Buka Puasa di Surga ”Seafood” Tanjung Uma di Batam
Di Batam, cukup dengan Rp 100.000, warga bisa menikmati berbagai macam menu ”seafood” segar untuk berbuka puasa.
Seusai waktu shalat Ashar, Kampung Tua Tanjung Uma di Batam, Kepulauan Riau, mendadak ramai. Puluhan kendaraan bermotor berdesakan di jalanan kampung yang sempit.
Tujuan mereka hanya satu, berburu hidangan boga bahari atau seafood dan jajanan tradisional untuk buka puasa. Saat bulan Ramadhan, ratusan pedagang takjil tumplek blek di Tanjung Uma.
Menjelang sore, asap ikan bakar menguar jauh hingga keluar Tanjung Uma. Aromanya seakan mengundang orang semakin ramai berduyun-duyun menuju perkampungan Melayu di pinggir laut itu.
Salah satu penjual ikan bakar, Anggi (31), mengatakan, rata-rata bisa menjual 40 ekor ikan bakar dalam waktu sekitar 3 jam saja, dari Ashar sampai Maghrib. Satu ikan kakap ukuran 0,8 kilogram dijual Rp 60.000.
”Yang paling spesial memang ikan bakar, tetapi mau cari seafood jenis apa pun ada di Tanjung Uma. Harganya juga jauh lebih murah kalau dibandingkan dengan di restoran,” katanya, Rabu (13/3/2024).
Selain ikan bakar, Anggi juga menjual sotong, gurita, dan kepiting. Semua ikan dagangannya itu didapat dalam kondisi segar, langsung dari nelayan di pulau-pulau sekitar Batam.
Anggi adalah pedagang takjil musiman kala Ramadhan di Tanjung Uma. Pada hari biasa, ia bekerja sebagai tengkulak ikan di pasar tradisional di kawasan Nagoya.
”Ini ikan baru ditangkap pagi tadi, ibaratnya masih pingsan dia, belum mati berkali-kali kaya ikan di Jakarta,” ujar Anggi.
Siska (34), salah satu pembeli, menyukai suasana meriah saat membeli ikan bakar di Tanjung Uma. Selain itu, harga ikan yang sudah murah biasanya akan didiskon lagi oleh penjual saat waktu buka puasa semakin dekat.
”Itu ikan kakap besar-besar yang harganya Rp 60.000, nanti bisa turun di bawah Rp 50.000 kalau udah buka,” ucap ibu satu anak itu.
Di Tanjung Uma, warga juga bisa sekalian membeli menu berbuka yang lain. Martabak, kue-kue jajanan pasar, es buah, dan aneka lauk, semua ada tersedia.
”Kalau ke sini itu sambil menyelam minum air. Ngabuburit sambil jalan-jalan sama keluarga, pulangnya bawa makanan banyak. Jadi, enak enggak usah repot mikir masak di rumah,” kata Siska.
Tokoh masyarakat di Tanjung Uma, Machmur Ismail, mengatakan, sudah sejak puluhan tahun lalu kampung itu dikenal sebagai surga berburu takjil saat bulan Ramadhan. Momen puasa menjadi berkah bagi warga Tanjung Uma untuk mendapat penghasilan tambahan.
Kalau ke sini itu sambil menyelam minum air. ’Ngabuburit’ sambil jalan-jalan sama keluarga, pulangnya bawa makanan banyak. Jadi, enak enggak usah repot mikir masak di rumah.
Machmur ingin ke depan agar pasar takjil di Tanjung Uma dapat lebih tertata. Ia berharap pasar takjil bisa jadi sarana mengeratkan hubungan antarwarga dan menghidupkan pariwisata kampung Melayu.
”Kampung di pesisir, seperti Tanjung Uma, biasanya terkenal kumuh. Padahal, kalau dikelola dengan baik, sebenarnya ada potensi yang bisa dijadikan wisata,” ucapnya.
Baca juga: Buka Puasa Asyik di Pontianak, dari Warkop hingga Tepi Sungai Kapuas
Serba kerang
Selain ikan bakar, penggemar seafood di Batam juga bisa berbuka puasa dengan menikmati kerang-kerangan. Yang tak boleh dilewatkan adalah menyantap gonggong, kerang laut yang jadi ikon kuliner Batam.
Gonggong dan kerang jenis lainnya mudah di dapat di warung-warung pinggir jalan dekat pantai Marina. Berbagai jenis kerang lazim dijual antara Rp 25.000 dan Rp 50.000 per kilogram.
Salah satu pemilik warung, Zaidun (56), mengatakan, dirinya bisa menjual hingga 200 kg berbagai jenis kerang pada akhir pekan. Omzetnya sekitar Rp 5 juta dalam satu hari.
”Kalau masa puasa begini, kebanyakan beli untuk dibungkus dan dimakan di rumah. Orang sekali beli biasanya 2-3 kg,” kata Zaidun.
Gonggong diolah dengan direbus sampai mendidih bersama serai dan jahe untuk menghilangkan bau amis. Daging siput laut itu bisa dikeluarkan pakai tusuk gigi untuk mencongkel dari cangkangnya.
Warga biasanya menikmati gonggong dengan dicocol ke sambal. Siput laut itu teksturnya kenyal dan rasanya gurih. Selain itu, gonggong juga memiliki aroma khas yang menggoda.
Menurut pengajar Program Studi Budidaya Perikanan di Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang, Muzahar, gonggong merupakan boga bahari yang tinggi protein dan rendah kolesterol. Selain itu, gonggong juga mengandung peptida antimikroba yang kaya asam amino hidrofobik yang dapat membunuh bakteri gram positif dan gram negatif.
Dalam setiap 100 gram gonggong rebus, diketahui mengandung protein 47,48 persen dan kolesterol 24,95 persen. Menurut Muzahar, kadar kolesterol dalam gonggong rebus lebih rendah dibandingkan dengan jenis makanan laut lainnya, seperti cumi-cumi dan tiram.
”Mengonsumsi sampai 20 ekor per hari masih aman. Dengan catatan, cara mengolahnya hanya dengan direbus, tidak digoreng atau diberi santan atau yang lain-lain," ucapnya (Kompas, 5/5/2023).
Berada di Kota Batam saat Ramadhan tidak lengkap rasanya jika Anda tidak mencoba surga boga bahari dan takjil di kampung Tanjung Uma.
Baca juga: Gonggong, Siput Laut yang Jadi Ikon Kuliner Batam