Masyarakat Masih Berharap Operasi Pasar di Pontianak Berlanjut
Operasi pasar tahap pertama di Pontianak berakhir Rabu (6/3/2024). Namun, masyarakat berharap operasi pasar berlanjut.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Operasi pasar tahap pertama di 29 kelurahan yang dilaksanakan Pemerintah Kota Pontianak, Kalimantan Barat, sejak Jumat (1/3/2024) berakhir hari ini, Rabu (6/3/2024). Kendati demikian, masyarakat berharap ada pasar murah lanjutan hingga menjelang Lebaran.
Operasi pasar murah tahap pertama di hari terakhir dilaksanakan di lima kelurahan di Kecamatan Pontianak Selatan, Kota Pontianak, yaitu di Kelurahan Kota Baru, Kelurahan Akcaya, dan Kelurahan Parit Tokaya. Kemudian, di Kelurahan Melayu Darat dan Kelurahan Melayu Laut.
Penjabat Wali Kota Pontianak Ani Sofian, ditemui saat meninjau pasar murah di Kelurahan Akcaya, Kecamatan Pontianak Selatan, Rabu pagi, menuturkan, operasi pasar selama enam hari ini total mendistribusikan 5 ton beras, 1.000 liter minyak goreng, dan 1 ton gula pasir.
Kebutuhan pokok tersebut dibagi dalam 6.000 paket. Per paket berisi 5 kg beras, 1 kg gula, dan 5 liter minyak goreng. Harga jual per paket kepada masyarakat Rp 60.000.
Setelah operasi pasar tersebut, Pemkot Pontianak melanjutkan dengan pembagian beras untuk pengentasan warga dari kemiskinan ekstrem di Kecamatan Pontianak Timur pada Kamis (7/3/2024). Beras untuk pengentasan warga dari kemiskinan ekstrem tersebut sudah ada yang dibagikan sejak Januari dan disalurkan hingga Maret.
”Per orang mendapat 30 kg beras. Total penerima program tersebut di Kota Pontianak 21.992 orang dari Januari hingga Maret. Beberapa kecamatan sudah dibagikan dua bulan. Untuk Kecamatan Pontianak Timur akan dibagikan untuk tiga bulan sekaligus,” kata Ani.
Tidak mudah mengatur keuangan sekarang.
Menjelang Lebaran dilanjutkan dengan pembagian cadangan beras daerah Pemerintah Kota Pontianak yang saat ini masih ada sekitar 56 ton. Berbagai operasi tersebut diharapkan bisa meringankan ekonomi masyarakat yang kurang mampu.
Aisah (55), salah satu ibu rumah tangga di Kecamatan Pontianak Selatan yang ikut pasar murah, Rabu pagi, menuturkan, berharap masih ada operasi pasar ke depan. Operasi pasar meringankannya di tengah harga beras yang tinggi.
”Di bulan puasa dan Lebaran juga diharapkan ada operasi pasar murah lagi. Bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, kondisi sekarang susah. Bagi orang banyak uang, sih, tidak masalah,” tuturnya.
Aisah terakhir membeli beras di pasar dua hari lalu. Harga beras yang biasa ia beli hanya Rp 12.000-Rp 15.000 per kg, tetapi dua hari lalu mencapai Rp 18.000 per kg. Kenaikan harga berkisar Rp 3.000-Rp 4.000 per kg.
”Tidak mudah mengatur keuangan sekarang. Apalagi, suami saya sudah pensiun sebagai security,” ujarnya menambahkan.
Senada dengan itu, Yani (42), ibu rumah tangga lainnya di Kecamatan Pontianak Selatan yang datang ke pasar murah kendati hujan lebat pada Rabu pagi, menuturkan, ia selalu mencari lokasi pasar mudah. Ia mengikuti pasar murah juga karena merasa harga beras masih mahal baginya.
Dengan mengikuti pasar murah bisa menghemat pengeluaran beras sehingga uang bisa juga dibagi untuk biaya anak-anaknya yang masih menempuh pendidikan di jenjang SD, SMA, dan kuliah di perguruan tinggi semester empat.
”Lumayan 5 kg beras dari pasar murah ini bisa untuk lima hari. Per hari kebutuhan beras kami sekeluarga 1 kg. Saya selalu mengincar pasar murah,” kata Yani.
Ke depan, Yani berharap pasar murah berlanjut. Selain itu, yang terpenting menurut dia, harga kebutuhan pokok di pasar bisa turun seperti awal. Ia sebagai ibu rumah tangga cukup pusing membagi pengeluaran untuk pendidikan anak dan kebutuhan sehari-hari.
Dalam catatan Kompas, lonjakan harga beras di Tanah Air tidak semata soal cuaca. Masalah beras di Indonesia saat ini lebih ke buruknya tata kelola dan lemahnya sistem pangan. Krisis pasokan dan harga beras saat ini seharusnya menjadi momentum kembali ke ragam pangan lokal. Namun, keberagaman sumber pangan dan budaya pangan ini semakin terpinggirkan oleh kebijakan pangan yang bias beras dan gandum.