Hilal terlihat kurang dari 1 derajat di Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Minggu (10/3/2024).
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS – Hilal terlihat kurang dari 1 derajat di Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Minggu (10/3/2024). Laporan hasil pemantauan tersebut disampaikan kepada Kementerian Agama RI untuk dijadikan dasar Keputusan awal puasa Ramadhan 2024.
Pemantauan hilal dilakukan di Command Center Pemkab Malang pada Senin (10/3/2024) mulai pukul 16.00 WIB hingga selesai (saat matahari terbenam). Pemantauan dilakukan oleh Kementerian Agama RI Kabupaten Malang, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kabupaten Malang, Pemkab Malang, ormas, dan instansi terkait lain.
Dari hasil pemantauan BMKG, disebutkan bahwa hilal posisinya masih 0,62 derajat dengan umur bulan hanya 4 menit. Pemantauan dilakukan pada elongasi 1,643 derajat.
”Hilal posisinya masih 0,62 derajat dengan umur bulan hanya 4 menit. Sehingga sangat sulit untuk memantau hilal di bawah 1 derajat, apalagi dalam cuaca awan tebal,” kata Mamuri, Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kabupaten Malang.
Adapun Kepala Kementerian Agama Kabupaten Malang Sahid mengatakan bahwa, pemantauan tersebut menyimpulkan bahwa mereka tidak bisa melihat hilal karena masih di bawah ufuk, yaitu masih kurang dari 1 derajat. Adapun persyaratan imkanur rukyah atau pertimbangan kemungkinan terlihat hilal adalah sebesar minimal 3 derajat.
”Sesuai komitmen dan keputusan, di mana masih di bawah 3 derajat, sehingga hilal sulit dilihat. Sedangkan untuk Senin (11/3/2024), hilal sudah terlihat 11 persen. Dari sana bisa ditarik estimasi bahwa 1 Ramadhan 2024 jatuh pada Selasa 12 Maret 2024. Namun, tetap kita menunggu pengumuman dari Menteri Agama untuk kepastiannya,” katanya.
Kita ini sudah sering mengalami perbedaan. Sehingga masyarakat sudah terbiasa. Jadi tidak masalah.
Menurut Sahid, di seluruh Indonesia terdapat 136 titik pemantauan hilal oleh Kementerian Agama RI. Adapun terkait kemungkinan terjadinya perbedaan awal puasa di masyarakat, Sahid mengatakan bahwa hal itu bukan menjadi persoalan.
”Kita ini sudah sering mengalami perbedaan. Sehingga masyarakat sudah terbiasa. Jadi tidak masalah. Silakan dengan keyakinan masing-masing kapan mulai berpuasa. Tapi kalau kami menunggu keputusan resmi pemerintah,” katanya.