Kasus Melonjak, 2 Orang Meninggal karena DBD di Kota Batu
Kasus DBD di Batu melonjak. Dua orang meninggal akibat DBD dan seorang lainnya dengan komorbid diabetes melitus.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Kasus demam berdarah di Kota Batu, Jawa Timur, melonjak dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat dua orang meninggal karena demam berdarah dengue dan satu lainnya DBD dengan komorbid.
Intensitas hujan yang tinggi ditengarai menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah penderita demam berdarah di kota berhawa sejuk itu. Hujan membuat banyak genangan di mana nyamuk Aedes aegypti mudah berkembang biak.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu, hingga 8 Maret, menunjukkan ada 85 penderita demam dengue (DD), 84 demam berdarah dengue (DBD), dan 7 expanded dengue syndrome (EDS)/dengue shock syndrome (DSS).
Kasus terbanyak di Kecamatan Batu. Sisanya tersebar di dua kecamatan lainnya, yakni Junrejo dan Bumiaji. Untuk Kecamatan Batu, jumlah kasus terbanyak berada di Kelurahan Temas (Batu) dengan jumlah 18 DD, 26 DBD, dan 4 EDS.
”Untuk tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, angkanya naik tiga kali lipat,” ujar Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu Susana Indahwati, Jumat (8/3/2024).
Adapun pada tahun 2023 Dinkes Kota Batu mencatat ada 128 orang terjangkit DBD dan 103 DD.
Terkait dengan korban meninggal, menurut Susana, dua kematian murni akibat DBD itu terjadi di Kelurahan Temas dan Punten. Sementara satu kematian lainnya DBD dengan komorbid ada di Punten, penyebabnya karena diabetes melitus. ”Sehingga yang dilaporkan sebagai kasus kematian akibat DBD dua kasus,” ucapnya.
Karena jumlah kasus cukup banyak, Jumat pagi, petugas dari Dinkes Kota Batu kembali melakukan pengasapan (fogging) di wilayah RT 007 RW 007, Kelurahan Temas.
Menurut Susana, pengasapan dilakukan menindaklanjuti hasil penyelidikan epidemologi yang menunjukkan angka bebas jentik 92,5 persen di Temas dari seharusnya minimal 95 persen. Pertimbangan lainnya ditemukan kasus DBD di wilayah itu.
Sesuai dengan pedoman pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, fogging bisa dilakukan jika memenuhi dua syarat, yakni ada penderita DBD lebih dari satu orang atau lebih dari tiga orang terduga DBD. ”Syarat lainnya angka bebas jentik kurang dari 95 persen,” ucapnya.
Untuk memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk, Dinkes Kota Batu mengingatkan masyarakat untuk terus melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Mereka dikoordinasi oleh ketua RT dan ketua RW setempat. Upaya lainnya pemberian abate (abatenisasi) di daerah yang airnya sulit dikuras. ”PSN dilakukan terus, seminggu sekali,” ucapnya.
Data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batu, hingga 8 Maret, menunjukkan ada 85 penderita demam dengue (DD), 84 demam berdarah dengue (DBD), dan 7 ’expanded dengue syndrome’ (EDS)/’dengue shock syndrome’ (DSS).
Krispati (36), salah satu warga Kelurahan Pesanggrahan, Kecamatan Batu, membenarkan jika ada imbauan PSN terkait naiknya angka kasus demam berdarah. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah kerja bakti bersama seluruh warga membersihkan genangan pada pekan terakhir Februari lalu.
”Selain kerja bakti, bak-bak mandi juga sudah diberi abate. Saya beli abate dan menaburkannya sendiri di bak mandi,” ucapnya. Menurut Krispati, curah hujan di Batu masih tinggi.
DD dan DBD disebabkan oleh infeksi virus dengue dan memiliki masa inkubasi 4-10 hari. Gejala utamanya adalah demam 2–7 hari disertai manifestasi perdarahan, penurunan trombosit (trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi pleura, hipoalbuminemia).
Infeksi dengue, lanjut Susana, dapat disertai gejala-gejala tidak khas, seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau nyeri belakang bola mata.
Tidak semua yang terinfeksi virus dengue akan menunjukkan manifestasi DBD berat. Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit (asimtomatik).
Sebagian lagi akan menderita demam dengue saja yang tidak menimbulkan kebocoran plasma dan mengakibatkan kematian.