Harga Ayam Melejit, Pedagang Tak Berani Menyimpan Banyak Stok
Harga ayam masih bertahan tinggi. Para pedagang pun pesimistis volume penjualan naik.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sepekan terakhir, harga ayam di Magelang, Jawa Tengah, masih bertahan tinggi pada Rp 37.000-Rp 40.000 per kilogram. Tingginya harga ayam di tengah mahalnya harga beras membuat pedagang pesimistis dan tidak berani menyetok dalam jumlah banyak.
Warjiyono (60), pedagang ayam di Pasar Tegalrejo, mengatakan, pada masa-masa menjelang bulan puasa, biasanya menyediakan stok ayam dua kali lipat lebih banyak. Jumlahnya bisa mencapai hingga 40 kg ayam per hari. Namun, pada Senin (11/3/2024), ia hanya menyiapkan stok 20 kg.
Warjiyono pesimistis penjualan akan meningkat pada Ramadhan ini karena permintaan ayam sepekan terakhir cenderung turun. Jika sebelumnya rata-rata pengunjung membeli per 1 kg, kini berkurang menjadi setengah atau seperempatnya.
Berdasarkan keterangan dari para pelanggan, hal ini terjadi karena di masa sekarang, pembeli harus berpikir panjang karena menyiapkan kebutuhan pokok lainnya. Khususnya beras yang sampai saat ini masih dijual dengan harga tinggi.
”Karena saat ini harga beras mahal, yang diutamakan terlebih dahulu adalah menyiapkan uang untuk membeli beras untuk kebutuhan nasi di rumah. Soal lauk, entah ayam atau apa, itu menjadi hal yang dipikirkan belakangan,” ujarnya, Senin (11/3/2024).
Kondisi saat ini, menurut dia, sangat berbeda dibandingkan situasi menjelang puasa di tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, sekitar dua minggu sebelum Ramadhan, permintaan ayam sudah cenderung tinggi karena banyak konsumen membeli untuk keperluan nyadran atau sadranan. Nyadran adalah tradisi masyarakat Jawa untuk mengunjungi makam leluhur, yang kemudian dilanjutkan dengan acara makan besar bersama.
Hari (40), pedagang lainnya, mengatakan, harga ayam saat ini mencapai Rp 38.000 per kg. Harga tersebut dinilainya menjadi posisi harga yang luar biasa, yang tidak pernah terjadi pada masa menjelang puasa di tahun-tahun sebelumnya. ”Biasanya, harga tinggi mendekati Rp 40.000 per kg seperti sekarang hanya terjadi pada masa-masa mendekati Lebaran,” ujarnya.
Karena harga ayam tersebut dinilainya memberatkan konsumen, dia hanya menyiapkan 50 kg ayam untuk stok dijual pada Senin (11/3/2024), dan sama sekali tidak menyiapkan stok untuk tambahan persediaan.
”Padahal, pada masa-masa menjelang atau awal puasa, saya biasanya menyiapkan stok 1 kuintal ayam yang siap didatangkan sebagai stok tambahan saat persediaan di kios sudah habis terjual,” ujar Hari.
Siti (58), pedagang di Pasar Rejowinangun, Kota Magelang, juga mengatakan hal serupa. Biasanya, sejak menjelang hingga hari ketiga puasa, ia menyiapkan hingga dua kuintal. Namun, dengan harga eceran ayam yang kini mencapai Rp 40.000 per kg, dia pun tidak berani melakukan hal serupa.
”Kalau harga ayam demikian mahal, saya justru khawatir permintaan ayam justru turun,” ujarnya. Senin ini, dia pun hanya menyiapkan stok 80 kg ayam.
Rahyuni (57), pedagang ayam lainnya, masih menyiapkan stok 2 kuintal ayam. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, volume stok yang mencapai dua kali lipat dibandingkan hari biasa tersebut disiapkan karena banyak orang cenderung memakai menu daging, seperti daging ayam, di hari-hari awal puasa.
Meski demikian, dia tidak bisa memprediksi apakah kondisi serupa akan terjadi tahun ini. Oleh karena itu, dia pun belum bisa memperkirakan berapa stok ayam yang akan disiapkannya besok pagi. ”Persediaan ayam yang disiapkan besok pagi (Selasa) baru saya tentukan dengan melihat kondisi penjualan hari ini (Senin),” ujarnya.