Solihin GP, Tokoh Republik dari Tatar Sunda, Berpulang dalam Usia 97 Tahun
Solihin GP merupakan tokoh asal Tatar Sunda yang mengabdi untuk negeri di sektor militer, pangan, hingga lingkungan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Tokoh Jawa Barat, Letnan Jenderal (Purn) Solihin Gautama Purwanegara atau dikenal dengan Solihin GP, meninggal dunia pada Selasa (5/3/2024) dalam usia 97 tahun. Purnawirawan ini telah ikut berjuang bagi Republik, mulai dari Komandan Tentara Keamanan Rakyat Kabupaten Bogor hingga Gubernur Jawa Barat periode 1970-1975.
Penjabat Wali Kota Bandung Bambang Tirtoyuliono menyatakan belasungkawa atas kepergian salah satu tokoh Sunda ini. Solihin meninggal dunia saat dalam perawatan di Rumah Sakit Advent, Kota Bandung, sekitar pukul 03.09. Belum ada informasi lebih lanjut terkait dengan penyakit yang diderita almarhum.
”Atas nama pribadi dan Pemerintah Kota Bandung, saya turut berduka. Semoga almarhum diterima di sisi Allah. Semoga keluarga diberikan kekuatan dan ketabahan,” ujarnya dalam keterangan tertulis di Bandung, Selasa pagi.
Sebelum dimakamkan, lanjut Bambang, almarhum akan dibawa ke rumah duka keluarga besar di Jalan Cisitu Indah, Kota Bandung. Warga yang ingin melayat dan memberikan penghormatan juga bisa hadir di Markas Kodam III/Siliwangi di Jalan Sumbawa antara pukul 09.30-12.30. Almarhum rencananya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra pada hari yang sama sekitar pukul 13.30.
Solihin GP adalah tokoh yang lahir di Tasikmalaya, 21 Juli 1926. Dia mengawali karier militer di masa revolusi sebagai Komandan Tentara Keamanan Rakyat Kabupaten Bogor, lalu bergabung dengan Divisi Siliwangi.
Solihin GP juga menjabat Gubernur Jabar periode 1970-1975. Dia menentang keras praktik judi hingga berpihak pada kesejahteraan petani kala itu. Dia kesal dengan ulah ijon hingga lintah darat yang merugikan petani.
Atas beragam prestasi yang dibuatnya, Solihin dipercaya Presiden Suharto menjabat Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan (Sesdalopbang) periode 1977-1992. Perannya mirip dengan Kantor Staf Presiden di era Joko Widodo atau Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan saat Susilo Bambang Yudhoyono.
Salah satu prestasi yang fenomenal ketika ikut mengatasi krisis pangan di Indramayu dengan memasyarakatkan padi yang disebut Gogo Rancah. Setelah itu, metode ini dilakukan untuk meningkatkan hasil pertanian di berbagai daerah di Indonesia.
Selain dikenal sebagai pemimpin yang pernah membangun Jabar, Solihin GP juga menjadi pejuang dalam membangun kelestarian di Tanah Pasundan. Dia mendirikan Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) yang aktif dalam mengawal lingkungan di Jabar sesuai dengan kearifan leluhur dan budaya Sunda. Di usia senja, Solihin sangat keras menyikapi pencemaran yang terjadi di sepanjang Sungai Citarum, sungai terpanjang di Jabar.
Pesan belasungkawa juga disampaikan oleh tokoh lingkungan dari DPKLTS, Supardiyono Sobirin. Dia belajar banyak dari berbagai pesan yang disampaikan Solihin GP saat berkegiatan bersama sebagai pemerhati lingkungan dan ada di payung organisasi yang sama.
Solihin GP juga menjabat Gubernur Jabar periode 1970-1975. Almarhum juga berperan dalam mengatasi krisis pangan di Indramayu dengan memasyarakatkan padi yang disebut Gogo Rancah.
Bagi Sobirin, Solihin GP adalah manusia Indonesia yang unggul. Dia berharap nilai-nilai yang dipegang teguh almarhum tetap hadir pada generasi selanjutnya.
”Segenap perjuangan dan pengabdian hidupnya hanya ditujukan untuk kesejahteraan rakyatnya. Sudah selayaknya bila Jabar kembali melahirkan generasi muda sekaliber Mang Ihin (Solihin GP),” ujarnya.