Korban tewas akibat serangan harimau sumatera di Lampung bertambah menjadi dua orang.
Oleh
VINA OKTAVIA
·4 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Korban tewas akibat serangan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Kabupaten Lampung Barat, Lampung, bertambah menjadi dua orang. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu menerjunkan tim untuk memasang kandang jebak demi mengantisipasi bertambahnya korban akibat serangan hewan buas itu.
Pada Kamis (22/2/2024) pukul 02.00 WIB, Sahri (28), warga Pekon Bumi Hantati, Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Kabupaten Lampung Barat, ditemukan tewas di dekat kebunnya akibat diterkam harimau. Korban ditemukan dengan luka sobek di sekujur tubuhnya.
Kepala Kepolisian Sektor Suoh Iptu Edward Panjaitan mengatakan, sebelumnya korban pamit kepada keluarganya untuk pergi ke kebun sejak Rabu (21/2/2024) pagi. Namun, Sahri tidak kunjung pulang ke rumahnya hingga Kamis sore.
Petugas gabungan bersama warga sekitar kemudian mencari korban. Awalnya, tim menemukan tangki semprot milik korban yang sudah rusak di kebunnya. Pencarian kemudian diperluas ke area sekitar kebun korban. ”Jasad korban ditemukan sekitar 300 meter dari kebunnya dalam keadaan meninggal dan organ tubuh sudah tidak utuh,” kata Edward saat dihubungi, Kamis.
Setelah ditemukan, jasad korban langsung dievakuasi ke Puskesmas Bandar Negeri Suoh untuk divisum. Tim dokter yang memeriksa menyimpulkan bahwa korban diperkirakan sudah meninggal sejak 12 jam sebelum ditemukan. Penyebab kematian Sahri diduga akibat diterkam harimau.
Saat ini, jasad korban sudah dibawa kerumah duka dan dimakamkan. Keluarga udah ikhlas menerima kepergian Sahri dan menolak otopsi.
Sebelumnya, Gunarso (47), petani asal Pekon Sumber Agung Kecamatan Suoh, Kabupaten Lampung Barat, Lampung, juga tewas diterkam harimau sumatera pada Kamis (8/2/2023) malam. Korban ditemukan di kebun dengan kondisi penuh luka-luka akibat diterkam harimau. Di sekitar lokasi Gunarso tewas, warga menemukan jejak kaki dan bekas cakaran satwa liar tersebut.
Saat itu, tim gabungan mitigasi konflik juga telah memasang dua kamera pemantau (CCTV) di sekitar lokasi Gunarso ditemukan tewas. Pemasangan kamera pemantau ini dilakukan untuk mengindentifikasi keberadaan harimau. Namun, jejak keberadaan hewan buas itu belum diketahui.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu Hifzon Zawahiri mengatakan, tim dari Seksi Konservasi Wilayah III Lampung BKSDA Bengkulu telah diterjunkan ke lokasi untuk mengantisipasi serangan harimau. ”Tim sudah kami turunkan dan membawa kandang jebak,” kata Hifzon.
Menurut dia, tidak mudah menangkap harimau karena daerah jelajahnya sangat luas dan berpindah-pindah. Selain itu, jalur jelajah satwa liar itu juga mencapai ratusan kilometer.
Camat Suoh Davet Jakson menuturkan, warga di Kabupaten Lampung Barat, termasuk di Kecamatan Suoh dan Bandar Negeri Suoh, sebagian besar bekerja sebagai petani. Lokasi kebun warga juga banyak yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Bahkan, ada juga warga yang berkebun di dalam kawasan hutan.
”Warga waswas saat hendak memanen kopi, lada, atau pala di kebunnya. Warga berharap, pemerintah dapat menangkap dan menangkarkan harimau tersebut,” kata Davet.
Sementara itu, di media sosial beredar sebuah video yang menunjukkan seekor harimau mendekati jalan lintas barat Sumatera di sekitar ruas Jalan Sanggi, Bangkunat, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat, Sabtu (10/2/2024) pukul 03.05. Video tersebut direkam oleh pengendara mobil yang melintas di kawasan itu pada malam hari.
Berdasarkan data yang dihimpun dari TNBBS, kemunculan harimau di sekitar ruas jalan Sanggi-Bangkunat bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya Balai Besar TNBBS juga telah menerima laporan pengaduan dari masyarakat terkait kemunculan harimau di sekitar wilayah itu.
Warga waswas saat hendak memanen kopi, lada, atau pala di kebunnya.
Pada 27 November 2023, seorang warga melapor melihat seekor harimau di Kilometer 19 Pekon Pemerihan, Kecamatan Bangkunat, Kabupaten Pesisir Barat, pada 23 November 2023. Saat itu, petugas dari Resor Pemerihan TNBBS melakukan pengecekan lokasi untuk mencari tanda keberadaan harimau. Petugas juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar.
Masyarakat diminta untuk tidak beraktivitas atau mengurangi aktivitas pada sore dan malam hari. Warga sekitar juga diimbau untuk mengandangkan hewan ternak dan membuat api di sekitar kandang ternak. Petugas juga meminta warga tidak melakukan aktivitas sendirian di kebun atau ketika keluar rumah.
SepanjangJanuari-Februari 2024, setidaknya ada empat laporan berbeda yang diterima oleh petugas TNBBS terkait kemunculan harimau di Kabupaten Pesisir Barat. Petugas akhirnya mendapatkan bukti keberadaan harimau saat mengecek lokasi pada 8 Februari 2024. Jejak harimau sumatera ditemukan, antara lain di halaman rumah seorang warga di Kilometer 20, Jalan Sanggi-Bengkunat dengan ukuran lebar jejak kaki 8-9 sentimeter.
Tim gabungan kemudian melakukan sosialisasi kepada masyarakat, pengguna jalan, dan penjual durian di sekitar situ untuk berhati-hati dan waspada terhadap keberadaan harimau. Pengguna jalan juga diimbau untuk tidak istirahat di sekitar jalan Sanggi-Bengkunat dalam kawasan TNBBS.
Terkait hal itu, Hifzon mengatakan, pihaknya belum dapat memastikan apakah harimau yang terekam pengendara di Kabupaten Pesisir Barat adalah individu yang sama dengan harimau yang menerkam warga di Kabupaten Lampung Barat. Tim baru dapat mengindetifikasi jika harimau dapat ditangkap dengan kandang jebak atau satwa liar itu terekam oleh kamera pemantau yang dipasang di Suoh.