Beras Mahal, Ubi Jalar dan Keladi Jadi Alternatif Pangan di Kota Kupang
Selama ini pangan lokal jarang laku di pasaran. Akibatnya, budidaya pangan lokal pun minim.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pangan lokal terus didatangkan dari sejumlah perkampungan ke Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dipasarkan dengan harga terjangkau, pangan lokal, seperti ubi jalar dan keladi, menjadi pilihan bagi mereka yang tidak bisa menjangkau mahalnya harga beras di kota tersebut.
Pantauan Kompas di Pasar Kasih Naikoten pada Kamis (22/2/2024), penjual pangan lokal berjejer di sejumlah sisi pasar. Mereka menawarkan pangan lokal dengan harga relatif murah. Satu kantong plastik ubi jalar yang di dalamnya berisi 20 umbi ditawarkan dengan harga Rp 10.000.
”Kalau ambil tiga kantong, bayar Rp 25.000,” ujar Martha Bana (50), pedagang. Ia menuturkan, dalam satu hari, ia menjual hingga 20 bungkus atau meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan satu bulan sebelumnya.
Martha menuturkan, pangan lokal didatangkan dari sejumlah tempat, seperti Kapan di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Kapan merupakan wilayah Mollo, daerah paling subur di kabupaten tersebut. Mollo menjadi lumbung pangan khusus umbi-umbian.
Selain Timor Tengah Selatan, sebagian lagi didatangkan dari wilayah Takari dan Amarasi di Kabupaten Kupang. ”Setiap hari, beberapa mobil antar ke sini. Banyak orang beli karena beras mahal sekali,” katanya.
Selama sebulan terakhir ini, harga beras di Kota Kupang meroket. Saat ini, harga beras kualitas medium di Kota Kupang mencapai Rp 17.000 per kilogram.
Menurut Martha, jika permintaan pangan lokal terus naik, akan ada kemungkinan terjadi kenaikan harga. Pasalnya, pasokan pangan lokal dari daerah penghasilan terbatas. Selama ini, pangan lokal tidak banyak dibudidayakan petani lantaran kurang laku di pasaran. Masyarakat lebih memilih beras ketimbang pangan lokal.
Maya Mone (37), warga Kota Kupang, mengatakan, kenaikan harga beras menjadi alasan dirinya membeli pangan lokal. Itu siasat ia berhemat. ”Sekarang ini, pagi kami makan ubi, siang dan malam baru kami malam nasi,” kata buruh serabutan itu.
Dengan penghasilan tak menentu, ia tidak sanggup lagi membeli beras setiap hari. Ia beberapa kali datang ke tempat penjualan beras Bulog, tetapi stok selalu habis. Bulog melakukan operasi pasar dengan melibatkan sejumlah pedagang sebagai mitra. Harga beras Bulog di Kota Kupang Rp 11.500 per kilogram.
Penjabat Gubernur NTT Ayodhia GL Kalake, sebagaimana siaran pers Pemerintah Provinsi NTT, meminta semua pihak terkait agar memperhatikan dengan sungguh stok beras di NTT. Ia sempat meninjau langsung ke Pasar Kasih Naikoten. Selain memantau beras, ia juga berbincang dengan penjual pangan lokal.
”Terkait dengan stok beras, kita pastikan aman. Kemarin, kita sudah cek ke Gudang Bulog itu dipastikan stok beras siap untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga Idul Fitri,” kata Ayodhia. Ia juga mendorong gerakan menanam.
Selama sebulan terakhir ini, harga beras di Kota Kupang meroket. Saat ini, harga beras kualitas medium di Kota Kupang mencapai Rp 17.000 per kilogram.
Seperti yang diberitakan sebelumnya, sebagian kebutuhan beras di NTT disuplai dari Pulau Jawa dan Sulawesi. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan NTT, produksi beras di NTT pada 2022, misalnya, hanya 430.948,5 ton, jauh di bawah kebutuhan yang mencapai 642.367,53 ton. Angka produksi itu pun dalam kondisi normal.
Namun, sepanjang akhir tahun 2023 hingga awal 2024, petani mengalami gagal tanam akibat minimnya curah hujan di hampir semua wilayah NTT. ”Padi dan jagung tidak bisa diselamatkan. Mati semua. Ini tanda-tanda akan terjadi kelaparan,” kata Robert Ola (43), warga Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur.