Temuan Sesar Baru di Sumedang, BMKG Ungkap Area Rawan Terdampak Gempa
Survei mikrozonasi mengungkap area rentan terdampak gempa di Sumedang. Panjang sesar di Sumedang mencapai 2,5 km.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika telah melaksanakan survei mikrozonasi untuk memetakan kerawanan wilayah di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, setelah adanya temuan sesar baru sepanjang 2,5 kilometer. Berdasar survei itu, terdapat empat lokasi rawan di Sumedang karena memiliki tanah dengan kondisi yang lunak.
Koordinator Bidang Data dan Informasi Stasiun Geofisika Kelas I Bandung, Virga Librian, Kamis (29/2/2024), mengatakan, survei mikrozonasi yang dilakukan bulan lalu itu untuk mengetahui kerentanan seismik di sejumlah wilayah. Survei difokuskan di daerah yang terdampak beberapa kali gempa dangkal dengan kekuatan terbesar mencapai Magnitudo 4,8 di Sumedang pada akhir tahun 2023.
Pada 31 Desember 2023, terjadi tiga kali gempa dangkal di Sumedang. Peristiwa ini mengakibatkan 10 warga luka-luka dan 1.143 rumah di 12 kecamatan mengalami kerusakan.
Dari hasil survei dan analisis oleh tim BMKG pada bulan lalu, ditemukan sesar baru di tengah kota Sumedang sepanjang 2,5 kilometer. Sesar tersebut membentang dari arah utara ke selatan.
Virga memaparkan, terdapat empat lokasi dengan kondisi tanah lunak di wilayah yang dilalui sesar di Sumedang. Empat lokasi itu meliputi wilayah alun-alun di pusat kota Sumedang serta wilayah Cimuja, Cimalaka, dan Jatihurip.
”Kami telah menyerahkan laporan hasil survei ke Pemkab Sumedang pada Jumat (23/2/2024). Dalam survei ini juga ditemukan sejumlah area di lokasi terdampak gempa dengan kondisi tanah sedang dan keras,” paparnya.
Virga mengungkapkan, area dengan kondisi tanah lunak memiliki tingkat guncangan lebih besar bila dibandingkan dengan kondisi tanah sedang dan keras. Hal ini akan berdampak signifikan ketika terjadi gempa dangkal dengan kedalaman kurang dari 10 kilometer.
”Daerah dengan kondisi tanah lunak memiliki kekuatan gempa atau Modified Mercalli Intensity (MMI) hingga dua kali lipat bila dibandingkan dengan daerah yang kondisi tanahnya sedang dan keras,” ucapnya.
Virga menambahkan, pihaknya telah melaksanakan sosialisasi tentang potensi gempa bumi dan upaya mitigasi di Sumedang pada pertengahan bulan lalu. ”Diharapkan Pemkab Sumedang dapat meningkatkan upaya sosialisasi terkait mitigasi gempa bagi masyarakat setempat secara masif,” ujarnya.
Evaluasi RTRW
Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu mengatakan, dokumen hasil survei mikrozonasi dapat digunakan sebagai bahan evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sumedang. Selain itu, dokumen tersebut juga bisa menjadi bahan evaluasi penerapan aturan bangunan tahan gempa yang menyesuaikan dengan peta bahaya gempa bumi.
”Diperlukan kajian dan analisis yang lebih detail, seperti survei mikrozonasi lanjutan di seluruh Sumedang. Tujuannya, demi mendapatkan hasil yang lebih detail sehingga mendukung Rencana Detail Tata Ruang (RDTR),” tutur Teguh.
Ia menambahkan, diperlukan beberapa strategi pengurangan risiko bencana gempa di Sumedang. Strategi itu, antara lain, ialah pemanfaatan aplikasi manajemen kedaruratan yang sudah tersedia di laman sitabah.sumedangkab.go.id, penguatan peraturan tata ruang, dan peningkatan literasi tentang gempa di tengah masyarakat.
”Strategi lainnya adalah penguatan bangunan tahan gempa, terutama bangunan pemerintah serta fasilitas kesehatan dan pendidikan,” katanya.
Penjabat Bupati Sumedang Herman Suryatman menyatakan, gempa pada akhir tahun lalu menjadi referensi bagi pemda dan masyarakat untuk menyiapkan mitigasi. Ia mengakui, selama ini upaya mitigasi belum optimal karena adanya anggapan Sumedang tidak rawan gempa.
Oleh karena itu, Herman berjanji, sosialisasi mitigasi gempa kepada masyarakat akan ditingkatkan secara masif. Selain itu, penyusunan RTRW dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) juga bakal mengantisipasi kerawanan gempa bumi.
”Kami juga akan meningkatkan pengawasan dalam pengajuan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) di Sumedang. Bangunan yang dibangun harus berstandar tahan gempa,” ucap Herman.