Banjir Palangkaraya Meluas, Cuaca Ekstrem Mengintai Saat Pancaroba
Banjir di Kota Palangkaraya meluas seiring dengan hujan lebat yang datang. Cuaca ekstrem pun mengintai saat pancaroba.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, kian meluas seiring dengan intensitas hujan yang tinggi. Banjir merendam sejumlah wilayah dan terus meluas di empat kecamatan dari total lima kecamatan yang ada di Kota Palangkaraya.
Banjir di Kota Palangkaraya sudah memasuki hari keempat. Pada Rabu (13/3/2024) pagi, di Kelurahan Palangka, tepatnya di Jalan Arut, banjir kian tinggi hingga mencapai 60 sentimeter (cm). Sehari sebelumnya, tinggi banjir tak sampai 40 cm. Di beberapa tempat di permukiman itu ketinggian banjir mencapai hampir satu meter.
Banjir yang sebelumnya hanya merendam RT 007 di Jalan Arut itu, Rabu pagi, meluas hingga ke Jalan Arut Bawah. Di permukiman itu, ketinggian air berkisar 30 cm hingga 45 cm.
Abdullah Said (56), warga di Jalan Arut Bawah, tidak bisa meninggalkan rumahnya meski sudah terendam. Di rumahnya, air sudah berada di bawah meja makannya. Tempat tidurnya sudah sempat terendam. Namun, Abdullah menyiasatinya dengan membangun panggung di dalam rumahnya. Hal itu sudah ia lakukan sejak bertahun-tahun lalu.
”Di sini, setiap masuk musim hujan, pasti banjir karena memang dekat sungai. Tapi, 10 atau 15 tahun lalu banjir tak pernah sesering ini,” ungkap Abdullah.
Abdullah mengatakan, banjir kali ini tak hanya lebih sering, tetapi juga lebih tinggi, dengan arus yang cukup deras dan lebih panjang masanya. ”Dulu itu banjir datang, tapi cepat juga pergi,” ujarnya.
Hujan di Palangkaraya saat ini turun dengan intensitas 5-20 milimeter per hari. Ketika memasuki pancaroba, biasanya cuaca ekstrem akan terjadi, dan potensi banjir lebih besar dapat terjadi.
Di wilayah Flamboyan Bawah, tak jauh dari Dermaga Flamboyan, banjir juga merendam permukiman warga yang tinggal di pinggir Sungai Kahayan. Sebagian besar warga di lokasi itu pun mengungsi ke posko pengungsian yang disiapkan pemerintah. Lokasi posko itu ada di SD Negeri 1 Langkai.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palangkaraya menunjukkan, dari total lima kecamatan, empat kecamatan di ibu kota Provinsi Kalteng itu terendam banjir. Empat kecamatan tersebut ialah Jekan Raya, Sebangau, Pahandut, dan Bukit Batu. Sebanyak 5.882 keluarga dengan total 17.965 orang terdampak banjir.
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Palangkaraya Heri Fauzi mengatakan, pengungsi banjir terus bertambah. Sebanyak 512 keluarga mengungsi. Total pengungsi di posko pun mencapai 195 orang. Sehari sebelumnya, Selasa (12/3/2024), hanya 109 orang. Sebagiannya lagi mengungsi ke rumah-rumah kerabat mereka yang jauh dari lokasi banjir.
Pemerintah, kata Heri, sudah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir agar bisa memberikan bantuan kepada masyarakat yang terdampak. Selain itu, pihaknya bersama instansi lain menyiapkan setidaknya 70 petugas untuk melakukan patroli ataupun menjaga posko pengungsian.
”Ada dua sungai yang meluap, yakni Sungai Kahayan dan Sungai Rungan,” ucapnya.
Heri mengungkapkan, air sungai meluap karena banyak faktor. Salah satunya karena intensitas hujan yang tinggi.
Cuaca ekstrem
Prakirawan dari Stasiun Meteorologi Kota Palangkaraya Chandra Mukti menuturkan, saat ini sebagian besar wilayah di Kalimantan Tengah, termasuk Kota Palangkaraya, masih masuk musim hujan yang diperkirakan akan berlangsung sampai akhir Maret.
Kalteng belum memasuki masa peralihan atau pancaroba dari musim hujan ke musim kemarau. Cuaca saat ini belum bisa dikatakan ekstrem, sekalipun sejak 3 Maret lalu intensitas hujan di Palangkaraya masuk kategori lebat.
Hujan di Palangkaraya saat ini turun dengan intensitas 5-20 milimeter per hari. Ketika memasuki pancaroba, menurut Chandra, biasanya cuaca ekstrem akan terjadi, dan potensi banjir lebih besar dapat terjadi.
”Banjir di Palangkaraya salah satunya disebabkan hujan lebat di wilayah utara sehingga daerah aliran Sungai Kahayan dan Rungan meningkat,” ungkap Chandra.