis (14/3/2024) lalu. Sasaran vaksinasinya adalah wilayah-wilayah perbatasan antara Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul.
Selain itu, lokasi yang pernah didapati temuan antraks di Kabupaten Wonogiri juga akan disasar vaksinasi tersebut.
”Tetapi, jumlah vaksin yang kami peroleh ini cukup sedikit. Jadi, ini masih akan kami rapatkan lagi soal sasaran vaksinasinya agar lebih tepat,” kata Baroto.
Sebelumnya, upaya antisipasi penularan antraks sudah lebih dahulu dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Klaten. Itu karena ada sebagian wilayahnya yang berbatasan dengan lokasi temuan antraks di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunungkidul di DIY. Langkah pencegahan dilakukan dengan memvaksinasi ternak di wilayah perbatasan tersebut.
Daerah yang disasar vaksinasi ialah Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kecamatan itu berbatasan dengan dua dusun zona merah antraks, yakni Dusun Kayoman di Desa Serut, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, DIY, dan Dusun Kalinongko Kidul di Desa Gayamharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, DIY. Total sasaran vaksinasinya adalah 852 sapi.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Klaten Tri Yanto mengungkapkan, vaksinasi penting dilakukan meski penularan antraks belum menjangkau daerahnya.
Sasaran vaksinasi adalah wilayah-wilayah perbatasan antara Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul.
Pasalnya, vaksinasi adalah cara meningkatkan kekebalan ternak dari paparan penyakit tersebut. Lebih-lebih, wilayahnya berdekatan dengan lokasi temuan kasus sehingga risiko tertular juga semakin tinggi.
”Ini memang upaya kami membentengi ternak-ternak di wilayah Klaten dari risiko penularan. Kami bergerak secara serentak untuk menjangkau semua sasarannya,” kata Tri.