Gunung Merapi kembali menunjukkan peningkatan intensitas erupsi melalui rentetan awan panas.
Oleh
MOHAMAD FINAL DAENG
·4 menit baca
Gunung Merapi bergejolak lagi. Pada Senin (4/3/2024) sore, gunung api paling aktif di Indonesia itu memuntahkan rentetan awan panas delapan kali. Setelah sempat tenang selama beberapa waktu terakhir, Merapi seolah mengingatkan kembali akan pesan kewaspadaan.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat rentetan awan panas guguran (APG) itu dimulai pada pukul 16.03 dengan durasi 258 detik. Jarak luncurnya maksimal 2.600 meter ke lereng barat daya atau di hulu Sungai Bebeng dan Krasak di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Tak lama kemudian, yakni pukul 16.18, erupsi gunung di perbatasan Jawa Tengah-DI Yogyakarta itu berlanjut dengan rentetan enam kali APG. Kali ini, durasinya berkisar 115-232 detik dengan jarak luncur maksimal 2.400 meter, masih ke hulu Sungai Bebeng dan Krasak.
Angin yang berembus ke arah timur-timur laut menyebabkan hujan abu vulkanik di Stasiun Pasarbubar yang berjarak 800 meter arah utara puncak gunung. Hujan abu tipis juga dilaporkan terjadi di Selo dan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jateng. Kedua kecamatan itu terletak di lereng utara dan timur laut Merapi.
APG terakhir pada gunung setinggi 2.968 meter di atas permukaan laut tersebut terjadi pukul 18.37. Adapun durasinya 149 detik dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter ke arah barat daya.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santoso, melalui siaran pers pada Senin (4/3/2024) sore, menjelaskan, sejak memasuki fase erupsi efusif pada 4 Januari 2021, Merapi telah mengeluarkan total 623 kali APG. Rentetan awan panas pada Senin itu juga tercatat sebagai peningkatan intensitas erupsi kesepuluh kalinya selama tiga tahun ini.
Awan panas terjadi ketika kubah lava yang terbentuk di puncak gunung gugur atau longsor akibat strukturnya tidak stabil.
Terakhir kali peningkatan intensitas erupsi Merapi terjadi pada 18-19 Januari 2024. Kala itu, Merapi memuntahkan 11 kali APG dengan jarak luncur terjauh 3 kilometer dan durasi setiap APG berkisar 110-312 detik.
Kubah lava
Awan panas terjadi ketika kubah lava yang terbentuk di puncak gunung gugur atau longsor akibat strukturnya tidak stabil. Hujan menjadi salah satu faktor yang dapat memicu ketidakstabilan kubah lava.
Saat ini Merapi memiliki dua kubah lava aktif, yakni di bibir barat daya kawah dan tengah kawah. Kubah lava merupakan aliran magma dari perut gunung yang muncul ke permukaan.
Laporan mingguan aktivitas Gunung Merapi periode 23-29 Februari yang dirilis BPPTKG menunjukkan, volume kubah barat daya sebesar 2,7 juta meter kubik dan kubah tengah sebesar 2,4 juta meter kubik. Hal itu berdasarkan analisis foto udara pada 10 Januari 2024.
Awan panas atau yang biasa disebut wedhus gembel oleh warga lingkar Merapi adalah semburan gas dan material vulkanik bersuhu ratusan derajat celsius. Gumpalan seperti asap tebal itu dapat meluncur dengan kecepatan lebih dari 100 km per jam.
Karena itu, BPPTKG pun selalu mengingatkan potensi bahaya awan panas ini, termasuk juga guguran lava. Hal ini terutama di alur sejumlah sungai di sektor selatan-barat daya dan tenggara. Sektor-sektor itu berada di Kabupaten Sleman, DIY serta Kabupaten Magelang dan Kabupaten Klaten, Jateng.
Di selatan-barat daya, guguran lava dan APG dapat meluncur sejauh maksimal 5 km di Sungai Boyong serta maksimal 7 km di Sungai Bedog, Sungai Krasak, dan Sungai Bebeng. Adapun di tenggara, ancaman bencana itu dapat meluncur sejauh maksimal 3 km di Sungai Woro dan 5 km di Sungai Gendol.
Berdasarkan catatan BPPTKG, selama fase erupsi Merapi sejak 4 Januari 2021, jarak luncur maksimum APG terjauh adalah 5 km ke arah Sungai Gendol. Peristiwa itu terjadi pada 9-10 Maret 2022.
Tingkatkan mitigasi
Dari 623 kali APG, kejadian paling dominan mengarah ke sisi barat daya (Sungai Bebeng dan Krasak), yakni sebanyak 503 kali. Adapun sisanya di sisi tenggara (Sungai Gendol) sebanyak 65 kejadian dan sisi selatan (Sungai Boyong) sebanyak 55 kejadian.
Agus menerangkan, data pemantauan menunjukkan suplai magma dari perut Merapi masih terus berlangsung. Artinya, ini dapat memicu kembali terjadinya APG di dalam daerah potensi bahaya. Adapun status Merapi masih tetap pada level Siaga yang berlaku sejak 5 November 2020.
Untuk itu, pemerintah daerah di sekeliling Merapi pun diminta melakukan upaya-upaya mitigasi, seperti peningkatan kapasitas masyarakat dan penyiapan sarana prasarana evakuasi. Keempat daerah yang berada di lingkar Merapi adalah Kabupaten Sleman di DIY serta Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten di Jateng.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman Makwan mengatakan, pihaknya telah menyiapkan manajemen, personel, dan tempat evakuasi jika sewaktu-waktu erupsi Merapi membahayakan masyarakat.
”Masyarakat pun sudah dilatih dan siap mengungsi jika situasinya membahayakan,” katanya.
Meski demikian, sejauh ini dampak erupsi Merapi masih berada dalam radius bahaya yang ditetapkan untuk wilayah Sleman, yakni 5 kilometer di Sungai Gendol dan Sungai Boyong. ”Kami tetap siaga karena potensi bahaya ke wilayah Sleman tetap ada,” ucap Makwan.
Belum diketahui kapan fase erupsi Merapi ini akan berakhir. Selama suplai magma masih berlangsung dari perut bumi, selama itu pula potensi bahaya erupsi membayangi. Pesan dari 623 kali awan panas Merapi selama tiga tahun ini pun jelas: kewaspadaan tak boleh mengendur.