Cuaca Buruk Masih Berpotensi Terjadi, Banjir dan Longsor Mengintai Kendari
Cuaca buruk berpotensi terjadi sepekan ke depan di Kendari. Pemerintah dan warga dituntut tetap waspada.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Hujan dengan intensitas sangat tinggi masih berpotensi terjadi di Kendari dan sejumlah daerah lain di Sulawesi Tenggara. Pemerintah dan masyarakat diharapkan mewaspadai banjir dan longsor setidaknya selama sepekan ke depan.
”Selama seminggu ke depan, (curah) hujan masih akan tinggi. Kondisi ini diprediksi terjadi di Kendari, sejumlah daerah di daratan Sultra, dan beberapa di kepulauan,” kata Kepala Stasiun Maritim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kendari Sugeng Widarko di Kendari, Rabu (13/3/2024).
Analisis curah hujan dasarian pada awal Maret menunjukkan wilayah yang mengalami curah hujan dengan kategori sangat tinggi atau di atas 300 milimeter per dasarian, yaitu di Kota Kendari, sebagian kecil Konawe, dan Konawe Selatan. Pada pertengahan Maret, sebagian besar Sultra diprakirakan berpeluang tinggi mengalami curah hujan kategori menengah hingga tinggi.
Menurut Sugeng, kondisi ini dipengaruhi sejumlah faktor. Mulai dari Madden Julian Oscillation (MJO), fenomena gelombang ekuatorial, hingga adanya belokan angin. Hal ini turut memengaruhi terjadinya cuaca buruk di sekitar wilayah Sultra.
Selain itu, juga ada fenomena anomali suhu permukaan laut. Kondisi ini membuat penguapan jauh lebih tinggi dari waktu normal.
Oleh sebab itu, Sugeng berharap pemerintah dan masyarakat selalu waspada mengingat cuaca buruk yang berpotensi terjadi. ”Kemarin, terjadi curah hujan ekstrem yang menyebabkan banjir. Kami harap semua pihak selalu waspada. Meskipun intensitas hujan rendah, tetapi durasi lama, maka juga bisa berujung bencana hidrometeorologi,” ujarnya.
Banjir bandang menerjang Kendari pada Rabu (6/3). Hujan deras selama beberapa jam membuat air melimpas dengan deras dan membawa lumpur. Air menerjang rumah, menghanyutkan kendaraan, dan membuat warga mengungsi.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kendari, hingga Sabtu (9/3), menyebutkan, 3.248 rumah terendam banjir. Banjir juga berdampak pada 3.233 keluarga. Sebanyak 15 keluarga lainnya terdampak longsor.
Selain itu, banjir mengakibatkan sejumlah rumah rusak diterjang air dan warga luka-luka. Bahkan, seorang warga, yaitu Serda Pande Pratama, meninggal dunia akibat tersengat listrik saat membersihkan kediamannya.
Penjabat Gubernur Sultra Andap Budhi Revianto saat meninjau lokasi terdampak bencana menyatakan turut berduka akan kejadian bencana ini. Berbagai dampak yang terjadi diawali dengan intensitas hujan yang tergolong tinggi.
Bersama sejumlah pemangku kepentingan lainnya, terang Andap, sejumlah permasalahan ditemukan di lapangan. Salah satunya adalah saluran air yang rusak, menyempit, dan perlu dinormalisasi.
”Secara keseluruhan, permasalahannya sama, yaitu ada penyempitan, hingga kesulitan untuk penanganan. Untuk penataan lingkungannya ke depan, kami harap Pemkot Kendari memberi perhatian pada izin membangun,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kominfo Kendari Nismawati mengungkapkan, pemerintah fokus menangani proses pascabencana. Selain dapur umum, juga pada pembersihan dan pengangkutan sisa banjir di lingkungan warga. Sebab, beberapa titik banjir masih menyisakan lingkungan yang dipenuhi lumpur dan material.
Selain itu, pemerintah juga sedang memastikan data rumah dan bangunan terdampak banjir bandang. Pendataan itu untuk keperluan pemberian bantuan, baik melalui anggaran pemerintah pusat maupun anggaran daerah.
”Terkait warga yang masih waswas dan trauma, pemerintah juga masih berupaya mencari solusi jangka panjang. Sebab, situasi ini terjadi akibat berbagai hal yang telah terjadi selama bertahun-tahun, baik itu drainase maupun sedimen,” kata Nismawati.