Belanja dan Belajar di Kampoengpreneur Universitas Tanjungpura
Kampoengpreneur Untan, wadah bagi literasi kewirausahaan, mengembangkan usaha berbasis kopi, tengkawang, dan madu hutan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·5 menit baca
Kawasan rusunawa Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat, tidak hanya menjadi hunian mahasiswa. Area itu juga dikembangkan menjadi Kampoengpreneur, sebuah wadah untuk literasi kewirausahaan, mengembangkan usaha berbasis kopi, tengkawang, dan madu hutan serta membantu produk masyarakat mengakses pasar yang lebih luas.
Dede Purwansyah dari Pesona Kalbar Hijau yang bergerak pada bidang sosial dan kewirausahaan, menghidangkan madu hutan dalam gelas kecil di Kawasan Kolaborasi Kampoengpreneur Universitas Tanjungpura (Untan), Kamis (29/2/2024). Madu tersebut berasal dari salah satu hutan desa di Desa Penepian, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Pekan lalu, masyarakat di daerah tersebut panen 3 ton madu hutan.
Sebanyak 300 kilogram di antaranya dibawa ke Gerai Laboratorium Pemasaran Produk Lokal di Kawasan Kolaborasi Kampoengtreneur Untan. Pihaknya membantu memasarkan produk masyarakat yang selama ini kesulitan mengakses pasar karena jarak yang terlampau jauh.
”Produk dari masyarakat kami kembangkan kemasan dan branding kualitas sehingga layak dipasarkan,” ujar Dede.
Madu hutan dikemas dalam ukuran 200 gram-1 kg dengan harga jual Rp 60.000-Rp 250.000. Madu hutan masih bisa didapatkan karena hutan di desa tempat madu didatangkan masih terjaga. Dengan menjadi hutan desa, hutan tetap terjaga dan masyarakat mendapat manfaat ekonomi.
”Proses panen secara lestari tanpa membuang anakan lebah sehingga terjaga keberlangsungannya. Yang membeli produk tersebut rata-rata orang-orang yang menjalankan pola gaya hidup sehat dan yang senang dengan bisnis berkelanjutan,” kata Dede.
Gerai Laboratorium Pemasaran Produk Lokal madu merupakan salah satu yang ada di Kawasan Kolaborasi Kampoengpreneur Untan. Kawasan tersebut dikembangkan pada tahun 2021 sebagai program menciptakan nilai agar rusunawa tidak hanya menjadi hunian bagi mahasiswa, tetapi juga untuk masyarakat.
Kawasan rusunawa Untan pun dikembangkan menjadi Kawasan Kolaborasi Untan Kampoengpreneur. Dalam pogram ini, Bidang Pengembangan dan Penataan Usaha bermitra dengan banyak organisasi, di antaranya Pesona Kalbar Hijau.
Para alumnus Untan melatih mahasiswa agar memiliki karakter kewirausahaan. Para alumnus Untan, salah satunya Dede, umumnya berkolaborasi dengan pemberdayaan masyarakat di desa-desa.
Literasi kopi
Di kawasan tersebut juga terdapat Pondok Literasi Kopi, semacam kedai yang tidak hanya menjual kopi yang diseduh, tetapi juga memberikan literasi kepada siapa saja yang ingin belajar seluk-beluk tentang kopi dan etalase promosi. Pengunjung bisa menikmati kopi liberica, robusta, dan arabika. Kopi berasal dari berbagai kabupaten di Kalbar, mulai dari pesisir, antara lain Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Kayong Utara.
Robusta kecil didatangkan dari Kabupaten Mempawah, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara, dan Kabupaten Kubu Raya. Terdapat tujuh komunitas yang memproduksi kopi di daerah-daerah tersebut. Kopi-kopi itu ditanam di hutan desa dan di area penggunaan lain kebun masyarakat. Setiap kali panen, per komunitas mengirim 10,6 kg per bulan ke Pondok Literasi Kopi.
Yang membeli produk tersebut rata-rata orang-orang yang menjalankan pola gaya hidup sehat dan yang senang dengan bisnis berkelanjutan.
Kopi-kopi yang ditanam masyarakat membantu merehabilitasi tutupan hutan yang rusak. Area tanam sebelumnya mengalamai deforestasi bekas lahan terbakar yang tidak produktif menjadi produktif dengan kopi.
Di Pontianak, Literasi Kopi juga membuka kesempatan magang bagi pihak luar dan mahasiswa. Kiki (21), pemuda dari Kecamatan Tayan Hilir, salah satu yang magang sejak akhir tahun lalu. Ia pun telah belajar berbagai hal terkait kopi.
”Saya sudah belajar tentang teknik penyeduhan kopi dan bagaimana mengenal kopi dari sisi rasa serta aroma. Ketika pulang, saya berencana menanam kopi di kampung seluas 5 hektar,” ujar Kiki.
Nadia (19), mahasiswi semester dua Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untan, magang sejak Januari. Ia belajar utamanya bagaimana menjadi barista. Sebab, jika belajar di luar, mahal baginya.
”Selesai magang dan tamat kuliah, saya ingin mengembangkan usaha kopi,” kata Nadia.
Rumah tengkawang
Di Kawasan Kolaborasi Kampoengpreneur Untan juga ada gerai yang disebut Rumah Tengkawang yang menjadi wadah edukasi terkait tengkawang. Pohon tengkawang termasuk keluarga Dipterocarpaceae atau meranti-merantian. Tengkawang masih dijumpai, salah satunya di hutan adat Pikul, Desa Sahan, Kabupaten Bengkayang.
Di Rumah Tengkawang ada Deman Huri, Direktur Lembaga Intan (Institut Riset dan Pengembangan Hasil Hutan). Lembaga Intan mengenalkan pengolahan dan pemanfaatan buah tengkawang yang lebih luas kepada masyarakat adat.
Buah tengkawang di Desa Sahan diolah menjadi butter. Lemak tengkawang berpenampilan seperti mentega (butter) yang memiliki fungsi setara dengan mentega dari susu sapi sehingga dalam kehidupan sehari-hari dapat dijadikan substitusi margarin atau mentega.
Deman menuturkan, butter diolah kelompok masyarakat di Dusun Sahan karena sudah memiliki pabrik dengan produksi 300 kg per hari sehingga per bulan memproduksi 4-5 ton butter tengkawang. Hasil produksi ada yang dibawa ke Rumah Tengkawang di Kawasan Kolaborasi Kampoengpreneur Untan.
Pengunjung dan mahasiswa yang magang bisa belajar produk turunan lemak tengkawang, misalnya diolah menjadi es krim, piza, dan kosmetik. Tahun lalu sudah ada 30 mahasiswa magang di Rumah Tengkawang. Mereka belajar bagaimana model bisnis dan turunanya sehingga bisa menjadi bekal setelah lulus kuliah. Mereka diajarkan meregonstruksi pengetahuan tradisional untuk dikembangkan.
Jenis tengkawang yang penyebarannya di Kalimantan adalah Shorea palembanica, Shorea scaberrima, Shorea amplexicaulis, Shorea beccariana, Shorea macrophylla, Shorea mecistopteryx, Shorea pilosa, Shorea pinanga, Shorea splendida, Shorea stenoptera, dan Shorea seminis. Sementara jenis Shorea hemsleyana, selain di Kalimantan, juga ditemui Sumatera.
Ada pula tiga jenis tengkawang yang persebarannya hanya di Sumatera, yaitu Shorea macrantha, Shorea singkawang, dan Shorea sumatrana. Dari 15 jenis tengkawang yang ada di Indonesia, delapan di antaranya endemik Borneo, yaitu Shorea amplexicaulis, Shorea beccariana, Shorea macrophylla, Shorea mecistopteryx, Shorea pilosa, Shorea pinanga, Shorea splendida, dan Shorea stenoptera.
Hasil penelitian Dhanang Puspita dkk dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana, menemukan kandungan 20 senyawa bioaktif dalam minyak sengkawang berasal dari pohon jenis Shorea sumatrana. Sengkawang di sini merujuk atau sama dengan tengkawang.
Berdasarkan analisis terhadap 20 senyawa bioaktif tersebut, minyak sengkawang mengandung senyawa golongan asam lemak esensial yang bermanfaat, antara lain, sebagai antioksidan, antikanker, antiinflamasi, dan antijamur. Hasil penelitian ini termuat dalam Jurnal Teknologi Pangan dan Gizi pada 2019 (Kompas.id, 1/7/2022).