Jaga Toleransi Umat, Polisi Libatkan Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama
Toleransi dan saling menghormati antarumat dijaga di Bali. Toleransi penting menjelang perayaan hari besar keagamaan.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·2 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pemahaman toleransi dan saling menghormati antarumat beragama ditekankan dalam menyambut perayaan Nyepi dan bulan suci Ramadhan. Peranan tokoh masyarakat dan agama penting dalam menjaga kerukunan dan toleransi di masyarakat, selain upaya pengamanan dan patroli.
Dalam menjaga keamanan dan memelihara suasana kondusif di wilayah Kota Denpasar digelar patroli, termasuk dengan mengadakan blue light patrol, yakni patroli mulai malam hari hingga pagi hari. Patroli ini menyasar obyek-obyek vital, di antaranya kantor perbankan dan tempat-tempat berkumpul warga. Selain itu, patroli juga menyasar wilayah-wilayah rawan gangguan keamanan, termasuk kawasan permukiman.
Kegiatan patroli tersebut juga dikaitkan dengan pemantauan aktivitas warga di Kota Denpasar, Bali, menjelang hari raya Nyepi, misalnya kegiatan pemuda membuat ogoh-ogoh.
”Berkaitan dengan pelaksanaan ibadah keagamaan dari masing-masing umat tersebut, kami dari kepolisian siap memberikan pelayanan keamanan bagi masyarakat,” kata Kepala Kepolisian Sektor Denpasar Utara, Kota Denpasar, Inspektur Satu I Putu Carlos Dolesgit, Senin (4/3/2024).
Carlos menyebut awal bulan suci Ramadhan 2024 bertepatan dengan momentum hari raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946. Umat Islam akan menjalankan ibadah puasa pertama, sedangkan umat Hindu memperingati Nyepi dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian, yakni Amati Karya (tidak beraktivitas), Amati Geni (tidak menyalakan api), dan Amati Lelungan (tidak bepergian), dan Amati Lelanguan (tidak menghibur diri).
Pertemuan dengan jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan pun digelar di Kecamatan Denpasar Utara. Pertemuan dihadiri para pemimpin (kelian) desa adat di Desa Dauh Puri Kaja, perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Denpasar, dan tokoh agama serta perwakilan pengurus masjid dan mushala, termasuk dari Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sebagai umat beragama, lanjutnya, sikap saling menghargai dan saling menghormati serta bersama-sama menjaga toleransi akan melancarkan pelaksanaan ibadah keagamaan setiap umat. Pihaknya bersinergi dengan aparatur kecamatan, koramil, dan para pemuka masyarakat ataupun pemuda serta tokoh agama di wilayah itu bersama-sama menjaga keamanan dan kelancaran pelaksanaan ibadah tersebut.
Meski berbeda agama dan keyakinan, setiap umat beragama diharapkan mampu menjaga dan memelihara toleransi antarumat beragama. ”Dengan demikian, masing-masing umat dapat melaksanakan ibadahnya dengan aman dan lancar,” ujar Carlos.
Camat Denpasar Utara I Wayan Yuswara menyampaikan, pemuka agama melalui FKUB Kota Denpasar sudah sepakat bersama-sama menyerukan toleransi dalam kehidupan beragama, termasuk dalam menyambut dan merayakan Nyepi Tahun Baru Saka 1946 dan ibadah puasa Ramadhan 1449 Hijriah. ”Mari kita saling bekerja sama menjaga toleransi sehingga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat terjaga kondusif,” katanya.
Hal itu senada dengan pernyataan Perbekel(Kepala Desa) Dauh Puri Kaja I Gusti Ketut Sucipta dalam pertemuan di Dauh Puri Kaja, Senin. Menurut Sucipta, kerukunan umat beragama, khususnya di Desa Dauh Puri Kaja, dapat dijaga dengan sikap saling menghormati dan bertoleransi. Sucipta menyatakan, pertemuan itu bertujuan untuk menguatkan sikap toleran di masyarakat yang majemuk.