Mitigasi bencana gempa bumi mulai menjadi perhatian di Kalimantan Selatan dan terus disosialisasikan kepada masyarakat.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Mitigasi bencana gempa bumi mulai menjadi perhatian di Kalimantan Selatan dan terus disosialisasikan setelah beberapa kejadian gempa tektonik sepanjang Februari tahun ini. Kalimantan Selatan yang sebelumnya dianggap daerah yang aman dari gempa kini mulai meningkatkan kewaspadaan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Balikpapan mencatat lima gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas patahan atau Sesar Meratus mengguncang wilayah Kalimantan Selatan pada 13-26 Februari 2024. Kelima gempa tersebut berlokasi di darat Kalsel pada kedalaman 10 kilometer (km).
Gempa pertama terjadi pada 13 Februari pukul 08.22 WIB dengan magnitudo 4,7. Episentrum gempa bumi ini berlokasi di darat pada jarak 19 km arah timur laut Banjar. Guncangan gempa ini tak hanya terasa di wilayah Kalsel, tetapi juga terasa hingga wilayah Kalimantan Tengah. Getarannya dirasakan nyata dalam rumah seakan-akan ada truk yang berlalu.
Setelah itu, terjadi beberapa gempa susulan di Kalsel. Gempa kedua terjadi pada 13 Februari pukul 14.09 WIB dengan magnitudo 3,3. Berikutnya, pada 14 Februari pukul 01.32 WIB terjadi gempa bermagnitudo 4,1. Pada 18 Februari pukul 12.32 Wita terjadi gempa bermagnitudo 3,2. Terakhir, pada 26 Februari pukul 18.30 WIB terjadi lagi gempa bermagnitudo 2,9.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalsel Raden Suria Fadliansyah mengatakan, pihaknya langsung merespons kejadian gempa berturut-turut itu dengan memperkuat mitigasi gempa melalui program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) 2024. Program tersebut merupakan arahan langsung dari Gubernur Kalsel Sahbirin Noor.
”Kami terus memantapkan program mitigasi kebencanaan, termasuk mitigasi gempa bumi, agar ini menjadi perhatian utama masyarakat Kalsel,” kata Suria, Selasa (27/2/2024).
Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kalsel Bambang Dedi Mulyadi menuturkan, program SPAB 2024 lebih dimantapkan setelah adanya kejadian gempa di Kalsel. Kalsel kini tak hanya siaga bencana banjir, puting beliung, dan tanah longsor pada musim hujan serta siaga bencana kebakaran hutan dan lahan pada musim kemarau, tetapi juga siaga bencana gempa.
”Dalam program SPAB 2024 terdapat kegiatan sosialisasi mitigasi bencana gempa bumi. Ini berkaitan dengan pengenalan dan mitigasi bencana gempa. Sasarannya adalah anak usia sekolah dini hingga SMA/sederajat,” katanya.
Baru-baru ini, menurut Bambang, kegiatan sosialisasi mitigasi bencana dilakukan di SMA Negeri 2 Banjarbaru. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan tentang kebencanaan dan meningkatkan kepedulian siswa.
”Penting bagi kita semua untuk mengetahui bagaimana upaya pencegahan dan tindakan awal yang harus dilakukan pada saat terjadi bencana, termasuk saat terjadi gempa bumi,” ujarnya.
Bambang mengatakan, edukasi kebencanaan di sekolah diharapkan membuat sekolah-sekolah yang ada di Kalsel tumbuh menjadi sekolah tangguh bencana. ”Dari edukasi ini diharapkan anak-anak, guru, dan staf pendidik mengetahui macam-macam bencana yang dapat terjadi di sekitar kita serta mengetahui cara mengevakuasi diri saat terjadi bencana,” katanya.
Menurut Kepala SMA Negeri 2 Banjarbaru Saryono, sosialisasi dan edukasi kebencanaan sangat penting bagi siswa dan para guru. Ia pun berterima kasih dan mengapresiasi adanya program SPAB dari BPBD Kalsel. ”Program ini dapat meningkatkan pengetahuan kami dalam memitigasi bencana, termasuk bencana gempa bumi,” katanya.
Infografik Liputan Khusus Bencana Alat Mitigasi Bencana Gempa
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Kalsel Goeroeh Tjiptanto sebelumnya mengatakan, Kalsel ataupun Kalimantan secara umum tidak bisa lagi dikatakan sebagai daerah yang aman dari gempa. Anggapan bahwa Kalsel aman dari gempa hanyalah suatu istilah jika dibandingkan daerah lain di Indonesia yang selama ini kerap dilanda gempa.
”Memang secara umum Kalimantan relatif kecil terjadinya gempa. Namun, ini bukan berarti benar-benar aman,” ujarnya.
Penting bagi kita semua untuk mengetahui bagaimana upaya pencegahan dan tindakan awal yang harus dilakukan pada saat terjadi bencana, termasuk saat terjadi gempa bumi.
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan, wilayah Kalsel relatif jarang dilanda gempa bumi. Berdasarkan data BMKG, sepanjang 1900-2018 hanya terjadi tiga kali gempa bumi di Kalsel.
Meski demikian, menurut Daryono, di Kalsel terdapat Sesar Meratus yang aktif. Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Nasional yang disusun Pusat Studi Gempa Bumi Nasional tahun 2017 menyebutkan, Sesar Meratus berpotensi memicu gempa bumi hingga bermagnitudo 7.