Dua Mahasiswa Unpad Tewas Tersambar Petir Saat Berkemah
BMKG mencatat ada empat sambaran petir di dekat lokasi saat kejadian. Warga diminta waspada saat cuaca ekstrem.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Cuaca ekstrem kembali menelan korban jiwa akibat tersambar petir. Dua mahasiswa Universitas Padjadjaran atau Unpad meninggal dunia setelah tersambar petir, Jumat (23/2/2024) malam, di kawasan Batu Kuda, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Masyarakat diimbau lebih waspada dalam menghadapi cuaca ekstrem.
Wakil Dekan Sumberdaya dan Organisasi Fakultas Teknik Geologi Unpad Cipta Endyana menjelaskan, kedua korban meninggal dunia tersebut bernama Mitzelion Rayi Adimastya Putra dari angkatan 2021 dan Bangkit Alyuda Prasetyo (2022). Kedua mahasiswa tersebut tersambar petir dalam kegiatan berkemah mandiri.
”Kami mengungkapkan duka atas kehilangan dua mahasiswa yang berbakat dan berdedikasi ini. Ananda Mitzel (Mitzelion Rayi Adimastya Putra) dan Bangkit adalah sosok yang cerdas, penuh semangat, aktif dan berkomitmen tinggi,” ujar Cipta dalam keterangan yang diterima pada Minggu (25/2/2024).
Kejadian ini berlangsung saat rombongan beristirahat dan makan malam. Cipta memaparkan, cuaca buruk sudah mulai melanda sewaktu rombongan mahasiswa berada di titik mereka berkemah sehingga mereka memutuskan untuk kembali. Namun, saat berkemas, Mitzel dan Bangkit tersambar petir, lalu ambruk dan tidak sadarkan diri.
”Dari keterangan rekan-rekan korban, saat membereskan alat untuk kembali, langit terang dan petir menyambar hingga api unggun tiba-tiba padam. Mitzel dan Bangkit saat itu sudah terbaring dan teman-temannya langsung mencari pertolongan. Keduanya sudah meninggal saat tiba di rumah sakit,” kata Cipta.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sejumlah petir tersebar di sekitar lokasi kejadian pada Jumat Malam. Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu memaparkan, empat sambaran petir terdekat dari Batu Kuda terjadi pada pukul 20.30 hingga 21.22 WIB.
”Pada pukul 20.30 sampai 21.10 terpantau adanya awan cumulonimbus di sekitar lokasi. Keempat petir itu terjadi dalam jarak kurang dari 1 kilometer dari titik kejadian yang terjadi akibat awan tersebut. Sebelumnya, sekitar pukul 20.14, kami sudah mengeluarkan peringatan dini berupa hujan sedang-lebat dan dapat disertai petir dan angin kencang pada pukul 20.24-22.25 WIB,” tuturnya.
Lebih waspada
Sebelumnya, sambaran petir yang mengakibatkan Septian Raharja (35), warga Subang, meninggal dunia juga terjadi di Kota Bandung, Sabtu (10/2/2024) sore. Korban saat itu tengah bermain sepak bola di salah satu lapangan di Kota Bandung.
Serangkaian korban tersambar petir yang meninggal dunia di daerah Bandung Raya ini perlu diwaspadai. Menurut Teguh, warga harus lebih waspada terhadap cuaca yang berubah menjadi lebih ekstrem, terutama yang tinggal di wilayah rawan hidrometeorologi.
Terkait sambaran petir, Teguh juga mengingatkan masyarakat untuk tidak berada di tempat terbuka jika mendengar suara guntur. Untuk warga yang berada di luar ruangan, jangan berlindung di bawah pohon, jauhi tiang listrik atau sesuatu yang tinggi, dan diharapkan segera berhenti jika mengendarai sepeda motor.
Warga harus lebih waspada terhadap cuaca yang berubah menjadi lebih ekstrem, terutama yang tinggal di wilayah rawan hidrometeorologi.
”Masyarakat harus lebih mengenali lingkungan dan potensi bencana yang ada di sekitarnya karena itu mitigasi sesungguhnya. Warga juga diharapkan terus memantau informasi cuaca dari BMKG dan menerapkan anjuran yang ada,” ujarnya.