Kendaraan besar mulai diizinkan lewat. Kendaraan kecil masih dilarang demi keselamatan pengendara.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS – Banjir berangsur surut, di Jalan Raya Kaligawe, Semarang, Jawa Tengah, Jumat (15/3/2024) petang. Kendaraan besar mulai diperbolehkan melintas meski harus sangat berhati-hati. Namun, lalu lintas disebut masih padat.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Jateng Ery Derima menyampaikan, terbukanya arus lalu lintas didukung surutnya tinggi genangan air. Jumat petang, kata dia, genangan air surut sampai sekitar 40 cm.
”Kendaraan besar dan agak tinggi itu sudah bisa lewat. Tetapi, itu pun harus sangat hati-hati. Jangan sampai ke genangan air yang mengarah ke selokan. Sebab, ada lokasi yang genangannya cukup tinggi,” kata Ery, saat dihubungi, Jumat malam.
Kawasan akses masuk dan area halaman Rusunawa Kaligawe yang terendam banjir setelah hujan deras dengan intensitas tinggi terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (13/3/2024).
Sebelumnya, Jalan Raya Kaligawe ditutup total akibat terdampak banjir sejak Rabu (13/3/2024) malam. Ketika itu, ketinggian genangan air bisa mencapai pinggang orang dewasa atau sekitar satu meter sehingga berbahaya jika dilalui kendaraan bermotor. Bahkan, tingginya genangan air masih bertahan hingga Jumat siang.
Ery mengungkapkan, lalu lintas pada jalan tersebut sudah berjalan dua arah, baik dari arah timur ke barat maupun sebaliknya. Hanya keadaan lalu lintas cukup padat. Itu karena kendaraan terpaksa melaju pelan mengingat genangan-genangan air masih bisa ditemukan pada beberapa titik lain.
Meski demikian, ungkap Ery, terbukanya lalu lintas bagi kendaraan besar bisa sedikit mengurai kemacetan pada jalan-jalan alternatif. Salah satunya seperti di Jalan Wolter Monginsidi, Semarang. Sewaktu banjir, semua kendaraan yang akan melintas di Jalan Raya Kaligawe diarahkan pada jalan tersebut.
”Tadinya, di Jalan Wolter Monginsidi, itu padat sekali. Karena, yang dari Pantura Timur, mau masuk ke Kota Semarang, semua kendaraan harus lewat sana. Semoga saja segera surut banjirnya,” kata Ery.
Lebih lanjut, Ery mengungkapkan, kendaraan yang masih belum diizinkan melintasi Jalan Kaligawe Raya ialah kendaraan berukuran kecil seperti mobil dan sepeda motor. Menurutnya, situasinya terlalu berisiko bagi kendaraan kecil semacam itu untuk melintasi jalan yang masih tergenang air.
”Kendaraan kecil tidak disarankan atau bahkan dilarang. Kemungkinan terjebak banjir masih ada. Kemungkinan mogoknya (kendaraan) juga besar,” kata Ery.
Dihubungi terpisah, Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, Nugroho Arifiyanto mengungkapkan, banjir yang tak kunjung surut mengganggu operasional truk muatan. Menurut dia, risiko kerusakan armada cukup tinggi jika sopir nekat menerjang banjir.
Dengan kondisi itu, sebut Nugroho, pengiriman barang yang dilakukan oleh truk-truk muatan berpotensi terhambat. Bahkan, sebagian truk ada yang menunda keberangkatannya mengingat jalur yang dilintasi ditutup sementara waktu. Padahal, sejumlah pelanggan mendesak agar barang-barang yang dikirimkan itu tiba tepat waktu.
Kendaraan kecil tidak disarankan atau bahkan dilarang. Kemungkinan terjebak banjir masih ada.
Nugroho mengharapkan agar pemerintah lebih memperhatikan lagi persoalan banjir yang terjadi pada salah satu jalur utama pengiriman barang tersebut. Ia menilai, jalan itu memiliki peranan vital sebagai penghubung daerah. Apalagi Semarang berada di tengah-tengah jalur tersebut.
Adapun Jalan Raya Kaligawe merupakan jalan penghubung antara Semarang dan Demak. Namun, jalan itu sekaligus menghubungkan Jalan Pantura Barat dan Pantura Timur, untuk wilayah Jawa Tengah.
”Ini (banjir) terjadi setidaknya 2-3 tahun sekali atau mungkin malah tahunan. Ini terus terulang. Harusnya masalah ini jadi agenda kalau tidak pemerintah tingkat kota, ya, provinsi atau nasional. Soalnya, jalan ini peranannya penting,” kata Nugroho.