Pegiat literasi di Kalbar punya cara berbuka puasa sendiri. Mereka memilih membaca cerpen dan berdiskusi karya sastra.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·2 menit baca
Para pegiat literasi di Kalimantan Barat punya cara sendiri sebelum berbuka puasa. Mereka ”melahap” cerita pendek dan karya sastra lain sebelum melepas dahaga.
Ketupat, bakwan, es teh lemon, dan aneka menu berbuka lainnya tersusun di atas meja kedai kopi Nowadays Coffee di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu (16/3/2024) pukul 16.00. Menu-menu tersebut akan disantap saat tiba waktu berbuka.
Sementara itu, di meja lainnya telah ”terhidang” sejumlah buku berisi sejumlah cerita pendek karya penulis dari Kalbar sejak era 1950-an. Sembari menanti waktu berbuka, beberapa pegiat literasi membacanya bergantian. Upaya mengawinkan sastra dengan momen buka puasa ini sudah dilakukan enam tahun terakhir.
Iza Kalola (31), pendiri Rumah Baca Permata Hati Pontianak, misalnya, membaca cerpen berjudul ”Pemudik” karya Ibnu HS. Cerpen tersebut bercerita tentang perjalanan seseorang menuju kampung halaman di pedalaman Kalbar. Nasib hutan di Pulau Kalimantan yang gundul diceritakan dalam cerpen itu.
Fahrul Amri (38), guru SD Negeri 10 Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, dan Nur Zuhrufi (32), pustakawan, bergantian membaca cerpen kedua. Judulnya ”Sepotong Senja yang Entah untuk Apa” karya Wisnu Pamungkas.
Cerpen yang ditulis dalam tujuh halaman itu berkisah tentang perjalanan hidup seseorang yang merasa kehilangan. Tokoh itu selalu dihantui kenangan dan harapan-harapan dari sosok bernama Midesia.
Pembacaan cerpen itu pun dituntaskan oleh Meisya Yuniyanti (11), anak dari Iza Kalola. Cerpen-cerpen yang dibacakan ada dalam kumpulan cerpen Akar Punya Andil pada Daun yang diterbitkan tahun 2012 oleh Literer Khatulistiwa.
Dalam kesempatan itu, para pegiat literasi Pontianak dan Kubu Raya juga menyempatkan diri mendiskusikan buku pegiat literasi Kubu Raya berjudul Kisah dan Asa dari Kubu Raya: Suka Duka Para Pengelola Taman Bacaan Masyarakat di Kabupaten Kubu Raya. Buku itu sudah diterbitkan oleh Perpustakaan Nasional Press, tahun ini.
Tak terasa, untaian kata-kata itu dengan mulus mengantar peserta pada kumadang azan. Setelah hati disegarkan dengan cerpen, giliran menyantap beragam kuliner yang tersedia.
”Saya hadir di sini karena ingin bersilaturahmi dengan sesama pegiat literasi. Momen ini juga ruang perjumpaan penting berbagi kisah dan pengalaman tentang dunia literasi, misalnya sejauh mana gerakan literasi di daerah lain,” ujar Iza.
Jangan sampai pegiat literasi sekarang tidak mengetahui karya sastra Kalbar. Dengan membacanya, diharapkan menambah motivasi berkarya. (Ahmad Sofian)
Suntikan energi
Iza mengatakan, berjumpa dengan teman-temannya, apalagi di momen berbuka puasa, memberikan suntikan energi satu sama lain. Hal itu menjadi bekal mereka untuk menularkannya kepada semua lapisan masyarakat.
Fahrul Amri juga selalu bahagia berjumpa rekan-rekannya. Ia bisa memperbarui referensi karya. ”Saya sudah beberapa kali mengikuti kegiatan ini bersama teman-teman sejak 2021,” ujarnya.
Pegiat literasi dan penulis asal Kalbar, Ahmad Sofian, menuturkan, berbuka puasa bersama menjadi ruang bersilaturahmi antarpegiat literasi Kota Pontianak dan Kubu Raya. Ia membawa sejumlah karya sastra penulis Kalbar untuk diperkenalkan kepada kawan-kawan yang lain.
”Saya bawa karya tahun 1950-an maupun yang baru. Jangan sampai pegiat literasi sekarang tidak mengetahui karya sastra Kalbar. Dengan membacanya diharapkan menambah motivasi berkarya,” kata Sofian.
Sofian berharap pegiat literasi Kalbar bisa terus merawat semangat berkarya. Dengan demikian, mata rantai literasi tidak hilang dan terjaga antargenerasi.