Harga Beras Masih Mahal, Operasi Pasar Murah di Cirebon Berlanjut
Harga beras di Cirebon, Jawa Barat, masih mahal. Masyarakat pun berharap pada operasi pasar yang menjual beras murah.
CIREBON, KOMPAS — Harga beras di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, masih mahal. Masyarakat pun berharap pada operasi pasar yang menjual beras dengan harga murah. Pemerintah setempat berjanji melanjutkan operasi pasar hingga harga komoditas itu stabil.
Operasi pasar murah kembali digelar pada Selasa (27/2/2024) di Kecamatan Kedawung, Kabupaten Cirebon. Dalam kegiatan itu, warga dapat membeli beras medium dengan harga Rp 52.000 per kemasan ukuran 5 kilogram (kg). Angka itu di bawah harga pasaran yang mencapai lebih dari Rp 75.000 per 5 kg.
Sehari sebelumnya, Senin (26/2/2024), operasi serupa berlangsung di Balai Desa Lurah, Kecamatan Plumbon, dan Desa Sindangkasih, Kecamatan Beber. Setiap operasi pasar, Perum Bulog Kantor Cabang Cirebon menggelontorkan 10 ton beras atau 2.000 karung ukuran 5 kg.
Baca juga: Operasi Pasar Digelar di Cirebon, Warga Antusias Beli Beras dengan Harga Murah
Petugas membatasi pembelian setiap orang maksimal dua karung. Bahkan, ketika stok mulai berkurang dan antrean masih panjang, warga hanya dapat membeli satu karung beras. Namun, tidak semua warga kebagian beras. Sebanyak 10 ton beras pun bisa habis kurang dari dua jam.
”Saking antusiasnya, warga sudah mengantre pukul 07.30. Padahal, informasinya pasar murah pukul 09.00. Warga juga mintanya pembelian maksimal lima karung. Tetapi, kan, aturannya paling banyak dua karung. Kami jelaskan seperti itu ke warga,” ujar Kuwu (Kepala Desa) Lurah Urip.
Menurut Urip, warga mengincar beras di pasar murah karena jauh lebih murah dibandingkan harga di pasaran. Di pasar dan warung, harga beras medium Rp 15.000-Rp 16.000 per kg, sedangkan beras premium menyentuh Rp 17.000-Rp 18.000 per kg.
Padahal, harga eceran tertinggi (HET) beras medium yang diatur pemerintah untuk wilayah Jawa adalah Rp 10.900 per kg. Adapun harga beras premium biasanya berkisar Rp 13.000 per kg. Itu sebabnya, pihaknya mengajukan operasi pasar murah ke Pemkab Cirebon.
”Kalau melihat antusias warga seperti ini, kami akan mengajukan lagi operasi pasar,” ucap Urip.
Apalagi, daerahnya bukan sentra padi. Desa Lurah hanya memiliki sawah sekitar 35 hektar. Sebagian besar wilayah desa merupakan kawasan pabrik dan perumahan.
”Semoga ada lagi operasi pasar. Sebagai ibu rumah tangga, ini sangat membantu. Lumayan, menambah (biaya) anak-anak sekolah,” ungkap Eka Ratih (30), warga Desa Lurah. Apalagi, harga bahan pangan lainnya, seperti cabai dan telur, juga naik.
Kepala Bidang Perdagangan dan Pengendalian Barang Pokok dan Penting Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon Sidik Wibowo mengakui, permintaan operasi pasar murah dari pemerintah desa dan kecamatan bertambah. Pekan ini saja ada lima lokasi pasar murah.
Selain di Kedawung, Beber, dan Plumbon, kegiatan serupa juga akan berlangsung di Kantor Kelurahan Sendang, Kecamatan Sumber; serta Desa Kalimukti, Pabedilan. Pasar murah di Sendang dijadwalkan pada Rabu (28/2/2024) dan di Kalimukti pada Kamis dan Jumat (1/3/2024).
Intensitas operasi pasar ini meningkat dibandingkan pekan sebelumnya yang hanya dua hingga tiga kali sepekan. Pelaksanaan kegiatan itu bergantung pada kesiapan Bulog Cirebon. ”Bulog juga melayani permintaan pasar murah di Cirebon, Majalengka, dan Kuningan,” ucapnya.
Hanya sedikit kemungkinan (operasi pasar) untuk menurunkan harganya karena (lonjakan harga beras) ini terjadi secara nasional. (Sidik)
Menurut Sidik, operasi pasar murah merupakan salah satu langkah stabilisasi harga beras. ”Tetapi, hanya sedikit kemungkinan untuk menurunkan harganya karena (lonjakan harga beras) ini terjadi secara nasional,” ungkapnya.
Pihaknya berkomitmen untuk terus menggelar operasi pasar murah. ”Setidaknya sampai harga komoditas ini tidak naik lagi atau stabil. Kami juga membantu pengecer pasar mendapatkan beras program SPHP (Stabilitas Pasokan Harga Pangan) untuk menjaga stok,” ujarnya.