Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, memiliki tradisi unik setiap Kamis selama Ramadhan, yakni menyajikan gulai kambing.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·3 menit baca
Hujan lebat sejak sore, Kamis (14/3/2024), tak menyurutkan langkah ratusan orang mendatangi Masjid Gedhe Kauman. Dua jam sebelum waktu buka puasa, suasana masjid di samping Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta itu pun telah ramai.
Satu per satu jemaah memasuki serambi masjid berusia 251 tahun tersebut. Pukul 16.45 WIB, petugas masjid mengumumkan bahwa takjil atau hidangan berbuka puasa sudah bisa diambil cuma-cuma.
Tak butuh waktu lama, dua meja di tangga masuk serambi pun diserbu jemaah. Meja itu dipenuhi bungkusan makanan yang disajikan di atas piring. Meja di sisi selatan untuk jemaah perempuan dan di sisi utara untuk jemaah laki-laki.
Petugas masjid pun selalu sigap memastikan meja tak pernah kosong dari bungkusan yang telah dinanti-nanti tersebut. Setiap kali meja sudah agak lowong, petugas memenuhinya kembali dengan bungkusan baru.
Hari itu, masjid menyiapkan 1.200 bungkus makanan. Namun, ini bukan makanan biasa, melainkan nasi dan gulai kambing yang menjadi menu buka puasa setiap Kamis di Masjid Gedhe Kauman. Saat azan maghrib berkumandang, jemaah pun tampak menikmati suapan demi suapan hidangan tersebut.
Windu (30), jemaah masjid, sengaja datang pada hari Kamis untuk menyesuaikan dengan jadwal hidangan gulai kambing. ”Setiap Ramadhan paling minimal saya satu kali ke Masjid Gedhe Kauman untuk berbuka puasa dengan gulai kambing ini,” kata warga Yogyakarta itu.
Pada masa lalu, gulai kambing disiapkan sendiri oleh warga masjid.
Dia merasa ini sebagai tradisi baik sekaligus unik karena hanya ada di Masjid Gedhe Kauman. ”Saya kebetulan suka mengikuti tradisi-tradisi unik seperti ini,” ujar Windu.
Tradisi sajian gulai kambing di Masjid Gedhe Kauman ini telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu, bahkan ada yang menyebut sudah dimulai sejak era KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah. KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Kampung Kauman pada tahun 1912.
Adapun hari Kamis dipilih karena berdasarkan sistem kalender Hijriah, waktu setelah maghrib atau matahari terbenam pada Kamis itu sudah memasuki hari Jumat. Hari Jumat adalah hari suci bagi umat Islam.
Ketua Seksi Takjil Panitia Ramadhan Masjid Gedhe Kauman, Juju Inhari Edi, mengatakan, pada masa lalu, gulai kambing disiapkan sendiri oleh warga masjid, mulai dari menyembelih kambing, memasak, hingga menghidangkannya.
”Tapi sekarang karena jemaah terus bertambah dan demi kepraktisan, kami memakai jasa katering. Setiap hari ada 4-5 katering yang menyiapkan menu berbuka puasa, termasuk gulai kambing pada hari Kamis,” ujar Juju.
Dia menjelaskan, pada masa lalu, gulai kambing dipandang sebagai hidangan mewah. Karena itu, semua kalangan diharapkan bisa turut menikmati sajian spesial tersebut pada bulan istimewa Ramadhan.
Adapun pembiayaan hidangan berbuka ini seluruhnya berasal dari sedekah warga Kauman yang sudah sukses di perantauan. Tiga bulan sebelum Ramadhan biasanya para donatur telah mendaftarkan diri untuk membiayai buka bersama, terutama pada Kamis dengan menu gulai kambing ini.
Guna memastikan kualitasnya, terutama rasa, Juju mengatakan, pengurus masjid menyeleksi ketat katering. Intinya, pihak masjid tak ingin menu berbuka itu hanya sekadar ada, tetapi juga harus enak.
Juju pun menjelaskan, ”Dari 12 katering yang biasa menangani hidangan buka puasa di masjid ini, hanya 3-4 katering yang kami percayakan untuk gulai kambing. Jadi soal rasa dijamin pasti enak. He-he-he.”
Ketua Bidang Pembinaan Kader Masjid Gedhe Kauman Bagus Achmad Wildani menambahkan, karena antusiasme tinggi dari para donatur, tahun ini menu gulai kambing tak hanya tersedia pada Kamis. Berdasarkan catatan panitia, selama 20 hari pertama Ramadhan, delapan hari di antaranya diisi menu gulai kambing.
Selain gulai kambing, Bagus mengatakan, menu berbuka puasa gratis yang disajikan di Masjid Gedhe Kauman juga bermacam-macam, termasuk gudeg, makanan khas Yogyakarta. ”Ada pula brongkos, ayam goreng, sayur lodeh, dan sebagainya,” ujarnya.
Momen Ramadhan menjadi momen berbagi. Masjid seperti Kauman menjembatani itu dengan menyambungkan warga yang ingin berbagi dengan warga yang membutuhkan lewat hidangan buka mereka.