Kami Pilih Ratu Wulla, Bukan Viktor Laiskodat
Masyarakat NTT pemberi mandat menilai Ratu Wulla dan Nasdem berkhianat. Mereka kecewa dengan mundurnya Ratu.
Mundurnya Ratu Ngadu Bonu Wulla, calon anggota DPR peraih suara terbanyak dari Partai Nasdem untuk daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur II, masih misterius. Ratu seakan menyerahkan kursi kepada calon yang ia kalahkan, yakni Viktor Laiskodat, elite Partai Nasdem yang belum lama mengakhiri jabatannya sebagai gubernur NTT.
Pada Pemilu 14 Februari 2024 lalu, Ratu dipilih oleh 76.331 pengguna hak pilih.
Baca Berita Seputar Pemilu 2024
”Waktu itu di Kupang hujan lebat, demi Ibu Ratu, saya datang ke TPS (tempat pemungutan suara). Saya tidak peduli yang lain. Saya datang karena mau pilih Ibu Ratu,” kata Ria (50), pemilih Ratu di Kota Kupang.
Baca juga: Ratu Wulla Harus Menjelaskan
Pemilih Ratu tersebar di 12 kabupaten/kota, antara lain, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Malaka, Belu, Rote Ndao, Sabu Raijua, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, dan Sumba Barat Daya.
Suara yang diraih Ratu mengungguli enam calon lain dari internal Partai Nasdem. Viktor, yang baru saja meletakkan jabatannya lima bulan sebelum pemilu itu, dikalahkan oleh Ratu. Viktor yang finis di belakang srikandi dari Pulau Sumba itu dipilih oleh hanya 65.359 orang.
Jika dibandingkan kekuatan kedua figur itu di atas kertas, Ratu jalas kalah. Tak hanya sebagai mantan gubernur NTT yang masih punya pengaruh besar, Viktor juga punya sumber daya yang tidak sedikit. Ia juga elite Partai Nasdem yang berjasa besar terhadap berdirinya partai tersebut. Viktor sangat dekat dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Dharma Paloh.
Ratu adalah calon petahana, anggota DPR periode 2019-2024. Ia punya modal sosial sebagai tokoh perempuan Sumba Barat Daya. Suaminya, Markus Dairo Talu, yang merupakan mantan Bupati Sumba Barat Daya, masih punya pengaruh di daerah itu.
Alhasil, Ratu dipilih oleh 61.339 warga Sumba Barat Daya atau 34,4 persen dari pengguna hak pilih di daerah itu yang berjumlah 178.479. Artinya, sebanyak 80,4 persen dari total pemilih Ratu di dapil NTT II berasal dari satu kabupaten, yakni Sumba Barat Daya.
Baca juga: Kekalahan Viktor dan Kemenangan Anak Setya Novanto
Di sisi lain, dukungan terbesar untuk Viktor datang dari Timor Tengah Selatan dengan perolehan 17.195 atau 26,31 persen dari total dukungan terhadap dirinya di Dapil NTT II. Secara keseluruhan, Nasdem mendapat 207.732 suara di dapil NTT II. Nasdem gagal mendapat dua kursi. Ini berarti Nasdem kehilangan satu kursi dibandingkan Pemilu 2019.
Seorang kader Nasdem yang tidak mau menyebutkan identitasnya menuturkan, elite Nasdem kecewa dengan raihan para caleg. Dengan modal dua calon petahana di DPR, Nasdem seharusnya mempertahankan dua kursi itu. Di dapil NTT II, hanya Golkar yang meraih dua kursi. Nasdem kalah dari Golkar.
Selain Ratu di nomor urut 5, calon petahana lainnya adalah Y Jacki Uly di nomor urut 2. Sayangnya, Jacki hanya mengantongi 10.885 suara. Ada juga Raymundus Sau Fernandes, mantan Bupati Timor Tengah Utara dua periode sekaligus Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Nasdem NTT, yang hanya meraih 18.629 suara.
”Itu yang bikin Pak Viktor kecewa,” kata kader tersebut.
Anomali politik
Hingga Sabtu (15/3/2024) pagi ini, Kompas sudah berusaha menghubungi Ratu, tetapi tidak direspons. Kompas meminta jawaban Ratu atas pertanyaan masyarakat yang telah memilih dirinya pada 14 Februari 2024 lalu.
Beberapa hari sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Nasdem Hermawi Taslim pun enggan membeberkan alasan pengunduran diri Ratu.
”Jadi, kami (Partai Nasdem) hanya menyampaikan aspirasi Ibu Ratu. Kalau mau tahu isi suratnya, tanya ke KPU. (Oleh) Karena itu surat orang, mana boleh saya ceritakan kepada orang lain, tidak boleh dong,” kata Hermawi (Kompas.id 13/3/2024).
Pengamat politik dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona, mengatakan, apa yang terjadi dengan Ratu merupakan anomali politik kekuasaan.
”Umumnya politisi itu habitusnya adalah merebut kekuasaan, mempertahankan kekuasaan itu sekuat tenaga dengan segala daya serta sumber daya, lalu melipatgandakan kekuasaan itu,” katanya.
Menurut Mikhael, mundurnya Ratu bisa jadi demi mendapatkan sesuatu yang lebih besar. Ratu tidak mengalami kehilangan dalam artian nol atau zero-sum game.
Ada keuntungan besar di baliknya yang mungkin akan diperoleh Ratu dan keluarga. Suami Ratu diisukan akan maju kembali menjadi calon bupati Sumba Barat Daya. Keuntungan itu dibayar mahal dengan hilangnya kepercayaan publik.
Kami pilih Ibu Ratu, bukan Viktor.
Mundurnya Ratu yang memberi jalan bagi Viktor, lanjut Mikhael, bisa menjawab kebutuhan Nasdem yang parlemen. Viktor yang pernah menjadi ketua Fraksi Nasdem dan punya jam terbang dianggap bisa memainkan banyak peran untuk mengegolkan kepentingan Nasdem di DPR.
”Surya Paloh sangat mengandalkan Viktor,” ujar Michael.
Oleh karena itu, ia memahami bahwa masyarakat NTT khususnya mereka yang telah memilih Ratu sangat kecewa. Masyarakat menaruh curiga dan menduga telah terjadi konspirasi politik di belakang layar. Mikhael meminta Ratu menjelaskan secara terbuka kepada publik sebagai pemberi mandat.
Publik NTT masih terus menunggu penjelasan Ratu. Banyak dari mereka yang merasa dikhianati oleh Ratu dan Partai Nasdem. Bagi mereka, dengan sistem proporsional terbuka, suara yang mereka berikan itu untuk Ratu, bukan untuk lain, termasuk Viktor.
”Kami pilih Ibu Ratu, bukan Viktor,” ujar Ria, warga NTT yang memilih Ratu.