Gelombang tinggi terjadi di perairan wilayah Maluku. Kapal nelayan hingga kapal tanker pun menjadi korban.
Oleh
RAYNARD KRISTIAN BONANIO PARDEDE
·2 menit baca
AMBON, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Ambon memprediksikan gelombang setinggi 2 hingga 4 meter berpeluang terjadi di perairan Provinsi Maluku. Akibat cuaca buruk tersebut, kapal karam dan perahu nelayan terbalik sehingga menimbulkan korban jiwa.
”Untuk gelombang tinggi hingga 4 meter berpeluang terjadi di Laut Arafuru. Keadaan ini masuk risiko tinggi untuk keselamatan pelayaran, mulai dari nelayan hingga kapal feri,” ucap Yasinta Lawery, prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Ambon (BMKG), di Ambon, Maluku, Kamis (14/3/2024).
Kondisi gelombang tinggi tersebut terpengaruh dari pola angin di wilayah Indonesia bagian utara yang bergerak dari bagian utara menuju Timur Laut dengan kecepatan hingga 20 knot. Angin juga berasal dari wilayah Indonesia bagian selatan dengan kecepatan 10 hingga 35 knot.
Kondisi gelombang tinggi ini sudah kerap terjadi sejak Februari lalu. Dengan kondisi kecepatan angin hingga 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,5 meter, aktivitas warga yang menggunakan perahu nelayan dan kapal tongkang dinilai berisiko besar. Masyarakat diimbau tidak beraktivitas di sekitar area pesisir dan selalu waspada terhadap ancaman gelombang tinggi.
Namun, kecelakaan laut tak terelakkan terjadi di wilayah Maluku. Kapal Motor Sweet (KM) yang baru selesai melaut di kawasan Pulau Banda Neira, Maluku Tengah, tenggelam saat hendak kembali ke Pelabuhan Perikanan Tantui, Kota Ambon, Senin (11/4/2024). Terdapat sembilan kru kapal di dalamnya.
Untuk gelombang tinggi hingga 4 meter berpeluang terjadi di Laut Arafuru. Keadaan ini masuk risiko tinggi.
Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Ambon Muhammad Arif Anwar menjelaskan, saat melintasi perairan Laut Banda atau lebih kurang 10 mil laut atau 18 kilometer dari perairan Negeri Seri, Kota Ambon, gelombang tinggi menghantam. Hantaman itu merusak badan kapal. Kapal akhirnya tenggelam.
”Menerima kabar tersebut, Tim Basarnas Ambon bersama Korps Polisi Air dan Udara Polda Maluku dan keluarga korban langsung menuju lokasi,” katanya.
Tidak hanya perahu nelayan, kapal tanker minyak juga menjadi korban keganasan gelombang tinggi di Maluku. Bulan lalu, Kamis (15/2/2024), pada pukul 04.00 WIT, Motor Tanker (MT) Koan dengan rute Bontang-Surabaya dihantam gelombang setinggi 5 meter saat melintas di perairan Arafuru. Akibat gelombang tersebut, kapal bocor dan tenggelam. Sebanyak 18 kru kapal berhasil diselamatkan.
Terkait cuaca ekstrem yang tengah berlangsung di wilayah itu, Yasinta menyebutkan ada dampak bibit siklon tropis. Berdasarkan pantauan BMKG, bibit siklon tropis 91S muncul di Samudra Hindia bagian tenggara selatan Nusa Tenggara Barat. Sementara bibit siklon tropis 94S muncul di Teluk Carpenteria, Australia.
Kecepatan angin tertinggi di wilayah Maluku terjadi di Laut Arafuru dan wilayah Kepulauan di Kabupaten Maluku Barat Daya, seperti Babar, Sermatta, dan Letti. Akibatnya, tinggi gelombang di wilayah tersebut bisa mencapai 2,5 meter. Selain di wilayah Maluku Barat Daya, gelombang tinggi tersebut juga berpotensi terjadi di Laut Seram, Laut Banda, Kepulauan Kei, dan Kepulauan Aru.