Konflik Manusia-Harimau Berimbas Pembakaran Kantor Resort Suoh TNBBS di Lampung Barat
Konflik manusia dan harimau sumatera berujung pembakaran kantor Resort Suoh Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Konflik manusia dan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) berujung pembakaran kantor Resort Suoh Taman Nasional Bukit Barisan Selatan di Kabupaten Lampung Barat, Lampung, Senin (11/3/2024) sore. Pembakaran dipicu kemarahan masyarakat pada petugas yang belum berhasil menangkap hewan buas itu, sementara warga yang menjadi korban serangan harimau terus bertambah.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu Hifzon Zawahiri mengatakan, peristiwa pembakaran itu terjadi sekitar pukul 16.30 WIB. Awalnya, massa berkumpul di Puskesmas Bandar Negeri Suoh saat mendapat informasi adanya seorang warga yang terluka akibat diterkam harimau. Sebelumnya, dua warga Lampung Barat juga tewas akibat diterkam harimau pada Februari 2024.
Dari puskesmas, ratusan orang itu kemudian bergerak menuju kantor Resort Suoh. Massa berunjuk rasa dan kemudian membakar fasilitas negara tersebut. ”Pembakaran kantor oleh masyarakat. Saat kejadian ada beberapa orang petugas yang hampir menjadi korban (amukan massa),” kata Hifzon saat dihubungi dari Bandar Lampung, Senin malam.
Insiden pembakaran kantor Resort Suoh TNBBS itu beredar di media sosial. Dalam video berdurasi 16 detik, kantor tempat petugas kehutanan menginap saat menangani konflik satwa itu ludes terbakar. Ratusan orang berkerumun di depan kantor dan di sekitar jalan.
Hifzon mengatakan, dua petugas dari Seksi Konservasi Wilayah III Lampung BKSDA Bengkulu sedang memeriksa kandang jebak saat insiden pembakaran itu terjadi. Para petugas langsung dievakuasi ke kantor polisi setempat untuk menghindari amukan massa.
Menurut dia, sejumlah logistik milik petugas gabungan yang sedang berupaya menangkap harimau ludes terbakar. Selain pakaian, sejumlah alat kerja petugas kehutanan juga ikut terbakar. Hingga kini, pihaknya masih mendata kerugian akibat insiden pembakaran tersebut.
Hifzon menerangkan, BKSDA bersama petugas TNBBS dan instansi terkait lainnya hingga kini masih berupaya menangkap harimau sumatera. Selain memasang empat kandang jebak, petugas juga berupaya mendeteksi keberadaan harimau menggunakan drone. Namun, hingga kini, satwa liar itu belum dapat ditangkap dan masih berkeliaran di hutan.
Ia menambahkan, pihaknya juga meminta bantuan dari Taman Safari Indonesia untuk menangkap hewan buas itu. Petugas dari Balai Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan wilayah Sumatera juga turut membantu upaya penangkapan. Ia berharap masyarakat bisa bersabar.
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Lampung Barat Iptu Juherdi Sumandi mengatakan, saat ini kondisi di lokasi kejadian berangsung kondusif. Masyarakat sudah kembali ke rumahnya masing-masing. Para petugas kehutanan juga sudah diamankan di Polsek Suoh.
Sementara itu, Samanan (41), warga Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, yang menjadi korban ketiga akibat diserang harimau dirawat di puskemas setempat. Korban diserang harimau saat sedang beraktivitas di kebun, Senin sore. Korban mengalami luka pada bagian kepala belakang.
Sebelumnya petugas telah mengeluarkan imbauan agar masyarakat tidak beraktivitas sendirian di kebun. Masyarakat juga diminta tidak pergi ke kebun di jam-jam aktif pergerakan harimau, yakni pukul 15.00 hingga pukul 10.00.
Imbauan itu dikeluarkan setelah dua warga tewas akibat diterkam harimau pada Februari 2024. Korban pertama adalah Gunarso (47), petani asal Pekon Sumber Agung, Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, Lampung, yang tewas diterkam harimau pada Kamis (8/2/2024). Korban ditemukan di kebun dengan kondisi penuh luka-luka akibat diterkam harimau. Di sekitar lokasi Gunarso tewas, warga menemukan jejak kaki dan bekas cakaran satwa liar tersebut.
Korban kedua adalah Sahri (28), warga Pekon Bumi Hantatai, Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Kabupaten Lampung Barat, yang ditemukan tewas di dekat kebunnya pada Kamis (22/2/2024). Korban ditemukan dengan luka sobek di sekujur tubuhnya.
Pesisir barat
Decis Maroba dari Humas Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan menuturkan, selain konflik harimau dan manusia di Lampung Barat, petugas TNBBS juga menerima laporan kemunculan harimau di Kabupaten Pesisir Barat. Kemunculan harimau terakhir kali terlihat di sekitar Resort Pemerihan, Kabupaten Pesisir Barat, Rabu (6/3/2024) malam.
Saat itu, petugas sedang berpatroli di Kilometer 17 hingga Kilometer 20 jalan lintas barat Sumatera. Dalam perjalanan pulang, tim dikagetkan dengan kemunculan seekor harimau yang melompat dari kawasan Hutan Produksi Terbatas Pesisir Barat masuk ke dalam kawasan TNBBS yang dipisahkan oleh jalan lintas barat Sumatera. Lokasi kejadian berjarak sekitar 10 meter dari rumah salah satu warga di Pekon Pemerihan, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat.
Saat kejadian, petugas menghalau dengan menggunakan mercon. Tim juga mengingatkan masyarakat yang memiliki hewan ternak agar mengamankan ternaknya dengan membuat perapian di sekitar kandang.
Keesokan harinya, tim kembali mengecek lokasi dan menemukan jejak kaki harimau di sekitar lokasi. Meski begitu, petugas belum dapat memastikan apakah harimau yang terlihat di sekitar jalan lintas barat Sumatera di Kabupaten Pesisir Barat merupakan individu yang sama dengan harimau yang memangsa warga di Lampung Barat. Jarak antara Lampung Barat dan Pesisir Barat sekitar 80 kilometer.
Laporan kemunculan harimau di Pesisir Barat diterima sejak November 2023. Hingga kini, setidaknya ada lima laporan berbeda yang diterima oleh petugas TNBBS terkait kemunculan harimau di sekitar jalan lintas barat Sumatera. Namun, hewan buas itu belum juga tertangkap.