Penyelenggara Pemilu di Jatim yang Meninggal Terus Bertambah
Daftar penyelenggara pemilu yang meninggal dunia di Jawa Timur semakin panjang. Harus ada evaluasi atas kondisi ini.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Daftar panitia ad hoc penyelenggara Pemilihan Umum 2024 yang meninggal dunia di Jawa Timur semakin panjang. Jumlahnya bahkan sudah mencapai puluhan orang. Hal itu menjadi bahan evaluasi bagi para pengambil kebijakan.
Terbaru, seorang Panitia Pemungutan Suara (PPS) Desa Lebo, Sidoarjo, meninggal pada Rabu (21/2/2024). Panitia bernama Sutony (64) tersebut merupakan warga RT 014 RW 004 yang bertugas di bagian pelaporan data hasil pemilu.
Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Sidoarjo, Fahri Dwi, mengatakan, sehari sebelumnya, Selasa (20/2/2024), Sutony terjadwal mengikuti rekapitulasi perolehan suara hasil Pemilu 2024 Desa Lebo di kantor Kecamatan Sidoarjo. Saat sedang bertugas itulah, tiba-tiba dia muntah-muntah sehingga diminta beristirahat.
”Keluarga yang bersangkutan kemudian datang menjemput di kantor kecamatan dan membawanya pulang ke rumah. (Rabu) Sekitar pukul 04.00 subuh tadi kita dikabari, beliau masuk rumah sakit,” ujar Fahri.
Akan tetapi, tidak lama setelah menerima kabar tersebut, Fahri kembali mendapat informasi yang mengejutkan. Sutony diinformasikan meninggal sekitar pukul 10.00 waktu setempat.
Pelaksana Harian Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono mengecek persiapan logistik Pemilu 2024 di Sidoarjo, Selasa (13/2/2024).
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, Sutony sempat dilarikan ke salah satu rumah sakit swasta di Sidoarjo. Pasien terdata masuk rumah sakit pada Rabu sekitar pukul 02.00 dini hari dengan diagnosis mengalami penurunan kesadaran dan demam tinggi.
Sutony kemudian dirawat secara intensif di rumah sakit tersebut. Sekitar pukul 10.00 waktu setempat, dia mengembuskan napas terakhir. Jenazahnya kemudian dimakamkan sekitar pukul 13.00 di tempat pemakaman umum Desa Lebo.
Terus bertambah
Kepergian Sutony menambah panjang daftar penyelenggara Pemilu 2024 yang meninggal dunia demi terlaksananya pesta demokrasi lima tahunan di negeri ini. Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim mendata sampai tanggal 20 Februari 2024 jumlah panitia ad hoc penyelenggara Pemilihan Umum 2024 yang meninggal dunia mencapai 30 orang.
Berdasarkan data KPU Jatim sampai dengan tanggal 18 Februari 2024, jumlah total penyelenggara Pemilu 2024 yang meninggal sebanyak 30 orang. Dari jumlah tersebut, yang paling banyak meninggal adalah Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) sebanyak 18 orang, petugas perlindungan masyarakat (linmas) sebanyak 9 orang, sekretariat PPS sebanyak 2 orang, dan seorang PPS.
Dengan adanya tambahan penyelenggara pemilu di Sidoarjo yang meninggal, jumlah total hingga saat ini menjadi 31 orang. Adapun jumlah PPS yang gugur dalam tugas menjadi dua orang.
Komisioner KPU Jatim Divisi Sumber Daya Manusia dan Litbang, Rochani, Selasa (20/1/2024), mengatakan, kematian para penyelenggara Pemilu 2024 tersebut dipicu oleh sakit yang disertai penyakit bawaan, kelelahan, kecelakaan, hingga tersengat listrik saat menyiapkan tempat pemungutan suara.
Untuk meringankan derita keluarga yang ditinggalkan, KPU Jatim terus menyalurkan santunan kematian kepada keluarga yang ditinggalkan selaku ahli waris. Selain itu, di beberapa kabupaten dan kota tengah dilakukan verifikasi untuk memastikan kepesertaan para penyelenggara tersebut dalam program BPJS Ketenagakerjaan.
”Semoga tidak ada penambahan lagi. Tentunya hal ini menjadi bahan evaluasi bagi penyelenggaraan pemilu,” kata Rochani.
Berdasarkan data KPU Jatim, sebanyak 18 KPPS yang meninggal tersebut terbanyak berasal dari Surabaya dan Jember, masing-masing tiga orang. Adapun di Ponorogo, Jombang, dan Blitar jumlah KPPS yang meninggal masing-masing dua orang. Sementara itu, di Magetan, Banyuwangi, Lamongan, Malang, dan Mojokerto, masing-masing yang meninggal satu orang.
Tentunya hal ini menjadi bahan evaluasi bagi penyelenggaraan pemilu.
Untuk linmas yang meninggal sebanyak 9 orang dari Kota Madiun, Tuban, Malang, Pamekasan, Mojokerto, Tulungagung, Jombang, Jember, dan Kota Pasuruan. Sekretariat PPS yang meninggal berasal dari Jember dan Pacitan. Adapun PPS yang meninggal dari Kota Malang.
Salah satu KPPS di Surabaya yang meninggal dunia adalah Imnesti Aufa, putri dari pasangan Muhammad Anis dan Budi Utami. Almarhumah meninggal setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Saat itu, dia dan rekan-rekannya sesama anggota KPPS dalam perjalanan membawa kotak suara dari TPS menuju ke PPS.