Masyarakat Diminta Tahan Diri, Petugas Berupaya Evakuasi Harimau di Lampung
Upaya mediasi masih dilakukan demi menekan konflik manusia dan harimau di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
LAMPUNG BARAT, KOMPAS – Kepolisian Resor Lampung Barat dan instansi terkait berupaya meredam konflik manusia dan harimau sumatera yang memanas di Lampung Barat. Masyarakat diimbau menahan diri selama berjalannya upaya evakuasi satwa dilindungi tersebut.
“Kami turut prihatin atas kejadian yang menimpa korban. Namun kami juga menyayangkan kejadian perusakan yang dilakukan oleh warga," kata Kapolres Lampung Barat Ajun Komisaris Besar Ryky Widya Muharam, Selasa (12/3/2024).
Ia meminta masyarakat menjaga situasi agar kondusif karena saat ini semua pihak tengah berusaha mengevakuasi harimau sumatera yang diduga menyerang warga. Penyerangan itu berbuntut aksi massa membakar Kantor Resort Suoh Taman Nasional Bukit Barisan Selatan di Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Kabupaten Lampung Barat.
Insiden pembakaran itu terjadi pada Senin (11/3/2024) sore. Kejadian bermula ketika seorang warga Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh bernama Samanan (41) luka setelah diserang harimau saat bekerja di kebunnya dalam kawasan TNBBS.
Samanan merupakan korban ketiga serangan harimau di wilayah Lampung Barat. Sebelumnya, dua warga tewas selama Februari 2024.
Samanan terluka pada bagian kepala dan sempat dibawa ke puskesmas setempat. Ratusan warga kemudian berdatangan ke puskesmas untuk menanyakan kejadian itu pada petugas.
Baca juga: Lagi, Warga Lampung Barat Tewas Diterkam Harimau
Massa marah karena tidak mendapat keterangan yang jelas dari petugas. Diliputi emosi, massa bergerak menuju kantor Resort Suoh TNBBS. Mereka lalu membakar kantor milik pemerintah tersebut.
Pasca insiden pembakaran kantor, aparat Polres Lampung Barat langsung menuju lokasi untuk mengamankan. Masyarakat diimbau untuk kembali ke rumahnya masing-masing. Saat ini, situasi sudah kondusif.
Ryky mengatakan, masyarakat diminta patuhi imbauan petugas untuk tidak beraktivitas sendirian di kebun. Warga juga diminta tidak pergi ke kebun pada sore dan malam hari karena merupakan jam aktif harimau. Jika ada yang mengetahui keberadaan harimau, warga diizinkan melakukan tindakan represif terhadap harimau untuk melindungi keselamatan dirinya.
Baca juga: Konflik Menahun Manusia dan Gajah Berimbas Amuk Massa di Jambi
Peratin (kepala desa) Sukamarga Jaimin menuturkan, pembakaran kantor Resort Suoh milik TNBBS dilakukan spontan oleh massa. Pembakaran tersebut dipicu kemarahan warga pada petugas yang belum berhasil menangkap satwa predator itu. Padahal, warga yang diterkam harimau terus bertambah. “Masyarakat hanya ingin agar hewan buas itu segera ditangkap karena meresahkan warga,” katanya.
Menurut dia, sudah ada upaya mediasi yang dilakukan Polres Lampung Barat bersama kepala desa setempat. Ia juga telah meminta warganya untuk menahan diri karena petugas sedang bekerja untuk memindahkan harimau. Sementara warganya yang menjadi korban luka akibat diserang harimau telah dirujuk ke RSUD Alimuddin Umar, Lampung Barat.
Jaimin mengatakan, sebagian besar warganya memang berkebun di dalam hutan TNBBS sejak lama. Para petani menanam berbagai jenis komoditas perkebunan, seperti kopi dan lada. Selama ini, masyarakat berkebun di dalam hutan tanpa adanya kemitraan.
Harimau itu sebenarnya masih berada di hutan TNBBS yang merupakan habitat satwa. Warga berdatangan membuka lahan sehingga aktivitas itu meresahkan harimau yang berujung penyerangan pada warga.
Kepala Balai Besar TNBBS Ismanto mengatakan, kantor Resor Suoh yang selama ini menjadi tempat untuk petugas kehutanan bekerja telah rata dengan tanah akibat dibakar massa. Barang-barang milik negara untuk bekerja, seperti laptop, printer, dan GPS juga rusak dan tidak dapat digunakan kembali.
Baca juga: Terjerat Kawat Pemburu, Harimau Sumatera Diselamatkan
Terkait konflik harimau dengan manusia di Lampung Barat, Ismanto menerangkan, harimau itu sebenarnya masih berada di hutan TNBBS yang merupakan habitat satwa. Warga berdatangan membuka lahan sehingga aktivitas itu meresahkan harimau yang berujung penyerangan pada warga.
Ia menyebut, upaya mengevakuasi harimau sudah dilakukan. Kandang jebak dipasang pada empat titik dan berpindah-pindah. Pemindahan kandang berlangsung periodik sesuai informasi temuan jejak harimau.
Upaya lain yang telah dilakukan memasang kamera jebak untuk mengetahui sebaran dan jumlah individu harimau di wilayah jelajahnya. Berbagai pihak juga telah melakukan sosialisasi kepada warga agar tidak melakukan kegiatan berladang di dalam kawasan hutan. Petugas juga telah memberi informasi pada masyarakat terkait daerah-daerah yang rawan harimau.
Kepala BKSDA Bengkulu Hifzon Zawahiri mengatakan, ada dua petugas dari BKSDA Bengkulu-Seksi Konservasi Wilayah Lampung sedang memeriksa kandang jebak saat insiden pembakaran kantor terjadi. Para petugas langsung dievakuasi ke kantor polisi setempat agar terhindar dari amuk massa.
Menurut dia, BKSDA bersama petugas TNBBS dan instansi terkait lainnya hingga kini masih berupaya mengamankan harimau. Petugas juga berupaya mendeteksi keberadaannya menggunakan drone.
Pihaknya juga meminta bantuan dari Taman Safari Indonesia untuk mengevakuasi satwa kunci Sumatera itu. Petugas dari Balai Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan wilayah Sumatera juga turut membantu. Karena itulah, masyarakat diminta untuk bersabar.
Baca juga: Setengah Tahun Berkonflik, Harimau Sumatera di Pasaman Dievakuasi
Selain konflik harimau dan manusia di Lampung Barat, petugas TNBBS juga menerima laporan kemunculan harimau di Kabupaten Pesisir Barat. Kemunculan harimau terakhir kali terlihat di sekitar Resor Pemerihan, Kabupaten Pesisir Barat, Rabu (6/3/2024) malam.
Saat itu, petugas sedang melakukan patroli di Kilometer 17 hingga Kilometer 20 Jalan Lintas Barat Sumatera. Dalam perjalanan pulang, tim dikagetkan dengan kemunculan seekor harimau.
Saat itu, tim mendapati harimau melompat dari kawasan Hutan Produksi Terbatas Pesisir Barat masuk ke dalam kawasan TNBBS yang dipisahkan oleh jalan lintas barat Sumatera. Lokasi kejadian berjarak sekitar 10 meter dari rumah salah satu warga di Pekon Pemerihan, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat.
Saat kejadian, petugas berupaya menghalau dengan menggunakan mercon. Tim juga mengingatkan masyarakat yang memiliki hewan ternak agar mengamankan ternaknya dengan membuat perapian di sekitar kandang.
Keesokan harinya, tim kembali mengecek lokasi dan menemukan jejak kaki harimau di sekitar lokasi. Meski begitu, petugas belum dapat memastikan apakah harimau yang terlihat di sekitar jalan lintas barat Sumatera di Kabupaten Pesisir Barat merupakan individu yang sama dengan harimau yang memangsa warga di Lampung Barat. Jarak antara Lampung Barat dan Pesisir Barat sekitar 80 kilometer.
Baca juga: Konflik Manusia-Harimau Berujung Pembakaran Kantor Resort Suoh TNBBS
Laporan kemunculan harimau di Pesisir Barat diterima sejak November 2023. Hingga kini, setidaknya ada lima laporan berbeda yang diterima oleh petugas TNBBS terkait kemunculan harimau di sekitar jalan lintas barat Sumatera.