Diterjang Gelombang Pasang, Ratusan Perahu Nelayan di Garut Rusak
Gelombang pasang akibat cuaca ekstrem menerjang 141 perahu nelayan di Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Cuaca ekstrem menyebabkan tinggi gelombang pasang menerjang kawasan wisata Pantai Ranca Buaya, Kabupaten Garut, Jawa Barat, sejak Selasa (12/3/2024). Kondisi ini mengakibatkan 141 unit perahu milik nelayan rusak.
Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, di Bandung, Jumat (15/3/2024), mengatakan, dirinya secara langsung telah meninjau kawasan Pantai Ranca Buaya yang terdampak tinggi gelombang pasang pada Kamis kemarin. Gelombang pasang menerjang 141 unit perahu nelayan yang bersandar di bibir pantai pada Selasa pagi.
Ia menuturkan, tak hanya perahu nelayan yang terdampak fenomena cuaca ekstrem ini, tetapi juga belasan gazebo atau pondok wisata dan warung ikut terdampak.
Dari data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, sebanyak 11 unit gazebo dan warung rusak. Tembok penahan tanah di area tersebut juga terdampak.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah mengeluarkan peringatan gelombang laut di Perairan Garut-Pangandaran yang setinggi 2,5-4 meter dan kecepatan angin mencapai 40 kilometer per jam. Peringatan ini berlaku pada 12-14 Maret 2024.
”BMKG telah mengeluarkan peringatan tinggi gelombang laut disertai angin kencang di wilayah perairan selatan Jawa hingga tanggal 20 Maret mendatang. Kami berharap para nelayan untuk sementara tidak melaut demi keselamatannya,” ujar Bey.
Ia menambahkan, Pemprov Jawa Barat akan menyediakan skema bantuan dana untuk membantu perbaikan perahu serta gazebo dan warung milik warga yang terdampak. Bantuan tersebut bisa melalui skema dana stimulan atau belanja tidak terduga (BTT).
”BPBD Garut telah menyediakan dapur umur bagi masyarakat yang terdampak di lokasi tersebut. Perbaikan perahu, gazebo, dan warung sangat penting agar aktivitas ekonomi masyarakat bisa kembali berjalan normal,” kata Bey.
Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Barat Rakhmat Prasetia memaparkan, terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan awan dan peningkatan curah hujan di sebagian wilayah Jawa Barat dalam seminggu terakhir. Faktor itu, antara lain, aktifnya beberapa gelombang atmosfer, seperti Madden Julian Oscillation dan Gelombang Kelvin.
Faktor lainnya, lanjut Rakhmat, bibit siklon tropis 91S terpantau di Samudra Hindia bagian tenggara-barat daya Lampung dan sirkulasi siklonik di perairan utara dari Australia Bagian Utara, serta barat Pulau Sumatera yang mengakibatkan terbentuknya pertemuan angin di sepanjang Pulau Sumatera hingga Jawa Barat.
Adapun dalam sepekan terakhir, berdasarkan pantauan Stasiun Klimatologi Jawa Barat, telah terjadi hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat dan atau ekstrem di sebagian wilayah Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten dan Kota Bekasi, Kabupaten dan Kota Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Karawang, Purwakarta, Subang, Kabupaten dan Kota Bandung, Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, Majalengka, Sumedang, Ciamis, Kuningan, Indramayu, dan Cirebon.
”Berdasarkan prakiraan kondisi regional dan lokal, potensi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat disertai petir dan angin kencang dapat terjadi pada skala lokal dan durasi singkat di sebagian wilayah Jawa Barat. Wilayah itu, antara lain, kawasan Bandung Raya, Bogor, Sukabumi, Garut, Cirebon, hingga Purwakarta,” kata Rakhmat.