Dilanda Banjir, Jalur Trans-Kalimantan Terancam Putus Lagi
Banjir kembali melanda Kalteng. Puluhan orang mengungsi, jalur Trans-Kalimantan terancam putus lagi.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Jalur Trans-Kalimantan yang menghubungkan Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur terancam putus akibat banjir di Barito Selatan. Kali ini, banjir memaksa 73 orang di Pulang Pisau, Kalteng, mengungsi.
Banjir di Barito Selatan, Kalteng, terjadi sejak akhir Januari 2024. Saat itu, banjir memutus Jalan Trans-Kalimantan di Desa Kalahien, Kecamatan Dusun Selatan. Saat Kompas mendatangi lokasi itu, ratusan kendaraan telah berhari-hari menunggu banjir surut untuk sekadar melintas.
Jalur itu menghubungkan Kota Palangkaraya, ibu kota Kalteng, dengan Buntok, ibu kota Barito Selatan. Jalur itu juga menghubungkan Kalteng dengan Kalsel dan Kaltim. Bahkan, ada juga salah satu jalur alternatif menuju Ibu Kota Nusantara dari Kalteng yang terancam tidak bisa dilintasi.
Pada Jumat (8/3/2024), banjir kembali melanda sejumlah wilayah di Barito Selatan. Arjoni (38), warga Kalahien, mengungkapkan, hujan deras turun tidak berhenti sejak Kamis (7/3/2024) malam hingga Jumat pagi. Akibatnya, jalan tergenang air.
”Terlalu sering tergenang banjir, jalannya rusak dan sampai sekarang belum diperbaiki,” kata Arjoni.
Bintara Pembina Desa Lembeng Sersan Kepala E Budianto mengatakan, kendaraan masih bisa melintas karena dipandu warga sekitar untuk menghindari lubang besar yang tertutup banjir. Sampai sekarang jalan rusak itu belum diperbaiki dan menjadi titik putus jalur Trans-Kalimantan saat banjir.
”Air sudah mulai masuk dari parit di kanan-kiri jalan, kalau banjir lagi seperti kemarin (akhir Januari), jalan bisa putus lagi,” ungkap Budianto.
Di Barito Selatan, banjir tidak hanya melanda Kecamatan Dusun Selatan. Data Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPBPK) Kalteng menyebut, banjir terjadi juga di Kecamatan Dusun Hilir. Setidaknya, dari dua wilayah itu, sebanyak 13 desa dan kelurahan terendam banjir.
Kepala Pelaksana BPBPK Kalteng Ahmad Toyib mengatakan, banjir di Barito Selatan berdampak terhadap tiga kabupaten lainnya, yakni Pulang Pisau, Murung Raya, dan Gunung Mas. Total 6 kecamatan dengan 24 desa dan kelurahan terendam banjir di 4 kabupaten.
Akibatnya, sebanyak 18.760 orang terdampak dan 73 orang di antaranya mengungsi. Pengungsi menggunakan posko dan fasilitas negara yang disiapkan petugas. ”Yang mengungsi itu ada lima desa di Kecamatan Sebangau Kuala, Pulang Pisau,” ungkap Toyib.
Toyib mengungkapkan, dampak banjir paling dirasakan masyarakat dari sisi ekonomi karena aktivitas masyarakat terganggu. Pengiriman barang terganggu karena akses jalan yang digenangi banjir.
”Kalau enggak kerja, kemungkinan daya beli masyarakat juga menurun dan aktivitas umum lainnya menjadi sangat terpengaruh,” kata Toyib.
Hal lain yang perlu dikhawatirkan, lanjut Toyib, adalah kesehatan dan keselamatan. Cuaca ekstrem seperti sekarang sangat berbahaya bagi transportasi, baik sungai maupun darat. Ia merujuk peristiwa tenggelamnya seorang sopir truk di Sungai Katingan.
Fahrozi (42), sopir truk, tenggelam pada Selasa (5/3/2024) di Sungai Katingan. Saat itu dia berada di kapal feri kayu penyeberangan di Desa Panahei, Kecamatan Marikit, Kabupaten Katingan.
Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Palangka Raya A Ketut Alit Supartana menjelaskan, sopir truk itu berupaya mengganjal ban truk yang berjalan mundur setelah parkir di dalam kapal feri kayu. Namun, akibat terlambat mengganjal ban, Fahrozi terpaksa melompat ke sungai bersama truknya.
Fahrozi lantas ditemukan tewas oleh Tim SAR Gabungan dua hari kemudian. Jenazahnya berada sekitar 500 meter dari titik terakhir terlihat.